Kejadian seminggu lalu.
"Nduk, kamu nggak nginep aja di sini?" Kata bude Marini kakak mendiang ibunya Ayudia.
"Maaf bude, Ayu nggak bisa nginep disini, besok adik-adik sekolah," ucap Ayudia sambil berpamitan pada budenya.
Ayudia menuju jalan besar diantar oleh Samsul anak dari bude Marini," maaf ya Yu, mas nggak bisa antar kamu sampai ke rumah, mas harus masuk sif malam," ujar laki-laki yang bekerja di salah satu pabrik elektronik di kota itu.
"Nggak apa-apa mas, Ayu bisa naik angkot, masih rame ini," dia menyalami kakak sepupunya.
"Pokoknya kalau udah sampai rumah, kabarin mas, ya! terus salam buat Adik-adik yang lain."
"Iya mas, angkotnya udah Dateng, Ayu pamit ya mas!" Samsul mengangguk.
Didalam angkot ada beberapa penumpang, namun setelah sekitar satu kilo kemudian, penumpang hanya tinggal Ayudia dan dua orang laki-laki dan supir.
Awalnya Ayudia tak mempedulikan hal itu, namun sepertinya, angkot berbelok tidak sesuai trayek seperti biasanya, "bang kok nggak lurus?" Tanya Ayudia pada supir,
"Saya mau isi bensin dulu neng," jawab supir berdusta.
"Tapi kan di depan juga ada pom bensin," sangkal Ayudia.
Karena kesal dengan kebawelan gadis berkemeja hitam itu, salah satu penumpang menatapnya tajam, "diem Lo!" ujar lelaki yang duduk berhadapan dengan Ayudia
Gadis itu menjadi ketakutan, ia menggeser jendela kaca dan berteriak minta tolong, namun karena jalanan sepi, tak ada satupun orang yang menolongnya.
Melihat hal itu salah satu laki-laki itu, menarik tangan Ayudia dan membekap mulutnya, "diem Lo, Lo mau gue perkosa di sini," bentaknya.
Ayudia memberontak sekuat tenaga, karena pemberontakan gadis itu, teman satunya yang sedari tadi diam membantu temannya untuk memegangi gadis itu.
Karena pemberontakan gadis itu, angkot sempat oleng, dan menyenggol pengendara motor sport yang baru saja melintas.
Melihat ada orang lain, Ayudia menendang dan menjambak dua lelaki yang sedang menyanderanya, dan berteriak sekuat tenaga meminta tolong.
Tak lama kemudian, angkot tiba-tiba berhenti, "kenapa berhenti bang?" Tanya salah satu lelaki yang memegangi Ayudia di belakang.
"Ada yang ngalangin jalan tuh!" supir menunjuk motor yang berhenti tepat di depan angkot yang ia kendarai.
"Hajar aja bang, ganggu kesenangan kita aja!" Sahut salah satu rekannya.
Supir dan salah satu lelaki itu turun dari angkot, dan terjadilah perkelahian diantara mereka.
Melihat teman-temannya kewalahan menghadapi satu orang, lelaki yang sedang memegangi Ayudia, langsung turun dari angkot dan membantu temannya, namun belum sampai satu menit ia sudah tumbang.
Pengendara motor itu, langsung mengajak Ayudia untuk pergi dari sana dengan motornya.
Beberapa saat kemudian, lelaki pengendara motor itu menghentikan laju motornya, di salah satu minimarket yang buka 24 jam,
Dia membeli minum, untuk gadis yang baru saja ia tolong, "minum nih," ujarnya sambil memberikan air mineral yang masih tersegel kepada gadis yang masih sesenggukan.
Ayudia menerimanya, dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah.
"Rumah kamu dimana? Saya antar," ujar lelaki itu, namun tak ada tanggapan apapun dari gadis yang sedang duduk di bangku di depan minimarket itu, "atau kamu mau saya antar ke rumah sakit? Apa kamu ada luka?"
Gadis itu tak menjawab ia hanya menggeleng, lelaki itu menghembuskan nafasnya, "oke, kalau gitu, kamu ikut ke kosan saya dulu. Nanti kalau kamu udah tenang, saya antar ke rumah kamu," namun tetap tak ada tanggapan dari gadis itu.
Sesampainya di kosan, lelaki itu mengajaknya memasuki kamar kos, "kamu bisa memakai kamar mandi di sana," dia menunjuk pintu yang terletak di samping pintu masuk kamar, "dan kamu bisa ganti pakai baju saya dulu, sepertinya baju kamu udah nggak layak pakai."
Ayudia membersihkan dirinya dan memakai kaos putih kebesaran milik lelaki yang menolongnya.
Melihat gadis yang ditolongnya baru saja keluar dari kamar mandi menggunakan kaos miliknya membuat dada lelaki itu tiba-tiba berdebar-debar, ia mengalihkan pandangannya.
"Apa kamu sudah makan?" Tanyanya tanpa menatap lawan bicara. Gadis itu hanya mengangguk.
"Oh ya nama saya, Benedict, kamu bisa memanggil saya Ben, silahkan kamu tidur di ranjang dan saya akan tidur diluar," ujarnya bangkit dari ranjang.
Namun saat Benedict menuju pintu kamarnya, lengannya di tahan oleh gadis itu, "jangan tinggalkan aku, aku takut," ujarnya lirih.
"Tapi tak mungkin saya tidur di sini, apa kamu tidak takut dengan saya? Bagaimanapun saya ini lelaki, tidak mungkin saya bisa satu ranjang dengan seorang gadis, itu bisa berbahaya buat kamu," Benedict menolak permintaan gadis itu.
"Aku percaya kamu tidak akan melakukan hal buruk padaku, jadi jangan tinggalkan aku, aku masih takut," gadis itu terlihat gemetaran.
Terpaksa Benedict menyetujui permintaan itu, keduanya tidur berdampingan di ranjang berukuran sedang.
Sepertinya gadis disampingnya, tak lagi ketakutan, setelah mandi jadi lebih tenang.
Untuk menghilangkan rasa canggung diantara keduanya Benedict angkat bicara, "Siapa nama kamu?"
Gadis yang berbaring terlentang memandang langit-langit kamar kos, mengalihkan pandangannya kepada lelaki disampingnya, "nama aku Ayudia,"
"Em.. Ayudia,"
"Panggil saja aku Ayu, mas!" gadis itu menyebutkan nama panggilannya.
Mendengar ucapan gadis disampingnya mendadak dadanya semakin kuat berdetak, "apa gue punya penyakit jantung? Kenapa dari tadi jantung gue berdebar-debar?" tuturnya dalam hati. "Tidur Ayu, udah malam,"
"Tapi tolong jangan tinggalin aku, ya mas!aku takut penjahat itu ngikutin aku," Ayudia kembali merasa takut.
"Iya, saya tetap di sini temenin kamu,"
Ayudia meringkuk dibalik selimut yang menutupi sampai lehernya,
Benedict yang ada disampingnya berusaha menenangkannya, ia memeluk gadis itu dan mengelus punggungnya, belum sampai sepuluh menit ia sudah tertidur, "ini cewek nggak waspada banget ya! Padahal abis ngalamin pelecehan, bisa-bisanya dia malah mau dipeluk sama laki-laki asing macam gue, dan gue lebih nggak percaya sama diri gue sendiri, kok bisa gue tahan nggak ngapa-ngapain padahal sedekat ini sama cewek, huh ..." Gumam Benedict.
Entah mengapa, baru beberapa menit setelahnya Benedict menyusul terlelap, padahal ia adalah salah satu penderita insomnia.
***
Mentari pagi bersinar, cahayanya masuk melalui sela-sela gorden yang tidak tertutup rapat, Benedict menggeliat, ia membuka matanya.
Lelaki itu duduk, namun ia merasa sepertinya ada yang kurang, ia berpikir kejadian yang dialaminya semalam, ia mengalihkan pandangannya ke samping. Seharusnya ada seorang gadis yang tidur bersamanya, ia menyentuh bagian sisi ranjang yang lain, terasa dingin, yang artinya, gadis yang mengaku bernama Ayudia itu sudah pergi lama.
Rasanya seperti mimpi, ia bangkit hendak berniat menuju kamar mandi, untuk memulai ritual paginya.
Terasa segar setelah lelaki itu membersihkan diri, ia membuka gorden tepat berada di tengah-tengah ranjang dan meja belajar yang bersisian.
Di meja itu dia menemukan sebuah note
Mas Ben, terima kasih ya udah tolongin Ayu, maaf nggak bangunin, soalnya kayaknya pules banget tidurnya, terus pinjam kaosnya dulu ya, Ayu pulang dulu.
Membaca note kecil itu, rasanya seperti kehilangan. Benedict meremas note kecil itu, ada rasa tidak terima yang menyelinap dihatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments