Malam itu, Zafran memaksa Yasmin bertemu dengan seseorang yang dia, sendiri baru mengenalnya satu hari yang lalu.
"Yah kok kita ke hotel? Kita mau ngapain dan mau bertemu dengan siapa, kenapa aku harus berpakaian seperti artis dangdut kayak gini? Aku gak nyaman."
Yasmin terus bertanya sembari menurunkan roknya yang menurutnya kependekan.
"Jangan banyak tanya Yasmin. Hutang Ayah sudah sangat banyak jadi kamu lakukan semua yang Ayah perintahkan agar Ayah dan Ibu kamu ini bisa bayar hutang dan tidak dipenjara," ucap Zafran.
Awalnya mereka sepakat untuk bertemu di Apartemen milik Gibran tapi rupanya Gibran berubah pikiran, dia membuat janji lagi dengan Zafran dan akhirnya mereka bertemu di sebuah hotel yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediaman Zafran dan istrinya.
"Tapi Yah, Yas gak mau menjual diri." Yasmin mencoba melepaskan tangannya dari pegangan tangan Zafran yang begitu kencang.
"Diam kamu Yasmin! Kalau bicara jangan keras-keras, kamu mau Ayah dipukuli warga dan dimasukkan ke penjara? Lagian siapa yang menyuruhmu menjual diri?" Zafran mengeratkan pegangannya pada Yasmin agar gadis itu tidak bisa lari darinya.
Mereka terus berjalan sambil terus berdebat, tanpa mereka sadari ternyata mereka sudah tiba didepan kamar hotel tempat mereka akan bertemu dengan Gibran.
"Ini dia kamarnya. Awas kalau kamu melawan dan membangkang perkataan Ayah, kamu ingat ya kamu akan menjadi anak durhaka kalau tidak menuruti perkataan Ayahmu," ucap Zafran sebelum masuk ke kamar hotel itu.
Yasmin menundukkan kepalanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Jadi ini anak kamu?" ucap Gibran sambil berjalan mengelilingi Yasmin.
"Iya. Gimana, cocok gak?" tanya Zafran.
"Ayah kamu mau jual aku? Tega sekali Ayah melakukan ini padaku," ucap Yasmin dengan air mata yang sudah berjatuhan dari pelupuk nya.
"Cantik juga anak kamu. Lumayan lah buat jadi pacar saya selama beberapa bulan."
"Tidak! Saya tidak mau. Kenapa kamu ingin menjadikan saya sebagai pacar kamu."
"Jadi kamu belum tahu tentang apa yang akan kita bicarakan di sini?"
"Apa? Ada apa ini?"
"Kamu sudah saya bayar untuk beberapa bulan kedepan. Ayah kamu sudah menerima uang muka dari saya."
"Apa? Apa benar yang dikatakan oleh laki-laki ini Yah?" Yasmin menatap sang Ayah dengan penuh tanya.
"Ayah terpaksa melakukan ini Yas. Ayah harus membayar hutang Ayah pada rentenir itu."
"Tega kamu ya Yah. Kamu melakukan ini padaku, aku bukan barang, aku ini anakmu." Suara Yasmin bergetar dengan diiringi air mata yang terus mengalir di pipinya.
Betapa dirinya kecewa dengan perlakuan sang Ayah padanya.
Setiap hari mendapat tamparan dan teriakan dari sang Ayah tak membuat dirinya terlalu kecewa karena sudah membiarkan Ibunya menikah dengan Zafran tapi malam itu Yasmin begitu kecewa dengan sang Ayah karena tega memperlakukan dirinya seperti barang yang tidak berperasaan.
Hatinya terasa sakit dan sangat perih dirinya tak menyangka kalau Ayah tirinya sampai setega itu padanya.
"Jangan banyak drama. Sekarang kamu tandatangani surat perjanjian ini jangan lupa baca suratnya dari awal sampai akhir," ucap Gibran.
Dengan air mata yang terus mengalir, Yasmin membaca surat pernyataan itu dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat nominal uang yang sudah suaminya terima dari laki-laki yang kini sedang duduk di depannya itu.
