Pagi hari setelah azan subuh, Yasmin sudah rapi, dia sudah mandi dan sudah selesai dengan urusannya sebagai umat muslim.
Yasmin menatap Gibran yang masih tertidur di atas sofa yang letaknya tak jauh dari tempat tidurnya. "Aku tidak mengerti kenapa kamu memilih menikah kontrak denganku bukan malah mencari wanita yang benar-benar kamu cintai yang akan menemani kamu seumur hidupmu," ucap Yasmin dengan tatapan terus tertuju pada Gibran.
Beberapa saat kemudian, Yasmin segera merapikan alat shalatnya dan menyimpannya di atas tempat tidur setelah itu Yasmin keluar dari kamarnya!
Yasmin terus berjalan tanpa tujuan! Dia berniat pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuknya dan untuk keluarga barunya.
"Dapurnya dimana ya? Masa rumah sebesar ini gak ada dapurnya," gumam Yasmin.
"Lagi nyari apa Kak?" tanya Galih ~ adiknya Gibran.
"Aku lagi nyari dapur. Dapurnya dimana ya?" ucap Yasmin.
Galih tersenyum lalu memberitahu letak dapur di rumah mereka.
"Dari sini lurus aja nanti dari sana langsung terlihat dapurnya."
"Terimakasih. Oh ya maaf, kamu siapa ya?"
"Aku Galih, adiknya kak Gibran kak."
"Oh, maaf aku gak tahu. Kalau gitu aku permisi." Yasmin langsung pergi ke dapur setelah merasa selesai dengan pembicaraannya dengan Galih!
Galih menatap punggung Yasmin dalam waktu yang lama. "Apa kakak gak salah pilih istri ya? Perasaan istri kakak itu masih ABG, palingan seumuran dengan aku," gumam Galih.
Yasmin memang masih berusia dua puluh tahun seharusnya dirinya masih berkuliah tapi karena ketidakadaan nya biaya membuatnya berhenti sekolah saat lulus sekolah menengah atas sedangkan Gibran sudah dewasa bahkan usia mereka terpaut lumayan jauh.
Sesampainya di dapur. Yasmin melihat ada dua perempuan orang yang sedang memasak, Yasmin pun langsung menghampiri dua orang itu!
"Selamat pagi," ucap Yasmin dengan senyuman ramahnya.
"Selamat pagi, Mbak. Ada yang Mbak butuhkan sehingga Mbak harus pergi ke dapur?" ucap salah satu perempuan itu.
"Tidak, saya kesini untuk memasak. Boleh saya bantu?"
"Tapi Mbak, nanti Mas Gibran dan Nyonya akan marah."
"Tidak mungkin. Kenapa harus marah, saya melakukan ini semua karena keinginan saya bukan karena kalian yang meminta. Oh ya, nama saya Yasmin."
"Saya Wati dan ini Arti," ucap salah satu dari dua wanita itu.
Yasmin tersenyum lebar lalu mulai mendekati kompor gas yang sedang menyala itu!
"Mau masak apa?" tanya Yasmin.
"Terserah Mbak saja."
"Kok terserah. Ini sedang masak apa?"
"Itu sedang masak sup ayam."
"Oh sup ayam. Saya bantu apa nih jadinya?"
Wati dan Arti saling menatap, mereka tidak berani mengatakan apa yang seharusnya dilakukan lagi setelah memasak sup itu karena mereka takut majikannya marah jika tahu Yasmin ikut bekerja di dapur.
"Jangan sungkan, saya biasa melakukan pekerjaan rumah atau mau saya bantu untuk mengepel lantai?"
"Tidak, tidak perlu. Setelah ini kita akan menggoreng ayam," ucap Arti.
"Kalau gitu biar saya yang menyiapkannya. Kalian boleh kerjakan tugas yang lain. Kalau mau nyuci atau apa kerjakan saja biar saya yang masak hari ini."
"Tapi Mbak, nanti Tuan akan marah."
"Tidak. Udah kalian kerjakan yang lain saja biar pekerjaan kalian cepat selesai dan bisa istirahat lebih cepat."
*******
Di kamar Gibran.
Gibran membuka matanya dan langsung melihat ke arah tempat tidurnya untuk melihat Yasmin.
"Kemana dia?" Gibran langsung duduk saat tak mendapati sosok Yasmin di tempat tidurnya dan di sekeliling kamarnya.
Dia berjalan menuju kamar mandi untuk memastikan apakah Yasmin ada di dalamnya atau tidak!
Tok!
Tok!
Tok!
"Yasmin! Kamu didalam?"
Tok!
Tok!
Tok!
Beberapa kali mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari Yasmin.
Gibran pun segera keluar dari kamarnya untuk mencari Yasmin!
Di kamar Galih.
Galih sudah siap-siap untuk pergi ke kampus.
Saat dirinya sedang menyisir rambutnya tiba-tiba Galih teringat dengan Yasmin, dia mengingat saat pertemuan pertamanya dengan Yasmin tadi pagi.
"Kenapa gue jadi ingat sama dia sih? Astaga Galih, ingat dia itu kakak ipar lu," ucap Galih didalam hatinya.
Galih meneruskan menyisir rambutnya sambil bersiul.
"Lo lihat bini gue gak?" tanya Gibran yang tiba-tiba datang ke kamar Galih.
"Kok nanya aku sih, kakak kan suaminya."
"Dia gak ada di kamar."
"Dia di dapur kak, gak mungkin gue sembunyikan dia di sini kan."
"Ngomong kek dari tadi." Gibran langsung pergi dari kamar Galih dan menuju dapur!
*******
Selesai masak, Yasmin langsung menata makanan itu di atas meja makan!
"Lagi ngapain?" tanya Gibran yang melihat Yasmin sedang menata makanan.
"Kamu udah bangun? Ini aku lagi bantuin Mbak Wati dan Mbak Arti," ucap Yasmin.
"Kamu gak harus bekerja di dapur. Udah ayo ke kamar lagi."
"Aku gak bisa hanya duduk berdiam diri, aku gak betah."
"Udah ayo ke kamar, ada yang mau aku bicarakan sama kamu."
Gibran meraih tangan Yasmin lalu menariknya pelan.
"Ih sebentar dulu kenapa sih."
"Mbak Wati tolong lanjutkan pekerjaan saya ya," ucap Yasmin pada asisten rumah tangga itu.
"Iya, Mbak."
Wati dan Arti saling menatap lalu segera menghampiri meja makan yang masih berantakan!
"Wat, jangan-jangan Mas Gibran marah," ucap Arti.
"Iya, aku takut Mas Gibran marah."
"Semoga saja dia gak marah deh."
*******
"Kamu ngapain sih ngerjain pekerjaan dapur? Kan sudah ada Mbak Wati dan Mbak Arti."
"Aku cuma suntuk aja, bangun dari subuh tapi gak ada yang aku kerjakan."
"Kamu jangan sampai membuat Mama dan Papaku curiga dengan pernikahan kita ya."
"Iya, aku tahu."
"Sekarang latihlah dulu."
"Latihan apa?" Yasmin menatap Gibran.
"Ini hari pertama kamu menjadi istri aku. Lakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri."
"Paling sebelum kamu berangkat kerja aku harus cium tangan kamu. Itu gak perlu latihan karena aku biasa mencium tangan Ayah dan Ibuku. Sama aja kan?"
"Biasanya pengantin baru itu sok mesra didepan keluarganya. Aku mau kita se_mesra mungkin didepan keluarga aku."
"Iya, aku tahu."
"Cium tangan aku." Gibran menyodorkan tangannya didepan Yasmin.
Yasmin menatap Gibran lalu menatap tangan Gibran yang mulus dan juga putih itu.
"Ayo Yasmin."
"Iya." Yasmin pun mencium punggung tangan Gibran lalu Gibran mencium kening Yasmin, namun sebelum Gibran berhasil mencium keningnya, Yasmin langsung menggerakkan kepalanya ke belakang sehingga membuat Gibran gagal menciumnya.
"Kamu gimana sih? Ini lagi latihan, kamu tenang aja kita halal melakukannya kok."
"T_tapi aku. Aku tidak pernah melakukan ini."
"Karena ini yang pertama bagi kamu dan bagi aku juga makanya kita harus latihan."
"Latihannya nanti aja. Kamu mandi sana!"
Yasmin mendorong Gibran ke depan pintu kamar mandi untuk mengeluarkan dirinya dari suasana yang menegangkan itu!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments