NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Pernikahan Kontrak

Cinta dalam pernikahan kontrak bab 1

Yasmin tidak pernah tahu kalau ternyata Ayah tirinya memasang fotonya dalam status sosial media instagram miliknya dengan hashtag "menerima pernikahan kontrak atau gadai anak gadis dalam waktu yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak dengan harga cantik"

Yasmin yang memiliki paras cantik dan masih terlihat muda karena memang usianya baru dua puluh tahun membuat banyak laki-laki menginginkan cinta meski sesaat dengan Yasmin.

Saat itu banyak chat masuk dari nomor tidak dikenal pada ponsel Zafran~ayah tiri Yasmin. Yang menuliskan nominal uang yang cukup besar mulai dari lima juta hingga dua puluh lima juta.

Yasmin tak ingin ikut campur dalam urusan sang Ayah, dia pikir suaminya itu sedang berbisnis menjual sesuatu milik sahabat atau orang kenalannya.

Selama ini memang Zafran adalah seorang pebisnis yang menjual apapun milik teman dan orang lain. Dia bisa menjual mobil dengan cepat menjual rumah tanah atau apapun.

Malam itu, Yasmin sedang makan malam bersama Zafran dan Ibunya.

"Yas, hutang Ayah sama rentenir itu sudah sangat banyak. Ayah akan menjual rumah ini untuk bayar hutang," ucap Zafran pada Yasmin.

Yasmin menghentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah makanannya.

"Bang, kalau Abang menjual rumah ini, kita mau tinggal di mana?" ucap Dalina~ibunya Yasmin.

"Kita bisa tinggal di rumah kontrakan. Kamu kan juga setiap hari kuli nyuci. Bisa buat bayar kontrakan perbulannya."

"Jangan, Bang ini rumah peninggalan orang tuaku. Lagian semua ini salah kamu yang suka judi dan mabuk-mabukan, Bang aku minta kamu berhenti dari kebiasaan kamu itu."

Brak!

Zafran menggebrak meja makan dengan keras hingga piring dan gelas yang ada diatasnya berantakan.

Yasmin dan Dalina terperanjat karena perlakuan Zafran, mereka mulai ketakutan pada suaminya itu.

"Kamu jangan pernah mengatur hidupku! Dasar istri tidak berguna!" Zafran beranjak dari duduknya dan meninggalkan Dalina dan Yasmin di sana.

Dalina menangis karena suaminya itu tidak pernah berubah sifatnya.

Yasmin mengelus punggung sang Ibu dengan lembut sambil berkata, "sabar ya Bu."

Dari awal menikah hingga sekarang, Zafran tidak berubah sedikitpun meski laki-laki itu sudah berjanji padanya akan meninggalkan semua kebiasaan buruknya tapi semua itu hanyalah janji semu. Semua perkataan Zafran padanya tidak pernah ditepati.

Yasmin masih berkutat di dapur untuk membereskan perabotan bekas dirinya masak dan bekas mereka makan barusan sementara Dalina pergi ke kamarnya untuk menyusul Zafran dan berbicara pada suaminya itu! Namun saat dirinya sampai di kamarnya Zafran sudah tertidur.

Tiba-tiba ada telpon masuk dari nomor tidak dikenal.

Baru Dalina akan menerima telpon itu, Zafran terbangun dan mengambil alih ponselnya dari Dalina.

"Siapa nih?" ucap Zafran.

Tanpa lama-lama Zafran langsung menerima telpon itu.

[Halo.] ucap Zafran.

[Saya ingin menggadai anak kamu] ucap seorang laki-laki dari sebrang telpon.

[Maksud kamu?]

[Kamu mau menggadaikan anak kamu kan?]

[Tahu dari mana kamu?]

[Dari sosial media. Lima puluh juta untuk satu tahun, apa masih kurang?]

Zafran membuka matanya lebar dan senyum sumringah langsung membingkai di wajahnya.

[Kamu serius?]

[Temui saya besok di kafe xxx untuk membicarakan kontraknya.]

[Baik. Saya akan datang besok pada saat jam makan siang.]

Zafran langsung mematikan sambungan telponnya dan dia langsung tidur dengan tenang karena sebentar lagi akan mendapatkan uang hasil dari menggadaikan anak tirinya sendiri.

"Siapa Bang?" tanya Dalina.

"Gak usah ikut campur." Zafran menyibakkan selimut lalu segera menutup matanya untuk menghindari pertanyaan dari Dalina.

Entah apa yang ada dalam pikiran Zafran sehingga dia tega memperlakukan anaknya sendiri seperti barang yang bisa di gadai dan diperjual belikan.

Selesai beres-beres di dapur, Yasmin langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

*******

Hari itu, Zafran dan laki-laki yang akan menggadai anak tirinya itu akan bertemu untuk membicarakan tentang kontrak yang akan mereka sepakati.

Di sebuah kafe, Zafran berjalan sambil mengedarkan pandangannya mencari orang itu!

"Mana ya orang itu?" gumam Zafran.

"Pak Zafran ya?" tanya seorang waitres pada Zafran.

"Iya, Mbak."

"Pak Gibran sudah menunggu Anda di ruangan VIV kami."

"Ruangannya disebelah mana ya Mbak?"

"Mari saya antar!"

Perempuan itu mulai berjalan menuju ruangan yang sudah dipesan oleh Gibran!

"Permisi, Pak ini orang yang bernama Pak Zafran," ucap perempuan itu pada Gibran.

"Pergilah, tinggalkan kami di sini," ucap Gibran.

Zafran langsung berjalan menghampiri Gibran dan langsung duduk di kursi itu!

Di atas meja itu sudah tersedia makanan dan minuman. Sebelum Zafran tiba Gibran sudah memesan semua itu karena dia tak ingin berlama-lama di sana.

Zafran terus menatap makanan yang menurutnya sangat mewah itu, selama ini dirinya tidak pernah menyantap makanan mahal seperti yang saat itu terhadang di atas meja.

"Kenapa hanya dilihat. Kalau mau makan saja," ucap Gibran.

"Beneran? Kalau gitu saya makan ya," ucap Zafran penuh semangat.

Setelah Zafran selesai makan, Gibran langsung memulai pembicaraannya.

"Mana gadis itu?" tanya Gibran.

"Dia tidak ikut," sahut Zafran.

"Apa, kenapa tidak ikut? Kamu mempermainkan saya."

"Bukan begitu, saya ingin memastikan dulu kamu nya serius atau tidak dengan perkataan kamu semalam."

"Saya serius, apa kamu tidak percaya? Saya harus melihat anak kamu dulu sebelum membayarnya."

"Anak saya cantik. Kamu tidak usah khawatir, kamu tidak akan kecewa."

"Bagaimana peraturan dalam Pegadaian ini?"

"Sama seperti barang, setelah saya mempunyai uang saya akan menebus anak gadis saya."

"Kamu tidak perlu mengganti uang saya karena saya ingin mengkontrak anak gadis kamu."

"Maksudnya? Untuk apa?"

"Saya akan menikahinya jika keluarga saya setuju dengannya."

"Menikahinya? Tapi–"

"Kamu tidak usah khawatir, saya tidak akan melakukan apa pun terhadap anak gadis kamu itu. Tugas dia hanya berpura-pura menjadi istri sungguhan dihadapan orang tua saya dan keluarga saya."

"Bukan begitu, maksud saya dalam waktu berapa bulan kamu akan mengkontrak anak saya?"

"Saya akan melihat anak kamu dulu, setelah saya tahu baru saya akan memutuskan berapa lama dan berapa harga yang saya tawarkan untuk anak gadis yang menurutmu cantik itu."

"Baiklah kalau begitu. Saya akan mempertemukan anak saya sama kamu nanti malam."

"Saya tunggu. Datang saja ke apartemen saya, ini alamatnya," ucap Gibran.

Zafran mengambil alamat yang diberikan oleh Gibran dan menyimpannya di dalam saku celananya.

"Saya harus pergi karena saya masih banyak urusan!" Gibran beranjak dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Zafran.

"Tapi ini makanannya masih banyak," ucap Zafran.

"Kamu makan saja kalau kamu mau."

*******

"Kamu dari mana Gibran?" tanya Darwin~papanya Gibran.

"Aku habis ketemu klien Pa," sahut Gibraltar.

"Sini duduk! Papa mau bicara."

Gibran duduk di sofa yang ada di ruang pribadinya Darwin! "Ada apa Pa?"

"Sampai kapan kamu mencari pasangan yang cocok? Papa dan Mamamu sudah tua."

"Gak lama lagi kok Pa."

"Selalu seperti itu jawaban kamu. Papa kasih waktu satu minggu kalau dalam satu minggu kamu gak bisa mendapatkan gadis pilihan kamu, terpaksa Papa akan menjodohkan kamu dengan anak teman Papa."

"Pa, mencari pasangan itu tidak mudah. Aku tidak mau menikah dengan gadis pilihan Papa."

"Gibran, Wanda sudah tidak ada, dia sudah tenang di alam sana. Kamu mau menunggu apa lagi?"

"Pa, aku masih mencintai Wanda."

Gibran pernah mengalami kejadian pahit, suatu hari sebelum dirinya menikah dengan kekasihnya, saat mereka akan pergi ke suatu tempat untuk mencari sesuatu untuk kebutuhan pernikahannya tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah mobil tronton yang kehilangan kendali dan menabrak mobil mereka.

Wanda meninggal di tempat sedangkan dirinya masih bisa selamat karena terpental dari dalam mobilnya ke tempat yang lumayan jauh dari sana.

"Gibran sudahlah, jangan terus mengingat Wanda. Wanda tidak akan pernah kembali lagi. Kamu harus tahu Papa dan Mama juga sangat mengharapkan Wanda tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa karena Tuhan lebih menyayangi dia."

"Sudahlah Pa, aku sibuk. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu."

Gibran pun langsung pergi dari ruangan Darwin!

*******

Dikediaman Zafran dan keluarga.

"Astaghfirullah, Bang! Kamu kenapa mengacak-acak lemari pakaian Yasmin?" ucap Dalina saat melihat Zafran yang mengacak-acak pakaian anak gadisnya dan menurunkan semua pakaiannya dari dalam lemari.

"Aku sedang mencari pakaian yang bagus untuk Yasmin" ucap Zafran.

"Ayah, semua pakaian milik aku bagus kok. Gak ada yang sobek," ucap Yasmin.

"Diam kamu. Kamu harus bekerja agar bisa mendapatkan uang untuk Ayah bayar hutang."

"Untuk apa, Bang? Kenapa harus memakai pakaian yang bagus?"

"Nanti malam Yasmin ikut aku ketemu sama teman aku."

"Untuk apa? Biasanya juga tidak pernah mengajak Yasmin."

"Yasmin akan bekerja padanya. Kamu tahu kan hutang Abang sudah menumpuk, kalau tidak dibayar Abang bisa dipenjara."

"Tapi kerja apa Yah? Sampai aku harus menggunakan pakaian seperti ini?" tanya Yasmin.

"Jangan banyak bertanya Yasmin! Ikuti saja apa yang Ayah minta, kamu jadi anak jangan banyak protes."

Zafran mulai kesal karena Yasmin dan Dalina terus bertanya padanya, dia membentak Yasmin lalu melemparkan baju yang dia pegang pada wajah Yasmin!

Yasmin tak melawan, dia hanya diam dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Bagaimana tidak, selama ini dirinya tidak pernah mendapat perlakuan baik dari Ayah tirinya itu karena selalu dianggap beban keluarga oleh Zafran. Dirinya memang tidak bekerja seperti gadis lain yang memiliki pendidikan tinggi, Yasmin hanyalah seorang wanita yang hanya lulus sekolah SMA, sehari-hari dirinya bekerja sebagai tukang kuli cuci, gosok seperti sang ibu.

Selama ibunya menikah dengan Zafran tak sekalipun dirinya mendapatkan perlakuan baik dari sang Ayah tiri. Dirinya selalu dimarahi dan disalah-salahkan jika Zafran kalah dalam berjudi.

Bersambung

Cinta Dalam Pernikahan Kontrak bab 2

Malam itu, Zafran memaksa Yasmin bertemu dengan seseorang yang dia, sendiri baru mengenalnya satu hari yang lalu.

"Yah kok kita ke hotel? Kita mau ngapain dan mau bertemu dengan siapa, kenapa aku harus berpakaian seperti artis dangdut kayak gini? Aku gak nyaman."

Yasmin terus bertanya sembari menurunkan roknya yang menurutnya kependekan.

"Jangan banyak tanya Yasmin. Hutang Ayah sudah sangat banyak jadi kamu lakukan semua yang Ayah perintahkan agar Ayah dan Ibu kamu ini bisa bayar hutang dan tidak dipenjara," ucap Zafran.

Awalnya mereka sepakat untuk bertemu di Apartemen milik Gibran tapi rupanya Gibran berubah pikiran, dia membuat janji lagi dengan Zafran dan akhirnya mereka bertemu di sebuah hotel yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediaman Zafran dan istrinya.

"Tapi Yah, Yas gak mau menjual diri." Yasmin mencoba melepaskan tangannya dari pegangan tangan Zafran yang begitu kencang.

"Diam kamu Yasmin! Kalau bicara jangan keras-keras, kamu mau Ayah dipukuli warga dan dimasukkan ke penjara? Lagian siapa yang menyuruhmu menjual diri?" Zafran mengeratkan pegangannya pada Yasmin agar gadis itu tidak bisa lari darinya.

Mereka terus berjalan sambil terus berdebat, tanpa mereka sadari ternyata mereka sudah tiba didepan kamar hotel tempat mereka akan bertemu dengan Gibran.

"Ini dia kamarnya. Awas kalau kamu melawan dan membangkang perkataan Ayah, kamu ingat ya kamu akan menjadi anak durhaka kalau tidak menuruti perkataan Ayahmu," ucap Zafran sebelum masuk ke kamar hotel itu.

Yasmin menundukkan kepalanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Jadi ini anak kamu?" ucap Gibran sambil berjalan mengelilingi Yasmin.

"Iya. Gimana, cocok gak?" tanya Zafran.

"Ayah kamu mau jual aku? Tega sekali Ayah melakukan ini padaku," ucap Yasmin dengan air mata yang sudah berjatuhan dari pelupuk nya.

"Cantik juga anak kamu. Lumayan lah buat jadi pacar saya selama beberapa bulan."

"Tidak! Saya tidak mau. Kenapa kamu ingin menjadikan saya sebagai pacar kamu."

"Jadi kamu belum tahu tentang apa yang akan kita bicarakan di sini?"

"Apa? Ada apa ini?"

"Kamu sudah saya bayar untuk beberapa bulan kedepan. Ayah kamu sudah menerima uang muka dari saya."

"Apa? Apa benar yang dikatakan oleh laki-laki ini Yah?" Yasmin menatap sang Ayah dengan penuh tanya.

"Ayah terpaksa melakukan ini Yas. Ayah harus membayar hutang Ayah pada rentenir itu."

"Tega kamu ya Yah. Kamu melakukan ini padaku, aku bukan barang, aku ini anakmu." Suara Yasmin bergetar dengan diiringi air mata yang terus mengalir di pipinya.

Betapa dirinya kecewa dengan perlakuan sang Ayah padanya.

Setiap hari mendapat tamparan dan teriakan dari sang Ayah tak membuat dirinya terlalu kecewa karena sudah membiarkan Ibunya menikah dengan Zafran tapi malam itu Yasmin begitu kecewa dengan sang Ayah karena tega memperlakukan dirinya seperti barang yang tidak berperasaan.

Hatinya terasa sakit dan sangat perih dirinya tak menyangka kalau Ayah tirinya sampai setega itu padanya.

"Jangan banyak drama. Sekarang kamu tandatangani surat perjanjian ini jangan lupa baca suratnya dari awal sampai akhir," ucap Gibran.

Dengan air mata yang terus mengalir, Yasmin membaca surat pernyataan itu dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat nominal uang yang sudah suaminya terima dari laki-laki yang kini sedang duduk di depannya itu.

"Uang sebanyak ini Ayah gunakan untuk apa?" tanya Yasmin.

"Jangan banyak tanya, cepat tandatangani surat itu," ucap Zafran.

"Kamu tenang saja untuk saat ini aku tidak akan menikahi kamu. Tugas kamu hanya berpura-pura menjadi pacar saya didepan orang tua dan keluarga saya saja selebihnya selama kamu gak ketemu sama mereka terserah kamu mau melakukan apapun juga tapi kalau orang tuaku cocok sama kamu dan merestui hubungan aku sama kamu berarti aku akan memperpanjang kontrak ini," jelas Gibran.

"Mulai kapan aku bekerja padamu?" ucap Yasmin dengan hati yang begitu perih.

"Besok aku akan mengenalkan kamu pada keluargaku jadi bersiaplah."

"Kamu tenang saja besok aku akan menyiapkan Yasmin secantik dan sesempurna mungkin," ucap Zafran.

"Buang air mata kamu itu, jangan sampai saat kamu bertemu dengan orang tuaku kamu malah nangis lagi."

"Aku akan berusaha melakukan tugas aku dengan baik," lirih Yasmin.

Setelah menandatangani surat perjanjian itu, Zafran langsung mengajak Yasmin pulang karena malam semakin larut.

*******

Di rumah Zafran dan Yasmin.

"Ayah, mana uang yang diberikan laki-laki itu padamu?" tanya Yasmin pada sang Ayah.

"Sudah habis pakai bayar hutang sisanya udah Ayah pakai judi."

"Astaghfirullah, Abang. Kapan kamu sadar Bang? Apa yang kamu lakukan itu dosa." ucap Dalina.

"Bisa gak sehari aja gak ceramah? Abang pusing Da, tadi Abang kalah lagi!"

"Bang tolong hentikan kebiasaan Abang itu."

"Bang kamu mau mempekerjakan Yasmin di mana?"

"Bu, aku dijual pada laki-laki itu," sahut Yasmin sebelum Zafran menjawab pertanyaan Dalina.

Yasmin terus menangis karena tak terima dirinya diperlakukan seperti itu oleh Ayah tirinya.

"Apa?" Dalina menatap Zafran yang masih duduk di tempat semula.

*******

Di kamar hotel, Gibran belum bisa tertidur dia terus teringat dengan Wanda~ kekasihnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan yang dialaminya.

Gibran terbaring dengan posisi terlentang matanya terus menatap langit-langit kamar itu dan pikirannya melayang mengingat masa-masa indah bersama dengan Wanda.

"Seandainya kamu masih di sini, mungkin aku tidak akan membohongi keluargaku dengan menyewa Yasmin," gumam Gibran.

Pagi telah tiba, kini Gibran sudah berada di depan rumah Zafran dan keluarga.

Tin!

Tin!

Tin!

Pagi hari sekitar jam delapan pagi terdengar suara klakson mobil yang terus berbunyi tanpa henti dari depan rumah Yasmin dan Zafran.

"Uuuuh! Siapa sih pagi-pagi ganggu orang aja," ucap Zafran yang masih terbaring di atas tempat tidurnya.

Zafran pun terbangun dan berjalan menghampiri Dalina yang sedang menyiapkan makanan untuk mereka sarapan!

"Siap sih tuh Da? Bunyiin klakson kok gak berhenti-berhenti. Mentang-mentang punya mobil sombongnya minta ampun."

"Bang, aku gak tahu siapa yang bunyiin klakson itu lagian tetangga kita kan gak ada yang punya mobil," sahut Yasmin.

Zafran pun berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang sedang mengganggu paginya!

Dia mengintip dari jendela dan dia melihat mobil mewah berwarna merah yang terparkir di depan rumahnya itu.

"Mobil siapa itu?"

Zafran keluar dari rumahnya karena penasaran dengan siapa orang yang berada di dalam mobil itu!

Tak lama karena melihat Zafran keluar dari rumahnya si pemilik mobil pun turun dari mobilnya!

"Kamu baru bangun tidur di jam segini?" tanya Gibran pada Zafran.

Melihat pakaian Zafran dan juga rambut laki-laki itu yang acak-acakan Gibran sudah bisa membaca bahwa laki-laki itu baru bangun dari tidurnya.

"Gibran, kenapa kamu tidak mengabari kami kalau kamu mau menjemput Yasmin sepagi ini," ucap Zafran.

"Mana dia? Aku ingin membawanya sekarang," ucap Gibran.

"Masuk dulu, dia ada di dalam. Sambil nunggu dia siap-siap kita ngopi dulu."

Gibran mengikuti langsung Zafran yang berjalan memasuki rumahnya!

"Yasmin!" teriak Zafran.

"Apa setiap hari kamu berteriak seperti ini pada anakmu sendiri?" tanya Gibran.

"Iya, Yah ada apa?" ucap Yasmin sambil berjalan menghampiri Gibran dan Zafran.

"Gibran sudah datang, cepat bersiaplah!"

"T_tapi Ayah, aku ...."

"Cepat Yasmin!" Zafran kembali berteriak pada Yasmin.

"Yasmin, lima menit. Aku kasih kamu waktu lima menit untuk bersiap-siap."

"Ada apa ini Bang?" tanya Dalina yang mendengar keributan.

"Baik," ucap Yasmin dengan nada lirih.

Yasmin segera masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Hari ini adalah hari pertamanya menjalani hidup dalam kebohongan.

Air mata mulai mengalir dari pelupuk Yasmin, dia tak pernah membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah hari itu.

"Saya ingin membawa Yasmin," ucap Gibran.

"Kemana? Tolong jangan sakiti anak saya."

"Tanya pada suamimu ini. Apa yang akan saya lakukan dengan anak kalian."

"Bang ada apa ini. Kenapa laki-laki ini ingin membawa Yasmin?" Dalina menatap Zafran dengan tatapan penuh pertanyaan.

Tak lama, Yasmin kembali dengan sudah mengganti pakaiannya.

"Ayo Yasmin kita berangkat sekarang."

"Baik Mas," ucap Yasmin pada Gibran.

"Ibu, aku pergi dulu ya." ucap Yasmin pada Dalina sebelum dirinya pergi.

Gibran menarik tangan Yasmin lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya! Sementara itu Zafran hanya diam dengan senyuman tipis di bibirnya, dia membiarkan laki-laki yang tidak dikenalnya membawa anak tirinya pergi.

"Bang, dia akan membawa Yasmin kemana?"

"Terserah dia mau bawa Yasmin ke mana. Mulai hari ini Yasmin harus menuruti semua perkataan pemuda itu karena Yasmin sudah Abang kontrakkan pada laki-laki itu."

Dalina terkejut mendengar perkataan sang suami, sampai dia tidak bisa berkata apapun selain menangis.

"Mas kita mau ke mana?" tanya Yasmin.

"Kamu diam saja, yang penting aku tidak menyakiti dirimu kan." Bukannya menjawab pertanyaan Yasmin, Gibran malah berkata lain pada wanita itu.

Yasmin pun tak berkata lagi, dia hanya diam sambil menatap jalan yang sedang mereka lalui.

*******

Tok!

Tok!

Tok!

"Zafran, ibu minta uang buat beli baju baru. Sudah lama ibu tidak membeli baju baru," ucap Zaina ~ ibunya Zafran.

"Iya Bang, aku juga udah lama gak beli baju baru," ucap Shaima ~ adiknya Zafran.

Zafran berjalan menghampiri ibunya dan juga adiknya lalu memberikan beberapa lembar uang kertas berwarna merah itu pada mereka!

"Ini buat Ibu," ucap Zafran sambil memberikan uang itu pada Zaina.

"Dan ini untuk kamu," sambung Zafran pada adiknya.

"Wah Abang lagi banyak duit ya? Terimakasih ya, Bang."

"Tumben kamu punya uang Banyak."

"Kalian gak perlu tahu ini uang dari mana yang penting kalian bisa belanja."

Zaina dan Shaima pun tak berucap lagi, mereka hanya tersenyum kegirangan lalu pergi meninggalkan rumah Zafran dan Dalina tanpa menanyakan kemana perginya Dalina dan Yasmin.

Bersambung.

Cinta Dalam Pernikahan Kontrak bab 3

"Salon?" Yasmin menatap Gibran dengan tatapan penuh tanya.

Kemarin Gibran bilang katanya mau mengenalkan dirinya sebagai kekasihnya pada orang tua Gibran namun kenapa saat itu Gibran menghentikan mobilnya di depan sebuah salon kecantikan.

"Tidak mungkin aku membawamu bertemu bertemu dengan orang tuaku dengan penampilan kamu yang seperti ini, yang ada nanti mereka gak mau melihat kamu."

Yasmin menunduk meneliti pakaiannya dari atas sampai bawah. Dirinya memang hanya mengenakan atasan kaus berwarna hitam yang sudah lusuh karena dimakan zaman dengan celana jeans sebagai pelengkap penampilannya selain itu juga dirinya hanya mengenakan sandal jepit dan juga tidak mengenakan make_up.

"Maaf, aku tidak punya pakaian bagus," ucap Yasmin.

"Ayo turun. Kamu harus terlihat sempurna di hadapan orang tuaku."

Yasmin pun mengikuti langkah Gibran memasuki salon kecantikan itu!

"Selamat datang di salon kecantikan kami. Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita yang bekerja di sana.

"Buat pacar saya ini cantik, secantik mungkin," ucap Gibran pada wanita itu.

Yasmin tersenyum yang dipaksakan pada wanita yang menyambut kedatangan mereka di sana.

*******

"Wah lihat Shaima, pakaian di sini bagus-bagus Ibu sampai bingung mau pilih yang mana," ucap Zaina sembari memilih pakaian yang menggantung di toko yang mereka datangi itu.

"Bu, pilih yang cocok dan nyaman buat Ibu. Oh iya yang membuat Ibu terlihat seperti orang kaya." Shaima berucap sembari terus memilih pakaian untuk Zaina.

"Kira-kira yang mana ya yang cocok buat Ibu?"

"Ibu sabar dong, aku lagi pilih baju yang terbaik buat Ibu."

*******

Zafran sedang berjalan menuju sebuah tempat dengan raut wajahnya yang dipenuhi oleh kebahagiaan.

"Fran, tumben kamu keluyuran siang-siang gini? Biasanya juga kamu tidur di jam segini," ucap seorang warga yang lewat.

"Iya dong, aku lagi banyak duit dan sekarang aku mau bayar hutang sama juragan Hendra," sahut Zafran.

"Tumben punya duit, biasanya kamu nungguin Yasmin pulang kerja."

"Diam lo ah. Ini duit buat lo!" Zafran memberikan selembar uang kertas berwarna merah pada laki-laki itu itu lalu melanjutkan langkahnya lagi.

Tidak butuh waktu lama, Zafran pun tiba di suatu tempat.

"Juragan, saya mau bayar semua hutang saya. Totalnya berapa?" tanya Zafran.

"Udah punya duit lu rupanya. Totalnya lima juta."

Zafran pun langsung menghitung uangnya sebanyak hutangnya pada laki-laki yang dia sebut 'Juragan' itu.

"Mas, banyak tuh duitnya. Bagi aku dong," ucap Monik.

"Pasti aku kasih buat kamu. Kamu tenang saja."

Setelah membayar semua hutangnya, Zafran berjalan menuju kumpulan orang-orang yang sedang berjudi dan berkumpul bersama mereka tak lupa Zafran juga menggandeng Monik dan mengajaknya ikut bergabung.

"Mas, nanti kalah. Kamu kan tukang kalah," ucapan Monik sembari mengelus dada Zafran.

"Kamu tenang saja Mon, kalau pun aku kalah, aku masih ada uang buat jajanin kamu."

"Wah, Mas Zafran sekarang banyak duit ya. Sukaaa deh aku." Monik mencium Zafran lalu membenamkan kepalanya di bahu laki-laki itu.

"Giliran sama yang banyak duitnya aja gelendotan gitu," ucap teman seperjudiannya Zafran.

"Iri? Bilang dong," ucap Zafran dengan senyum meremehkan.

"Ah elu Fran, baru punya duit segitu aja udah sombong."

"Udah-udah. Nih kita mau lanjut main gak?" ucap laki-laki yang lainnya.

*******

"Mas, aku udah selesai," ucap Yasmin pada Gibran.

Gibran menatap Yasmin dan alangkah terkejutnya dia saat melihat penampilan Yasmin yang sudah menggunakan make_up dan juga pakaian yang dia belikan untuk Yasmin.

Gibran menatap Yasmin dengan mata yang tak berkedip satu kali pun, mulutnya menganga dan tubuhnya terasa kaku sehingga dirinya sulit untuk bergerak.

Melihat Yasmin yang begitu berbeda dari sebelumnya, membuat Gibran terpesona dan tak ingin berhenti memandangnya.

Mungkinkah dirinya jatuh cinta pada orang yang tidak dia kenal sama sekali?

*******

"Mam, Pa kenalin ini pacar aku namanya Yasmin," ucap Gibran pada kedua orang tuanya.

Saat itu, Gibran dan Yasmin sudah tiba di rumah orang tuanya Gibran. Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya, Gibran langsung mengenalkan Yasmin sebagai kekasihnya pada orang tuanya.

Maria ~ mamanya Gibran, tersenyum ke arah Yasmin lalu menyapa wanita itu.

"Yasmin, ayo duduk Nak!" Maria langsung mengajak Yasmin duduk dengan memasang senyumannya yang manis.

"Terimakasih, tante." Yasmin langsung duduk di kursi yang ada didekatnya.

Darwin ~ papanya Gibran, masih berdiri bersama Gibran sambil menatap wanita pilihan putranya.

"Pilihan kamu top," ucap Darwin berbisik sembari mengacungkan kedua jempolnya ke hadapan Gibran.

Gibran tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya.

"Maaf Pa, aku mengenalkan orang yang tidak aku cintai daripada aku harus dijodohkan dengan Ayesha," ucap Gibran didalam hatinya.

Ayesha adalah gadis pilihan papanya Gibran untuk menjadi istrinya Gibran jika Gibran tidak juga mengenalkan seorang gadis pilihannya yang akan dijadikan istrinya.

Tak lama Maria datang dengan membawa minum untuk Yasmin dan keluarganya.

"Maaf tante jadi ngerepotin."

"Gak apa-apa sayang. Ayo diminum."

"Papa, Gibran, kalian mau berdiri saja disitu atau mau duduk di sini bersama Mama dan calon menantu Mama," ucap Maria pada suaminya dan Gibran.

"Selamat siang Om, Tante," ucap Ayesha yang baru tiba di rumah itu.

Ayesha adalah anak dari teman dekatnya Darwin jadi dia sudah terbiasa keluar masuk rumah tersebut.

"Eh Ayesha, kebetulan kamu datang. Sini duduk!" Seperti biasa Maria menyambut kedatangan gadis itu dengan baik.

"Ada tamu rupanya," ucap Ayesha setelah dirinya duduk bersama mereka.

"Sha, kenalin ini Yasmin pacar aku," ucap Gibran pada Ayesha.

Ayesha tersedak minuman yang sedang dia minum sesaat setelah mendengar perkataan Gibran.

Uhuk!

Uhuk!

"Sha, kenapa? Pelan-pelan dong minumnya," ucap Darwin.

"Maaf-maaf. Aku kurang berhati-hati."

"Gibran, aku mau bicara sama kamu." Ayesha berjalan menuju kolam renang yang letaknya agak jauh dari ruang tamu rumah mereka.

"Yas, aku tinggal dulu ya. Jangan cemburu dia itu cuma teman aku kok," ucap Gibran seolah-olah mereka beneran berpacaran.

Yasmin hanya tersenyum menanggapi perkataan Gibran padanya.

"Yasmin, kamu tinggal di mana Nak?" tanya Maria yang berusaha memecah keheningan di sana.

"Aku tinggal di daerah xxx Tante."

"Bagaimana kabar orang tuamu?" sambung Darwin.

"Alhamdulillah, baik."

Yasmin tak bisa bicara banyak pada mereka karena takut salah bicara.

–––– ––––

"Gibran, kenapa kamu bawa cewek ke rumah dan mengenalkannya sebagai pacar kamu?" Ayesha terlihat kesal saat itu.

Ayesha menyukai Gibran dan berharap mereka bisa menikah lewat perjodohan yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya dan juga orang tuanya Gibran.

"Kenapa kamu bilang?" Gibran menatap Ayesha. "Ya karena aku mencintai dia," sambung Gibran.

"Gibran, orang tua kita sudah sepakat untuk menjodohkan kita."

"Tidak, Ayesha. Mereka akan menjodohkannya kita kalau aku tidak mempunyai kekasih, sekarang aku punya kekasih yang sangat aku cintai tolong kamu berhenti berharap tentang perjodohan kita."

"Tapi aku mencintai kamu Gibran. Kenapa sih kamu gak pernah suka sama aku? Apa kurangnya aku?"

"Gak ada yang kurang dari kamu Sha, kamu sempurna tapi aku tidak bisa mencintai kamu karena aku hanya menganggap kamu sebagai temanku."

Saat mereka sedang bicara, terdengar suara langkah kaki yang bergerak menghampiri mereka.

Gibran dan Ayesha pun menghentikan pembicaraan mereka.

"Lagi pada ngobrolin apa sih? Serius banget," ucap Maria.

"Nggak kok Mam. Oh ya Yasmin ...." Gibran menghentikan ucapannya.

"Mama kok kesini, siapa yang nemenin dia?" sambung Gibran.

"Kamu gimana sih Nak. Bawa anak orang kok malah ditinggal lama-lama, kasihan Yasmin tuh, dia belum kenal dengan keluarga kita. Kamu jangan biarkan dia gak nyaman di rumah kita ini, cepat temui dia."

"Iya Mam," sahut Gibran pada Maria.

"Sha, aku tinggal dulu ya!" Gibran pun meninggalkan Ayesha dan mamanya di sana.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!