"Uang sebanyak ini Ayah gunakan untuk apa?" tanya Yasmin.
"Jangan banyak tanya, cepat tandatangani surat itu," ucap Zafran.
"Kamu tenang saja untuk saat ini aku tidak akan menikahi kamu. Tugas kamu hanya berpura-pura menjadi pacar saya didepan orang tua dan keluarga saya saja selebihnya selama kamu gak ketemu sama mereka terserah kamu mau melakukan apapun juga tapi kalau orang tuaku cocok sama kamu dan merestui hubungan aku sama kamu berarti aku akan memperpanjang kontrak ini," jelas Gibran.
"Mulai kapan aku bekerja padamu?" ucap Yasmin dengan hati yang begitu perih.
"Besok aku akan mengenalkan kamu pada keluargaku jadi bersiaplah."
"Kamu tenang saja besok aku akan menyiapkan Yasmin secantik dan sesempurna mungkin," ucap Zafran.
"Buang air mata kamu itu, jangan sampai saat kamu bertemu dengan orang tuaku kamu malah nangis lagi."
"Aku akan berusaha melakukan tugas aku dengan baik," lirih Yasmin.
Setelah menandatangani surat perjanjian itu, Zafran langsung mengajak Yasmin pulang karena malam semakin larut.
*******
Di rumah Zafran dan Yasmin.
"Ayah, mana uang yang diberikan laki-laki itu padamu?" tanya Yasmin pada sang Ayah.
"Sudah habis pakai bayar hutang sisanya udah Ayah pakai judi."
"Astaghfirullah, Abang. Kapan kamu sadar Bang? Apa yang kamu lakukan itu dosa." ucap Dalina.
"Bisa gak sehari aja gak ceramah? Abang pusing Da, tadi Abang kalah lagi!"
"Bang tolong hentikan kebiasaan Abang itu."
"Bang kamu mau mempekerjakan Yasmin di mana?"
"Bu, aku dijual pada laki-laki itu," sahut Yasmin sebelum Zafran menjawab pertanyaan Dalina.
Yasmin terus menangis karena tak terima dirinya diperlakukan seperti itu oleh Ayah tirinya.
"Apa?" Dalina menatap Zafran yang masih duduk di tempat semula.
*******
Di kamar hotel, Gibran belum bisa tertidur dia terus teringat dengan Wanda~ kekasihnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan yang dialaminya.
Gibran terbaring dengan posisi terlentang matanya terus menatap langit-langit kamar itu dan pikirannya melayang mengingat masa-masa indah bersama dengan Wanda.
"Seandainya kamu masih di sini, mungkin aku tidak akan membohongi keluargaku dengan menyewa Yasmin," gumam Gibran.
Pagi telah tiba, kini Gibran sudah berada di depan rumah Zafran dan keluarga.
Tin!
Tin!
Tin!
Pagi hari sekitar jam delapan pagi terdengar suara klakson mobil yang terus berbunyi tanpa henti dari depan rumah Yasmin dan Zafran.
"Uuuuh! Siapa sih pagi-pagi ganggu orang aja," ucap Zafran yang masih terbaring di atas tempat tidurnya.
Zafran pun terbangun dan berjalan menghampiri Dalina yang sedang menyiapkan makanan untuk mereka sarapan!
"Siap sih tuh Da? Bunyiin klakson kok gak berhenti-berhenti. Mentang-mentang punya mobil sombongnya minta ampun."
"Bang, aku gak tahu siapa yang bunyiin klakson itu lagian tetangga kita kan gak ada yang punya mobil," sahut Yasmin.
Zafran pun berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang sedang mengganggu paginya!
Dia mengintip dari jendela dan dia melihat mobil mewah berwarna merah yang terparkir di depan rumahnya itu.
"Mobil siapa itu?"
Zafran keluar dari rumahnya karena penasaran dengan siapa orang yang berada di dalam mobil itu!
Tak lama karena melihat Zafran keluar dari rumahnya si pemilik mobil pun turun dari mobilnya!
"Kamu baru bangun tidur di jam segini?" tanya Gibran pada Zafran.
Melihat pakaian Zafran dan juga rambut laki-laki itu yang acak-acakan Gibran sudah bisa membaca bahwa laki-laki itu baru bangun dari tidurnya.
"Gibran, kenapa kamu tidak mengabari kami kalau kamu mau menjemput Yasmin sepagi ini," ucap Zafran.
"Mana dia? Aku ingin membawanya sekarang," ucap Gibran.
"Masuk dulu, dia ada di dalam. Sambil nunggu dia siap-siap kita ngopi dulu."
Gibran mengikuti langsung Zafran yang berjalan memasuki rumahnya!
"Yasmin!" teriak Zafran.
"Apa setiap hari kamu berteriak seperti ini pada anakmu sendiri?" tanya Gibran.
"Iya, Yah ada apa?" ucap Yasmin sambil berjalan menghampiri Gibran dan Zafran.
"Gibran sudah datang, cepat bersiaplah!"
"T_tapi Ayah, aku ...."
"Cepat Yasmin!" Zafran kembali berteriak pada Yasmin.
"Yasmin, lima menit. Aku kasih kamu waktu lima menit untuk bersiap-siap."
"Ada apa ini Bang?" tanya Dalina yang mendengar keributan.
"Baik," ucap Yasmin dengan nada lirih.
Yasmin segera masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Hari ini adalah hari pertamanya menjalani hidup dalam kebohongan.
Air mata mulai mengalir dari pelupuk Yasmin, dia tak pernah membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah hari itu.
"Saya ingin membawa Yasmin," ucap Gibran.
"Kemana? Tolong jangan sakiti anak saya."
"Tanya pada suamimu ini. Apa yang akan saya lakukan dengan anak kalian."
"Bang ada apa ini. Kenapa laki-laki ini ingin membawa Yasmin?" Dalina menatap Zafran dengan tatapan penuh pertanyaan.
Tak lama, Yasmin kembali dengan sudah mengganti pakaiannya.
"Ayo Yasmin kita berangkat sekarang."
"Baik Mas," ucap Yasmin pada Gibran.
"Ibu, aku pergi dulu ya." ucap Yasmin pada Dalina sebelum dirinya pergi.
Gibran menarik tangan Yasmin lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya! Sementara itu Zafran hanya diam dengan senyuman tipis di bibirnya, dia membiarkan laki-laki yang tidak dikenalnya membawa anak tirinya pergi.
"Bang, dia akan membawa Yasmin kemana?"
"Terserah dia mau bawa Yasmin ke mana. Mulai hari ini Yasmin harus menuruti semua perkataan pemuda itu karena Yasmin sudah Abang kontrakkan pada laki-laki itu."
Dalina terkejut mendengar perkataan sang suami, sampai dia tidak bisa berkata apapun selain menangis.
"Mas kita mau ke mana?" tanya Yasmin.
"Kamu diam saja, yang penting aku tidak menyakiti dirimu kan." Bukannya menjawab pertanyaan Yasmin, Gibran malah berkata lain pada wanita itu.
Yasmin pun tak berkata lagi, dia hanya diam sambil menatap jalan yang sedang mereka lalui.
*******
Tok!
Tok!
Tok!
"Zafran, ibu minta uang buat beli baju baru. Sudah lama ibu tidak membeli baju baru," ucap Zaina ~ ibunya Zafran.
"Iya Bang, aku juga udah lama gak beli baju baru," ucap Shaima ~ adiknya Zafran.
Zafran berjalan menghampiri ibunya dan juga adiknya lalu memberikan beberapa lembar uang kertas berwarna merah itu pada mereka!
"Ini buat Ibu," ucap Zafran sambil memberikan uang itu pada Zaina.
"Dan ini untuk kamu," sambung Zafran pada adiknya.
"Wah Abang lagi banyak duit ya? Terimakasih ya, Bang."
"Tumben kamu punya uang Banyak."
"Kalian gak perlu tahu ini uang dari mana yang penting kalian bisa belanja."
Zaina dan Shaima pun tak berucap lagi, mereka hanya tersenyum kegirangan lalu pergi meninggalkan rumah Zafran dan Dalina tanpa menanyakan kemana perginya Dalina dan Yasmin.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments