My Step Brother
..."Hubungan berpacaran yang lama, tidak menjamin bahwa tidak akan akan perselingkuhan."...
..."Hubungan persahabatan yang lama, tidak menjamin bahwa tidak akan ada pengkhianatan."...
.
.
.
Seorang wanita terusik dalam tidurnya karena sinar matahari yang masuk dari sela-sela gorden. Ia mengusap matanya sambil mengumpulkan kesadarannya. Tiba-tiba ia terkejut melihat dirinya terbaring di samping seorang pria.
Ia segera bangun dan merasakan nyeri di selangkangannya. Ia sangat syok saat tahu ia tidak memakai busana apapun. Otaknya mengingat kembali kejadian memalukan yang terjadi semalam.
Melihat pria di sampingnya masih terlelap, wanita itu bergegas memungut bajunya tanpa memperdulikan nyeri pada selangkangannya.
Ia terkejut saat melihat bayangannya dari pantulan di kaca, banyak sekali tanda kemerahan di sekitar leher dan dadanya. Tangannya mengambil sebuah syal merah dan menutupi bagian itu.
Wanita itu keluar dari kamar dan segera pulang ke rumahnya menggunakan taksi. Ia menggeram dan mengacak-acak rambutnya, rasa penyesalan memenuhi dirinya dan kenangan buruk semalam selalu memutar di otaknya.
Flashback On
Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Seorang gadis cantik berbalut dress panjang berwarna sage green, sedang menata rambut coklat sebahunya. Ia adalah Bianca Fernandez, gadis berusia 22 tahun. Tubuhnya ramping dan tingginya semampai. Mata Hazel dengan pembawaan yang riang membuatnya terlihat sangat hangat. Tidak hanya cantik, ia juga sangat pintar. Bianca menjadi mahasiswa pariwisata dan mahir lima bahasa. Ia memang sesempurna itu, tidak heran berpacaran dengan seorang CEO tampan dari Miller Group, Brian Miller. Kalian pikir Bianca hanya seorang gadis yang materialistis? tentu jawabannya tidak. Ia berpacaran dengan Brian semenjak tiga tahun lalu, saat pria itu belum menjadi seorang CEO. Bianca juga bukan wanita yang langsung jatuh cinta saat melihat seorang pria tampan yang melintas. Ia menolak banyak laki-laki karena trauma akan hubungan ayahnya dengan ibunya. Ayahnya begitu tega meninggalkannya sendirian bersama sang ibu. Tapi Brian berbeda, ia mampu membuat Bianca percaya dan merasakan rasanya dicintai. Ia diperlakukan oleh Brian seperti seorang ratu.
Kembali pada aktivitas Bianca sekarang. Ia terlihat bersemangat karena akan menghadiri acara ulang tahun di rumah pacarnya. Ia tidak sabar memberikan surprise kepada Brian, karena tadi ia membohonginya bahwa ia sedang ke luar kota.
"Dia pasti senang karena tahu aku datang." Gumamnya.
Ia melihat notifikasi pesan pada ponselnya, ternyata temannya sedang menunggunya di luar. Sebelum pergi, ia memeriksa kembali penampilannya. Setelah merasakan tidak ada yang kurang, ia mengambil 2 paper bag yang berisi kue dan kado, lalu keluar bertemu temannya.
"Clara tidak ikut?" tanya Bianca saat memasuki mobil dan ternyata hanya ada satu sahabatnya yang bernama Hana yang duduk di kursi kemudi. Nama lengkapnya adalah Hana Smith, gadis berambut hitam sebahu dengan warna mata serupa dengan rambutnya. Ia adalah gadis tomboi, selalu tertarik dengan seni bela diri, ia juga suka memanah dan memakai pedang.
"Entahlah, aku telpon tapi tidak di angkat. Sepertinya ia sudah tidur, aku juga lupa memberitahunya dari sore." Jawab Hana.
"Ya sudahlah, kalau dia ngambek nanti tinggal belikan dia coklat saja."
"Hahaha... iya benar, dasar si maniak coklat."
Merekapun melanjutkan perjalanan ke rumah pacarnya Bianca. Bianca tersenyum sepanjang jalan, tak sabar memberikan surprise kepada pacarnya.
Bianca bingung melihat rumah pacarnya yang jauh dari ekspektasinya. Rumah yang sangat mewah itu terlihat sangat sunyi, jauh dari bayangan keramaian pesta.
"Apakah acaranya di batalkan?" tanya Hana. Bianca hanya menggeleng sebagai respon.
"Atau mungkin karena kau tidak bisa datang, dia tidak mau mengadakan pesta." Tebak Hana.
"Benarkah?" Hana tahu caranya mengembalikan mood sahabatnya itu, terbukti dari Bianca yang terlihat tidak murung lagi.
"Bagaimana kalau kau langsung ke kamarnya saja? siapa tahu dia di sana." Saran Hana.
"Baiklah, kau mau ikut?"
"Kau serius untuk mengajakku melihat kemesraan kalian? tidak! terimakasih, aku akan tunggu di mobil."
Bianca memasuki kediaman keluarga Smith, dan ada seorang penjaga menyapanya.
"Selamat malam, Nona Bianca. Anda mencari Tuan Muda?"
"Iya, Paman. Apakah ia ada di kamarnya?" tanya Bianca di jawab dengan anggukan pelan dari pria itu, dia terlihat ragu.
"Baiklah. Terimakasih, Paman. Aku akan segera kembali."
Sebelum masuk ke kamar, ia menyalakan lilin pada kue ulang tahun dengan wajah yang terus tersenyum. Setelah memastikan semua lilin menyala, ia membuka pintu dengan tangan kirinya.
"HAPPY BIRTHDAY TO YOU... HAPPY BIRTHDAY TO YOU... HAP-"
Nyanyian lagu selamat ulang tahun dari Bianca terhenti saat melihat pacarnya tidur dengan seorang wanita dan sekarang tidak memakai sehelai benang pun. Tubuhnya kian melemas saat tahu ternyata wanita yang berbaring di samping Brian itu adalah sahabat baiknya, yakni Clara. Karena syok, kue yang di pegang oleh Bianca jatuh begitu saja dari tangannya. Bunyi dentuman kue itu membangunkan Brian.
"Sa..sayang?" gumam Brian sambil berusaha menormalkan pandangannya. Clara yang berada di samping pria itupun merasa terusik dan akhirnya terbangun.
Pandangan Bianca memudar karena air matanya yang terus berjatuhan. Mulutnya keluh, tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Clara sangat terkejut melihat Bianca yang berdiri mematung sambil menangis.
"Bianca... aku minta maaf ini seperti bukan apa yang kau pikirkan." Clara hendak berdiri namun menyadari dirinya tidak memakai sehelai benang pun, ia segera menarik selimut menutupi tubuh polosnya.
"Sejak kapan?" Bianca yang sedari tadi terdiam, akhirnya membuka suaranya.
"Tidak terjadi apapun diantara kami, Sayang. Ini hanya salah paham." Jawab Brian.
"AKU TANYA SEJAK KAPAN KALIAN MENGKHIANATI KU!" Seru Bianca.
"Hiks... kalian berdua tahu trauma terbesar aku itu apa, tapi kenapa kalian yang kembali merobeknya?" tanya Bianca dengan nada lirih.
"Aku janji ini tidak akan terulang lagi." Ujar Brian.
"Lalu bagaimana dengan janin yang ada di dalam kandungan ku, Brian?" tanya Clara. Terserah jika ia dianggap seorang pengkhianat, anak dalam kandungannya tidak bisa lahir tanpa seorang ayah.
"Gugurkan saja janin sialan itu! aku tidak yakin dia adalah anakku!" Pekik Brian.
"Langsung saja Hamil? hebat sekali" Ucap Bianca.
"Ada apa ini?" tanya Hana yang ikut memasuki kamar Brian, ia terkejut dengan pemandangan di depannya. Ia mengikuti Bianca masuk karena ia melihat motor Clara, jadi ia ingin mengecek.
"Kau tanya apa kesalahan mu, Bianca?" tanya Clara.
"Kesalahanmu adalah kau mendapatkan kasih sayang dari semua orang, kau juga mendapatkan semua pria yang aku sukai. Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit ku yang menjadi bayanganmu!" Lanjutnya.
Bianca mengusap air matanya. "Baiklah, aku tidak akan egois. Berbahagialah untuk kalian berdua." Bianca hendak pergi dari situ, namun ia berbalik dan menampar Brian.
PLAK!
"Wow! that my girl." Kagum Hana lalu berlari menyusul Bianca.
Hana mengikuti Bianca yang terlebih dahulu memasuki mobilnya.
Melihat kondisi Bianca seperti itu, Hana membawanya ke sebuah taman yang cukup terang. Ia keluar dari mobil dan berpindah ke jok belakang di samping Bianca dan memeluk wanita itu yang masih terisak.
"Hiks... hiks... tiga tahun Hana... tiga tahun kami berpacaran... hiks... aku mempercayainya dengan sepenuh hati. Hiks...hiks... Clara juga sudah aku anggap sebagai Saudari kandungku sendiri hiks.... Kenapa harus mereka berdua, orang-orang yang sangat aku percayai yang mengkhianati ku?" tanya Bianca sambil terus terisak.
Hal ini pasti akan mempengaruhi keadaan psikologis dari Bianca. Siapa yang baik-baik saja saat dikhianati oleh sahabatnya sendiri?
Hanna terdiam sambil memeluk Bianca, ia menepuk pundak sahabatnya itu. Hana mendengar semua keluh kesah dari Bianca, hingga tidak sadar ternyata ia juga menangis. Lalu terbesit ide gila padanya.
"Bagaimana kalau kita ke bar, hanya untuk party aja." Saran Hana.
"Terdengar menyenangkan, aku juga perlu sedikit hiburan." Jawab Bianca.
"Kita lepaskan semua masalah hari ini dengan party!" seru Hana, lalu kembali menyetir mobil ke salah satu bar yang biasa ia datangi.
.
.
.
Bianca menatap ragu sebuah bar di hadapannya itu. Seumur hidup ia tidak pernah memasuki tempat seperti ini. Walaupun sudah berumur 22 tahun, ia juga belum pernah mengonsumsi minuman alkohol.
"Apakah kau yakin, Hana?" tanya Bianca entah sudah ke berapa kalinya.
"Yakin, Bianca. Ayo masuk!" ajak Hana.
Seketika senyum Bianca merekah saat melihat lantai dansa yang penuh dengan orang yang asik bergoyang. Ia mengikuti Hana yang ingin memesan minuman.
"Kau ingin alkohol?" tanya Hana, Bianca hanya meresponnya dengan gelengan.
"Vodka dan perasaan lemon." Ujar Hana pada seorang bartender.
Di sebelah Bianca terdapat seorang pria yang sedang menatap datar pandangan di hadapannya. Pandangannya beralih pada seorang bartender untuk memesan minumannya.
"Whiskey." Ujar pria itu.
Ia sibuk memilih wanita yang sedang menari-nari di lantai dansa. Hingga tak sadar mengambil gelas yang salah dan tersedak karena rasa minuman itu yang sangat kecut. Ia melihat wanita di sampingnya yang sepertinya salah meminum minuman punyanya.
"Pahit sekali, tapi enak." Gumam Bianca.
"Whiskey 1 botol." Ia kesal karena salah meminum dan memutuskan membelinya 1 botol langsung.
"Tolong minumnya yang seperti tadi, 1 botol." Ucap Bianca.
Tanpa sadar mereka terus menambah minuman mereka. Hana di tarik seseorang pria untuk menari bersama. Wajah Bianca sudah memerah karena mabuk lalu bergabung bersama dengan yang lainnya di lantai dansa. Ia menari dengan tubuh yang sudah tidak sadar akan apa yang sedang di lakukannya. Tanpa sadar ia menabrak pria tadi yang berdiri di sampingnya.
"Brian..." Gumamnya lalu mencium pria itu.
Awalnya pria itu terkejut, tapi akhirnya mengikuti permainan dari Bianca. Sehingga tak sadar mereka semakin memanas.
"Kita ke hotel milikku." gumam pria itu dengan suara serak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Queen
Halo, Mampir juga yuk dicerita sederhanaku
2023-02-17
0