Rahasia Denis
Hari semakin beranjak senja. Awan hitam yang menggantung dilangit menambah pekat cakrawala. Angin semakin kuat berhembus menerbangkan dedaunan kering dan sampah-sampah plastik yang berserakan ditepi jalan.
Para pengendara dijalanan memacu kendaraan mereka. Berlomba-lomba menghindari guyuran hujan yang mungkin akan segera turun.
Sebuah bengkel tepi jalan baru saja menyelesaikan service mobil pelanggan terakhir. Seorang pegawai dengan seragam kerja berwarna hitam yang penuh dengan oli menerima uang tips dari pemilik kendaraan yang baru saja dia service.
"Terima kasih."
Hanya kata itu yang keluar dari bibir tipisnya. Dia mengangguk hormat kepada lelaki separuh baya yang baru saja meninggalkan bengkel itu dengan mobilnya.
"Denis! Cepet lo ikut gue sekarang!"
Seseorang memanggilnya sambil menuju sebuah mobil yang terparkir di bagian depan bengkel.Dia kelihatan sedang terburu-buru.
"Lukman! Lo tutup bengkel, ya. Kuncinya lo bawa aja. Sekalian lo bawa pulang motor si Denis."
Dia memberi arahan pada karyawannya yang lain. Lelaki yang dipanggil Lukman mengiyakan dengan patuh arahan majikannya.
"Gue ganti baju dulu bang." Suara Denis berat dan agak serak sudah menjadi ciri khasnya. Tanpa menunggu jawaban, dia segera berlalu kedalam sebuah ruangan. Tidak lama kemudian sudah kembali dengan celana jeans belel yang koyak dibagian lututnya. Atasnya kaos longgar berwarna hitam dilapisi kemeja kotak-kotak warna merah dengan kancingnya yang terbuka. Topi baseball bertengger terbalik menutupi rambutnya yang cepak. Ada dua tindikan dibagian bawah telinga kirinya dan satu dibagian atas. Sebuah tatoo kecil inisial 'D' dipunggung tangan kanannya. Sebuah kalung metal menggantung dilehernya menambah macho penampilannya.
Kakinya yang lincah berbalut sepatu sneaker hitam segera memasuki mobil dari pintu pengemudi. Bang Theo sudah berada didalam mobil dikursi penumpang. Dia sepertinya sudah terbiasa dengan penampilan karyawan bengkelnya itu.
"Keluar kota jalur selatan, Den." Arahnya ketika mobil mulai meninggalkan halaman bengkel. Mobil melaju perlahan mengikuti arus kendaraan yang agak tersendat akibat lampu merah dibagian depan.
Denis hanya mengangguk kecil mendengar arahan dari bang Theo. Lelaki disebelahnya menoleh kebagian belakang mobil yang ditumpanginya. Melihat peralatan bengkel yang mungkin akan dibutuhkannya nanti.
Bulir-bulir air hujan mulai jatuh satu persatu menimbulkan bunyi bersahutan diatas badan mobil. Tidak lama kemudian semakin deras diikuti angin yang cukup kencang. Terlihat dari gerakan pepohonan dipinggir jalan yang meliuk kesana kemari tak beraturan. Tiba-tiba kilat menyambar diiringi bunyi yang membahana membelah langit yang semakin gelap.
Mata Denis yang tajam fokus menatap jalanan didepannya. Pandangannya agak kabur karena air hujan yang mencurah tiada henti. Jalanan semakin lancar ketika mobil sudah meninggalkan pusat kota. Tapi Denis tetap tidak bisa melajukan kendaraannya terlalu cepat. Dia tak mau mengambil resiko dalam keadaan seperti itu. Jarak pandang hanya seratus meter saja dalam perkiraannya.
Ponsel disaku jaket bang Theo berbunyi nyaring. Dia segera merogoh saku jaketnya mengambil ponsel berwarna hitam disana.
"Hujan deras, bro. Gimana nih? Lo masih disitu 'kan?" Bang Theo mengeraskan suaranya untuk mengatasi suara gemuruh air hujan.
"..........."
"Gue baru keluar dari perbatasan, nih. Paling setengah jam-an lagi." bang Theo memperhatikan jalur yang baru saja dilewati. Sebuah patung pejabat dengan tangannya yang terangkat sudah berada dibelakang. Ada tulisan 'Selamat jalan. Sampai jumpa lagi' disamping patung itu.
"............"
"Emang lo gak bawa temen apa? Lo nyetir sendiri?"
"............"
"Jarak jauh gitu mestinya lo bawa temen. Biar kalau ada apa-apa bisa saling bantu.."
"............"
"Iya.. iya. Bentar lagi gue nyampe nih."
Bang Theo menutup sambungan teleponnya. Memutar-mutar ponsel itu ditangannya sesaat sambil memerhatikan kiri kanan jalan. Mungkin dia agak gelisah tahu temannya sudah menunggu cukup lama disuatu tempat. Tapi dia juga tak mau menyuruh Denis untuk mengebut dalam keadaan hujan seperti ini.
Matanya yang tajam terus memperhatikan jalanan yang akan dilalui. Sepertinya angin sudah agak mereda. Air hujan pun tidak sederas tadi walaupun tetap masih menghalangi pandangan. Genangan air dimana-mana semakin melambatkan laju kendaraan. Apalagi gelap malam mulai ikut menyelimuti tempat itu. Sesekali kilatan petir memecah dilangit yang kelam.
Lampu kendaraan kadang menyorot dari arah depan, menyilaukan pandangan mata Denis dan Theo. Sesekali air menyimbah badan mobil ketika ada kendaraan lain yang lewat.
Jalanan yang dilewati terbilang sepi. Jarang rumah penduduk mereka temui.
"Ini udah deket kayaknya, Den." Bang Theo menajamkan pandangannya. "Nah! Itu kayaknya tuh. Mobilnya warna silver disebelah kanan jalan."
Denis mengikuti arah pandang bang Theo. Sebuah mobil warna silver terparkir tidak jauh dari sebuah saung pinggir jalan yang tidak berpenghuni. Seseorang nampak ada didalam mobil dan menggerak-gerakan tangannya memberi kode pada bang Theo. Sepertinya dia sudah mengenal mobil bang Theo.
Denis memutarkan mobilnya menghampiri mobil silver itu.
"Lu cek mobil itu, Den. Dia bilang sih tadi ada asap dari bagian mesinnya." Bang Theo memberi perintah pada Denis. Denis mengangguk. Setelah yakin mobil yang dikendarainya terparkir sempurna, dia kemudian turun dan menghampiri mobil silver itu. Masuk kedalam mobil itu dan menanyakan masalahnya pada sang pemilik mobil.
Hujan sudah agak reda tapi masih kelihatan rapat tersorot lampu mobil yang menyala. Denis keluar lagi dari dalam mobil itu dan membuka kap mesin. Mengutak-atik sebentar disana kemudian kembali masuk kebelakang kemudi. Memutar kunci dan menyalakan mesin mobil.
Lelaki pemilik mobil sepantaran bang Theo. Dia merupakan teman lama bang Theo yang sudah menjadi pelanggan tetap bengkel bang Theo. Dia keluar dari dalam mobil. Berlari kecil sambil melindungi kepalanya dari bulir air hujan dengan sebuah jaket yang dipayungkan diatas kepalanya. Menghampiri bang Theo yang membuka sedikit pintu mobil.
"Hebat anak buah lo. Sentuh dikit aja langsung hidup mobil gue. Tadi gue coba utak-atik gak nyala-nyala." Lelaki itu terkekeh. "Gue dah putus asa tadi." Lanjutnya.
"Makanya gue bawa dia. Gue tahu kemampuan karyawan gue," sahut bang Theo bangga.
"Gila lo ditempat sepi begini. Dari jam berapa lo disini?" Bang Theo meninju bahu lelaki itu.
"Dari jam lima-an. Mana jauh dari rumah penduduk lagi. Gak tau minta tolong sama siapa tadi. Yang lewat sih banyak tapi gak ada yang peduli sama gue." suaranya ngenes banget. Bang Theo menepuk-nepuk bahu lelaki itu.
Denis datang menghampiri mereka. Bajunya basah tertimpa air hujan.
"Beres, Den?" bang Theo menoleh kearah Denis yang masuk kedalam mobil. Mengelap tangannya yang basah menggunakan sebuah handuk kecil. Dia nampak tidak kedinginan walaupun wajah dan bajunya basah kehujanan. Ekspresinya biasa saja. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan bang Theo.
"Semua kalau ditangani sama ahlinya emang cepet beres," ujar bang Theo sambil kembali menoleh kepada temannya.
"Iya. Iya. Gue emang gak begitu tahu masalah mesin mobil. Tahunya make aja kalau gue sih." Lelaki itu terkekeh sambil mengeluarkan dompetnya. Menyerahkan sejumlah uang kepada bang Theo.
"Wah! Ini kebanyakan, bro," ujar bang Theo ketika menghitung uang yang ada ditangannya. "Lagian tadi masalahnya ringan aja. Iya kan, Den?" bang Theo melirik Denis yang ditanggapi senyum tipis disudut bibir Denis.
"Gak apa-apa. Ringan juga kalau gak bisa ya kayak tadi gak bisa gerak walaupun berjam-jam." Teman bang Theo nyengir. "Kalau lo gak datang kesini nolongin gue, mungkin semalaman gue disini."
Teman bang Theo nampaknya memaksa agar bang Theo menerima uang yang dia berikan. Akhirnya bang Theo menerimanya dengan penuh basa-basi. Denis hanya menggelengkan kepalanya pelan. Hampir dia tidak tahan melihat drama dihadapannya.
" Ya udah. Lo jalan didepan. Biar kita ngawal dibelakang. Takutnya nanti bermasalah lagi dijalan," kata bang Theo akhirnya. Teman bang Theo yang bernama Fandi itu kembali ke mobilnya. Menghidupkan mobilnya dan bersiap untuk dijalankan. Bang Theo memberi isyarat agar temannya itu segera menjalankan mobilnya dan tetap berada didepan.
Perlahan mobil itu bergerak meninggalkan tempat yang sepi itu diikuti mobil yang dikendarai Denis seiring dengan kembali derasnya air hujan.
"Sialan," umpat Bang Theo pelan." Hati-hati, Den. Gak usah cepet-cepet. Ni jalanan agak rawan nih. Ada jurang didepan."
Denis mengangguk. Dia semakin memfokuskan pandangannya ke jalan yang akan dilaluinya. Mobil Fandi sudah tidak kelihatan. Selain karena mungkin jaraknya yang jauh juga karena air hujan yang membatasi jarak pandang ditengah gelapnya malam.
"Wah, gila si Fandi dah jauh aja. Bisa dia ya gelap gini. Kalau gue sih nyerah dikasih nyupir cuaca gini." Bang Theo menyipitkan matanya menatap kearah depan. "Itu tuh bukannya mobil dia, ya? Apa mogok lagi? Kayaknya berhenti, tuh."
Denis melambatkan laju mobil yang dikendarainya ketika melihat mobil berwarna silver berhenti dibahu jalan. Dia menautkan alisnya ketika melihat dua orang seperti melemparkan sesuatu ke arah jurang dipinggir jalan. Kemudian keduanya segera masuk kedalam mobil ketika mobil yang dikendarai Denis semakin dekat. Tanpa menunggu pintunya tertutup sempurna, mobil itu melesat meninggalkan tempat itu.
"Gue kira si Fandi. Mobilnya hampir sama." seru bang Theo." Tapi mereka habis buang apa, ya. Gue jadi curiga." Bang Theo menatap kearah mobil yang baru saja pergi meninggalkan tempat itu. Dalam sekejap saja mobil itu sudah tidak kelihatan jejaknya sedikitpun.
"Berhenti, Den. Gue curiga orang tadi penjahat. Jangan-jangan mereka habis buang orang lagi disini." Kelihatan sekali bang Theo sangat penasaran. Denis juga sebenarnya cukup penasaran. Dia tadi melihat dengan jelas kalau dua orang tadi melemparkan sesuatu kedalam jurang itu. Sepertinya benda itu cukup berat karena harus di gotong berdua oleh orang itu.
Denis menepikan mobilnya tepat ditempat mobil mencurigakan tadi berhenti. Bang Theo segera turun dari dalam mobil. Tidak peduli dengan tubuhnya yang langsung basah kuyup diguyur air hujan.
"Ambil senter, Den." Dia berteriak kepada Denis. Denis segera mencari barang yang dimaksud bang Theo. Menghampiri bang Theo ketika sudah mendapatkan benda itu.
Hari yang beranjak malam menjadikan tempat itu semakin jarang dilalui kendaraan. Apalagi hujan yang masih mengguyur membasahi bumi membuat siapapun malas untuk keluar rumah. Hanya sesekali saja ada kendaraan yang melintas. Jurang yang gelap pun tidak dapat diperkirakan kedalamannya. Semuanya nampak hitam pekat.
Rasa kepedulian yang tinggi seorang Bang Theo membuat dia rela melawan dinginnya guyuran air hujan. Dia melongokkan kepalanya kearah bawah. Lampu senter dia sorotkan mengitari tempat itu. Denis ikut mengedarkan pandangannya kearah bawah.
"Lihat itu Den." bang Theo menunjuk ke bawah. Kira-kira lima meter dari tempat mereka berdiri. Sesuatu menyangkut disebuah pohon perdu yang tumbuh ditebing.
"Biar gue turun, bang." Denis membuka baju kemejanya yang basah kuyup. Melemparkannya sembarang, kemudian mulai menuruni tebing yang lumayan curam itu.
"Hati-hati, Den!" Teriak bang Theo. Denis tidak menyahut tapi bang Theo tahu kalau Denis mendengar ucapannya. Sesaat kemudian Denis sampai dibawah. Dia mengusap wajahnya yang dibanjiri air hujan. Dia mendongak keatas memberi isyarat kepada bang Theo. Bang Theo segera berlari menuju mobilnya. Membuka bagasi mobil, mengambil tambang yang biasa dia siapkan buat menderek mobil bila sedang dibutuhkan.
Tali tambang itu cukup panjang dan pastinya cukup kuat. Dia melemparkan ujungnya kearah Denis yang berada dibawah. Mengikatkan ujung satunya lagi ke sebuah pohon besar yang tumbuh ditepi jalan. Setelah memastikan simpul yang dibuatnya cukup kuat, dia kemudian turun membantu Denis. Naik lagi keatas untuk menarik tambang dari bagian atas.
Dibawah Denis sudah mengikatkan tambang kuat-kuat ketubuh lelaki yang terbujur tak sadarkan diri. Dia sudah memeriksanya tadi. Dia yakin kalau orang itu masih bernyawa. Bang Theo pun ikut memastikannya tadi.
"Kita harus segera menolong orang ini, Den. Gue tarik dari atas, ya." kata bang Theo sesaat sebelum naik lagi ke bibir tebing. Denis hanya mengangguk faham dengan apa yang harus dia lakukan.
Dengan susah payah akhirnya mereka berhasil mengangkat sosok itu ke tempat yang datar. Memasukannya kedalam mobil dibagian belakang dengan sedikit kesulitan. Ternyata orang itu memiliki postur tubuh yang tinggi besar. Badannya yang berisi menambah beban tubuhnya semakin berat.
"Kemana nih, bang?" tanya Denis ketika mobil sudah melaju meninggalkan tempat itu. Bang Theo mengusap dagunya beberapa saat. Memikirkan tindakan selanjutnya.
"Kerumah aja kali ya. Kalau ke rumah sakit bakalan ribet urusannya," ujarnya setelah agak lama berfikir. Sesekali dia melihat ke kursi belakang melalui spion depan. Tanpa bertanya lagi Denis melajukan kendaraannya menuju rumah bang Theo.
Sebuah rumah yang cukup besar menjadi tujuan akhir mereka. Disebelah kiri rumah ada jalan cukup untuk mobil masuk sampai halaman belakang. Halaman belakang yang cukup luas. Tak akan ada yang menyangka kalau tidak pernah masuk kedalam sana. Dari depan tidak kelihatan.
Ada carport disebelah kirinya. Agak jauh diseberang halaman berjejer kamar para pegawai. Disanalah Denis dan beberapa karyawan Bang Theo tinggal. Disudut halaman ada taman kecil penuh dengan aneka bunga dan pohon mangga yang rindang. Sebuah gazebo menghadap kolam kecil berisi penuh ikan koi yang berwarna-warni. Disudut lainnya ada dapur kecil dan ruang terbuka dengan satu set meja makan dan satu set sofa.
Lukman nampak keluar kamarnya. Melihat kearah mobil yang baru saja diparkirkan. Bang Theo melambaikan tangan menyuruh Lukman agar segera mendekat. Lukman terkejut ketika melihat seseorang terbaring dikursi belakang mobil.
"Bantu nih, bawa masuk." Bang Theo memberi arahan kedua anak buahnya untuk menggotong tubuh lelaki itu. Dengan susah payah akhirnya mereka berhasil membawa masuk sosok itu kedalam sebuah kamar.
"Den. Lu ganti bajunya." Bang Theo menoleh kearah Denis.
"Lukman aja yang ganti. Gue kedinginan nih mau ganti baju juga." Denis segera meninggalkan kamar itu menuju kamarnya. Bang Theo memeriksa lelaki yang masih tak sadarkan diri itu. Lukman yang berada disampingnya ikut melihat dengan penuh penasaran. Dia kemudian mengambil baju ganti miliknya untuk dipakaikan pada lelaki itu.
"Siapa dia bang? Kayaknya dia habis mendapat kekerasan fisik ya bang. Mukanya memar gitu. Badannya juga. Ngeri banget." Lukman menutup tubuh lelaki itu dengan sehelai selimut yang cukup tebal setelah dia selesai mengganti pakaian lelaki itu. Beberapa luka diwajahnya dia bersihkan menggunakan alkohol.
"Gue gak tahu dia siapa," sahut bang Theo. "Kita tunggu aja sampai dia sadar. Gue mau ganti baju juga. Lu jaga dia disini."
Bang Theo berlalu menuju rumah utama tempat dia dan keluarganya tinggal. Denis datang setelah kepergian bang Theo. Dia menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.
"Gimana ceritanya lo nemuin orang ini, Den?" Lukman masih penasaran. Dia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dari bang Theo.
"Lu kayak gak tau bang Theo aja. Kucing dipinggir jalan aja dia tolong, apalagi ini orang," jawab Denis santai sambil mengibaskan kepalanya. Rambut cepaknya dengan bagian belakang telinganya yang super pendek menjadikan rambutnya cepat kering.
"Iya. Aneh banget bang Theo itu. Hobi banget nolongin orang. Kalau kenal sih gak apa. Ini sembarangan orang dia bawa kerumah. Kalau orang jahat gimana." Lukman menoleh kearah dalam kamar. Lelaki itu masih tak sadar. Hanya kelihatan dadanya yang bergerak turun naik menandakan masih ada kehidupan disana.
Denis terdiam. Ucapan Lukman seakan menyindir dirinya. Pandangannya menekuri air hujan yang masih jatuh menyisakan gerimis. Angin berhembus perlahan begitu dingin menusuk kulit. Kelebat masa lalu tiba-tiba bagai slide film yang diputar diotaknya.
Dia pun tidak mengenal bang Theo sebelumnya. Dia bagaikan kucing kecil yang dibuang dipinggir jalan. Tak ada yang mempedulikannya saat itu. Kecuali satu orang saja. Yaitu bang Theo.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Shellia Vya
Rapi banget penulisannya,bahasa mudah dimengerti. Langsung deh masuk favorit
2021-08-12
0
Utine Agata Afkar Andra
kayaknya menarik jg nie ceritanya ❤
2021-08-08
0
Nicky
menarikk
2021-08-07
0