Melihat kepergian Ica, Benedict menghela nafas, ia merasa tertipu. Bagaimana mungkin seorang Benedict di permainkan oleh seorang gadis seperti Ayudia?
Tadi saat mengobrol dengan Ica di cafe, dengan mudahnya Benedict membuat Ica mengaku apa yang sebenarnya terjadi, kenapa saat dia janjian dengan Ayudia malah Ica yang datang,
Yang tidak habis pikir, bagaimana mungkin waktunya yang berharga hanya di hargai tiga ratus ribu rupiah, rasa amarah menyelimutinya, harga dirinya terluka.
Benedict melajukan motornya, dibalik helmnya berbagai sumpah serapah ia ucapkan. Apa Ayudia tidak tau siapa dia? Kalau sampai Rama tau, salah satu karyawannya mempermainkan dirinya, habis sudah ia akan ditertawakan.
Waktu jam pulang sif pagi hampir selesai, Benedict melajukan motornya menuju cafe dimana Ayudia bekerja, ia akan meminta penjelasan mengapa gadis itu membohonginya.
Dari kejauhan Benedict melihat Ayudia sedang menunggu angkot di halte, saat keduanya tak sengaja bertatapan, gadis itu segera menghentikan angkot yang lewat, sepertinya Ayudia sengaja menghindar.
Lelaki itu mengikuti angkot yang dinaiki gadis itu, sampai beberapa menit setelahnya, Ayudia turun dari angkot.
Kesempatan untuk Benedict menghampiri Ayudia, saat gadis itu hendak menghindarinya lagi, Benedict turun dari motor tanpa melepaskan helm yang dikenakannya.
Tak banyak bicara, Benedict menarik tangan Ayudia, untuk menaiki motornya, tak lupa ia memakaikan helm yang biasa dipakai oleh gadis itu.
Lelaki itu melajukan motornya lumayan kencang, Ayudia berpegangan semakin erat pada lelaki didepannya.
Lebih dari tiga puluh menit, motor memasuki tempat pariwisata di Utara ibu kota. Benedict menghentikan motornya tak jauh dari pinggir pantai.
Ayudia hanya bisa pasrah, ia tau harusnya tidak membohongi lelaki yang menolongnya dan merupakan salah satu sahabat bosnya ditempatnya bekerja. Andai saja mas Rama tau, dia menipu salah satu sahabatnya, bisa-bisa ia dipecat.
Memikirkan itu mendadak gadis itu gelisah, Ayudia berjalan mengikuti lelaki dewasa itu menuju tempat duduk tak jauh dari bibir pantai.
"Kalau kamu berpikir saya akan mengadukan perbuatan kamu ke Rama, kamu tidak perlu khawatir, saya bukan orang yang picik, tapi sebagai seorang laki-laki saya sangat marah akan tindakan kamu, apalagi waktu berharga saya kamu hargai hanya tiga ratus ribu rupiah. Harga diri saya terluka, kalau kamu memang tidak mau saya ajak jalan, bisa kamu katakan dari awal, bukan malah membohongi saya. Bahkan secara tidak langsung kamu menjual saya, apa kamu bisa menjelaskan maksud dari perbuatan kamu?" Benedict memberikan tatapan tajam pada gadis dihadapannya,
Ayudia memainkan tali tas Sling bag nya, jujur saja sekarang ia sangat takut dengan laki-laki dihadapannya itu, "m..maaf,"
Benedict bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan gadis itu, "Ayudia, apa menurut kamu dengan kata maaf semuanya selesai? Tidak semudah itu Ayudia, apakah kamu tau hal yang paling saya benci di dunia ini adalah dibohongi dan dikhianati, kamu sudah melakukan salah satu hal yang saya benci, tapi khusus kamu, saya akan memberikan kamu kesempatan untuk menjelaskan alasan kamu membohongi saya." Katanya panjang lebar.
Ayudia menghela nafas kasar, sepertinya dia harus jujur sekarang, lelaki itu benar-benar marah, "duduk dulu mas, leher Ayu sakit kalau harus mendongak buat lihat kamu," dia menggenggam tangan besar lelaki yang berdiri dihadapannya, untuk menuntunnya agar duduk disampingnya.
"Sebelumnya aku minta maaf karena udah bohongi kamu, aku nggak tau, kamu bakal semarah ini. Jadi kemarin Ica meminta aku kenalkan ke kamu dan juga meminta nomor ponsel kamu, jujur aku lagi butuh uang, sementara gajian baru Minggu depan, aku tau Ica orang yang royal, jadi aku memanfaatkan itu, karena sepertinya dia suka sama kamu,"
Benedict memegangi kepalanya mendadak kepalanya pusing, "apa aku boleh tau, kamu butuh uang untuk apa?" Tanyanya penasaran.
"Besok adik kembar aku ada jalan-jalan ke kebun binatang, sedang aku belum bisa bayarin buat iuran, pembayaran terakhir hari ini, jadi aku gunakan uang dari Ica untuk itu. Maaf mas, aku udah memanfaatkan kamu sama Ica. Aku pikir kamu bakal seneng kalau bisa jalan sama Ica, secara kan dia cantik dan ceria. Siapa juga yang menolak pesonanya Ica, kan?"
"Oke untuk kali ini saya maafin kamu, tapi jika lain kali kamu ada kesulitan masalah seperti ini, tolong beri tau saya, jangan mempermainkan saya,"
Ayudia menggenggam tangan lelaki yang duduk disampingnya, "terima kasih mas, udah maafin ayu,"ucapnya,
"Saya juga minta maaf karena tadi memarahi kamu,"
"Ayu memang salah mas, jadi wajar kalau mas Ben marah sama Ayu. Ohhh ya! gimana tadi kencannya sama Ica, seru kan? Ica kan orangnya asik,"
Benedict kembali memegangi kepalanya lagi, ia menghela nafas, "Ay, apa kamu berniat menjodohkan saya dengan sahabat kamu?"
"Ya Iyah lah mas, mas Ben kan baik sama kayak Ica, terus sama-sama ganteng dan cantik, pasti cocok, lagian bukannya kapan hari mas Ben bilang nggak punya pacar ya?"
"Ya saya memang nggak punya pacar, dan yang menentukan masalah hati biar saya memutuskan, kamu nggak perlu repot-repot menjodohkan saya,"
"Mas Ben marah ya! Jangan marah dong, please," ucap Ayudia menyatukan kedua tangannya didepan dadanya,
"Ayu janji deh nggak bakal jodohin sama Ica lagi, terus apa yang harus Ayu lakuin buat menebus kesalahan aku, asal jangan minta duit ya, Ayu belum gajian, kan?" Ujarnya tertawa.
Benedict tertawa mendengar ucapan gadis di sampingnya, "uang saya udah banyak Ayu, saya bingung gimana mau ngabisi, jadi kamu mau menebus kesalahan kamu?"Ayudia mengangguk antusias,
"Pertama, kamu harus menemani saya makan, tenang nanti saya yang bayarin, terus kedua kalau saya ada waktu kamu harus mau, saya antar jemput pas kerja, dan yang ketiga untuk sekarang, boleh saya cium pipi kamu, terutama yang ada lesung pipinya,"
"Ih mas Ben malu tau, inikan tempat rame, masa mau cium Ayu disini sih?"
"Cuman pipi Ay, saya gemes sama lesung pipi kamu,"
Ayudia mencubit perut lelaki disampingnya, "aduh kok di cubit si? Sakit tau," keluh lelaki itu.
"Kok perut mas Ben keras si, susah nyubitnya,"
"Ya iyalah, kamu mau lihat, bentuk perut saya kayak apa,"
"Apaan sih mas, nggak usah ngadi-ngadi deh," Ayudia melihat jam di ponselnya, "mas, balik yuk, Ayu harus beliin jajanan buat jalan-jalan besok, " ia bangkit dari duduknya.
Keduanya berjalan dimana motor milik Benedict terparkir, "emang mau beliin apaan buat adik-adik kamu?"
"Ya paling jajanan, soalnya dari TPA nya udah dapat makan siang sama Snack dengan uang iuran itu, paling ya buat di jalan aja sih,"
"Kamu kok nggak dampingi mereka?"
"Kan ada Anindia yang jagain, besok kan weekend,"
"Emang adik kamu ada berapa sih?"
"Adik aku ada tiga, Anindia kelas XII SMA, terus Arya dan Aryo kelas enam SD, dan besok Ayu harus kerja, jatah masuk pagi,"
"Kamu mau, saya izinin ke Rama, biar kamu nggak usah masuk aja,"
"Nggak usah mas, Anin bisa jagain adik-adik kok,"
Keduanya mulai menaiki motor dan meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Julik Rini
lanjut
2023-08-17
1