"Salon?" Yasmin menatap Gibran dengan tatapan penuh tanya.
Kemarin Gibran bilang katanya mau mengenalkan dirinya sebagai kekasihnya pada orang tua Gibran namun kenapa saat itu Gibran menghentikan mobilnya di depan sebuah salon kecantikan.
"Tidak mungkin aku membawamu bertemu bertemu dengan orang tuaku dengan penampilan kamu yang seperti ini, yang ada nanti mereka gak mau melihat kamu."
Yasmin menunduk meneliti pakaiannya dari atas sampai bawah. Dirinya memang hanya mengenakan atasan kaus berwarna hitam yang sudah lusuh karena dimakan zaman dengan celana jeans sebagai pelengkap penampilannya selain itu juga dirinya hanya mengenakan sandal jepit dan juga tidak mengenakan make_up.
"Maaf, aku tidak punya pakaian bagus," ucap Yasmin.
"Ayo turun. Kamu harus terlihat sempurna di hadapan orang tuaku."
Yasmin pun mengikuti langkah Gibran memasuki salon kecantikan itu!
"Selamat datang di salon kecantikan kami. Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita yang bekerja di sana.
"Buat pacar saya ini cantik, secantik mungkin," ucap Gibran pada wanita itu.
Yasmin tersenyum yang dipaksakan pada wanita yang menyambut kedatangan mereka di sana.
*******
"Wah lihat Shaima, pakaian di sini bagus-bagus Ibu sampai bingung mau pilih yang mana," ucap Zaina sembari memilih pakaian yang menggantung di toko yang mereka datangi itu.
"Bu, pilih yang cocok dan nyaman buat Ibu. Oh iya yang membuat Ibu terlihat seperti orang kaya." Shaima berucap sembari terus memilih pakaian untuk Zaina.
"Kira-kira yang mana ya yang cocok buat Ibu?"
"Ibu sabar dong, aku lagi pilih baju yang terbaik buat Ibu."
*******
Zafran sedang berjalan menuju sebuah tempat dengan raut wajahnya yang dipenuhi oleh kebahagiaan.
"Fran, tumben kamu keluyuran siang-siang gini? Biasanya juga kamu tidur di jam segini," ucap seorang warga yang lewat.
"Iya dong, aku lagi banyak duit dan sekarang aku mau bayar hutang sama juragan Hendra," sahut Zafran.
"Tumben punya duit, biasanya kamu nungguin Yasmin pulang kerja."
"Diam lo ah. Ini duit buat lo!" Zafran memberikan selembar uang kertas berwarna merah pada laki-laki itu itu lalu melanjutkan langkahnya lagi.
Tidak butuh waktu lama, Zafran pun tiba di suatu tempat.
"Juragan, saya mau bayar semua hutang saya. Totalnya berapa?" tanya Zafran.
"Udah punya duit lu rupanya. Totalnya lima juta."
Zafran pun langsung menghitung uangnya sebanyak hutangnya pada laki-laki yang dia sebut 'Juragan' itu.
"Mas, banyak tuh duitnya. Bagi aku dong," ucap Monik.
"Pasti aku kasih buat kamu. Kamu tenang saja."
Setelah membayar semua hutangnya, Zafran berjalan menuju kumpulan orang-orang yang sedang berjudi dan berkumpul bersama mereka tak lupa Zafran juga menggandeng Monik dan mengajaknya ikut bergabung.
"Mas, nanti kalah. Kamu kan tukang kalah," ucapan Monik sembari mengelus dada Zafran.
"Kamu tenang saja Mon, kalau pun aku kalah, aku masih ada uang buat jajanin kamu."
"Wah, Mas Zafran sekarang banyak duit ya. Sukaaa deh aku." Monik mencium Zafran lalu membenamkan kepalanya di bahu laki-laki itu.
"Giliran sama yang banyak duitnya aja gelendotan gitu," ucap teman seperjudiannya Zafran.
"Iri? Bilang dong," ucap Zafran dengan senyum meremehkan.
"Ah elu Fran, baru punya duit segitu aja udah sombong."
"Udah-udah. Nih kita mau lanjut main gak?" ucap laki-laki yang lainnya.
*******
"Mas, aku udah selesai," ucap Yasmin pada Gibran.
Gibran menatap Yasmin dan alangkah terkejutnya dia saat melihat penampilan Yasmin yang sudah menggunakan make_up dan juga pakaian yang dia belikan untuk Yasmin.
Gibran menatap Yasmin dengan mata yang tak berkedip satu kali pun, mulutnya menganga dan tubuhnya terasa kaku sehingga dirinya sulit untuk bergerak.
Melihat Yasmin yang begitu berbeda dari sebelumnya, membuat Gibran terpesona dan tak ingin berhenti memandangnya.
Mungkinkah dirinya jatuh cinta pada orang yang tidak dia kenal sama sekali?
*******
"Mam, Pa kenalin ini pacar aku namanya Yasmin," ucap Gibran pada kedua orang tuanya.
Saat itu, Gibran dan Yasmin sudah tiba di rumah orang tuanya Gibran. Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya, Gibran langsung mengenalkan Yasmin sebagai kekasihnya pada orang tuanya.
Maria ~ mamanya Gibran, tersenyum ke arah Yasmin lalu menyapa wanita itu.
"Yasmin, ayo duduk Nak!" Maria langsung mengajak Yasmin duduk dengan memasang senyumannya yang manis.
"Terimakasih, tante." Yasmin langsung duduk di kursi yang ada didekatnya.
Darwin ~ papanya Gibran, masih berdiri bersama Gibran sambil menatap wanita pilihan putranya.
"Pilihan kamu top," ucap Darwin berbisik sembari mengacungkan kedua jempolnya ke hadapan Gibran.
Gibran tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya.
"Maaf Pa, aku mengenalkan orang yang tidak aku cintai daripada aku harus dijodohkan dengan Ayesha," ucap Gibran didalam hatinya.
Ayesha adalah gadis pilihan papanya Gibran untuk menjadi istrinya Gibran jika Gibran tidak juga mengenalkan seorang gadis pilihannya yang akan dijadikan istrinya.
Tak lama Maria datang dengan membawa minum untuk Yasmin dan keluarganya.
"Maaf tante jadi ngerepotin."
"Gak apa-apa sayang. Ayo diminum."
"Papa, Gibran, kalian mau berdiri saja disitu atau mau duduk di sini bersama Mama dan calon menantu Mama," ucap Maria pada suaminya dan Gibran.
"Selamat siang Om, Tante," ucap Ayesha yang baru tiba di rumah itu.
Ayesha adalah anak dari teman dekatnya Darwin jadi dia sudah terbiasa keluar masuk rumah tersebut.
"Eh Ayesha, kebetulan kamu datang. Sini duduk!" Seperti biasa Maria menyambut kedatangan gadis itu dengan baik.
"Ada tamu rupanya," ucap Ayesha setelah dirinya duduk bersama mereka.
"Sha, kenalin ini Yasmin pacar aku," ucap Gibran pada Ayesha.
Ayesha tersedak minuman yang sedang dia minum sesaat setelah mendengar perkataan Gibran.
Uhuk!
Uhuk!
"Sha, kenapa? Pelan-pelan dong minumnya," ucap Darwin.
"Maaf-maaf. Aku kurang berhati-hati."
"Gibran, aku mau bicara sama kamu." Ayesha berjalan menuju kolam renang yang letaknya agak jauh dari ruang tamu rumah mereka.
"Yas, aku tinggal dulu ya. Jangan cemburu dia itu cuma teman aku kok," ucap Gibran seolah-olah mereka beneran berpacaran.
Yasmin hanya tersenyum menanggapi perkataan Gibran padanya.
"Yasmin, kamu tinggal di mana Nak?" tanya Maria yang berusaha memecah keheningan di sana.
"Aku tinggal di daerah xxx Tante."
"Bagaimana kabar orang tuamu?" sambung Darwin.
"Alhamdulillah, baik."
Yasmin tak bisa bicara banyak pada mereka karena takut salah bicara.
–––– ––––
"Gibran, kenapa kamu bawa cewek ke rumah dan mengenalkannya sebagai pacar kamu?" Ayesha terlihat kesal saat itu.
Ayesha menyukai Gibran dan berharap mereka bisa menikah lewat perjodohan yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya dan juga orang tuanya Gibran.
"Kenapa kamu bilang?" Gibran menatap Ayesha. "Ya karena aku mencintai dia," sambung Gibran.
"Gibran, orang tua kita sudah sepakat untuk menjodohkan kita."
"Tidak, Ayesha. Mereka akan menjodohkannya kita kalau aku tidak mempunyai kekasih, sekarang aku punya kekasih yang sangat aku cintai tolong kamu berhenti berharap tentang perjodohan kita."
"Tapi aku mencintai kamu Gibran. Kenapa sih kamu gak pernah suka sama aku? Apa kurangnya aku?"
"Gak ada yang kurang dari kamu Sha, kamu sempurna tapi aku tidak bisa mencintai kamu karena aku hanya menganggap kamu sebagai temanku."
Saat mereka sedang bicara, terdengar suara langkah kaki yang bergerak menghampiri mereka.
Gibran dan Ayesha pun menghentikan pembicaraan mereka.
"Lagi pada ngobrolin apa sih? Serius banget," ucap Maria.
"Nggak kok Mam. Oh ya Yasmin ...." Gibran menghentikan ucapannya.
"Mama kok kesini, siapa yang nemenin dia?" sambung Gibran.
"Kamu gimana sih Nak. Bawa anak orang kok malah ditinggal lama-lama, kasihan Yasmin tuh, dia belum kenal dengan keluarga kita. Kamu jangan biarkan dia gak nyaman di rumah kita ini, cepat temui dia."
"Iya Mam," sahut Gibran pada Maria.
"Sha, aku tinggal dulu ya!" Gibran pun meninggalkan Ayesha dan mamanya di sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments