The Legends Of Sfaunt : The Knights, The Lostland, And The Ancient Dragon

The Legends Of Sfaunt : The Knights, The Lostland, And The Ancient Dragon

Bab 1 : Awal Kisah

Nusantara, sebuah negara kuno yang membentang di Benua Saia.

Kisah turun-temurun yang mengatakan tanah ini adalah tempat suci karena kaya akan budayanya yang eksotis.

Dijelaskan dalam kisah nenek moyang bahwa orang-orang di Nusantara adalah bangsa yang pertama kali ada di Planet Sfaunt.

Dengan sistem pemerintahan monarki, negara ini dipimpin seorang ratu yang bijaksana bernama Nyi Roro Kidul, Kandita.

Istilah Nyi Roro Kidul atau Nyai adalah sebutan pengganti ratu yang sudah dipakai sebagai adat leluhur mereka.

Nusantara memiliki tiga puluh empat pulau. Setiap pulau dipimpin oleh satu kepala suku sebagai penanggung jawab daerah otonom mereka.

Energi positif selalu terpancar dari setiap sudut negeri ini, menjadikannya kedamaian antar puluhan suku adat.

Keberagaman negara ini menjadi aspek penting kekuatan Nusantara.

Namun, dunia memiliki keseimbangan. Sisi negatif muncul beriringan dengan energi positif.

Ada saja kegelapan yang pasti datang memanfaatkan cahaya yang kian benderang.

Seseorang mencoba menggunakan sihir hitam untuk mengacaukan Nusantara dengan cara membangkitkan sosok mengerikan yang tertidur selama ribuan tahun.

Makhluk ini diduga-duga sebagai eksistensi yang menjaga Planet Sfaunt. Merupakan identitas terkuat dari ras Dragnaks—ras Naga.

Kekuatan kegelapan mulai menyelimuti Nusantara.

Badai petir disertai angin tornado yang ganas menghancurkan semua yang menghalanginya, gelombang ombak yang tak menentu arahnya mengombang-ambing lautan.

Malapetaka itu memicu aktivitas tektonik yang memecah tiap lempengan tanah.

Sontak, akibat bencana dahsyat yang tiba-tiba datang itu menggegerkan setiap orang di Nusantara.

Kepulan asap hitam pekat dari langit seakan muncul akibat letupan gas yang tak tertahankan.

Sekilas bersamaan dengan munculnya geledek, terlihat sebuah siluet yang menampakkan sosok menggeliat di balik awan badai.

Ada apa ini? Apakah bencana ini akan membunuh kita? Bagaimana ini bisa terjadi? Semua berderu gelisah.

“GROUAHHH!!” Raungan mengerikan keluar dari sela-sela langit.

Hawa dingin dan mencekam mulai menerjang kegelisahan mereka menjadi ketakutan.

Kepanikan semakin bertambah saat makhluk yang bersembunyi itu muncul perlahan.

Bola mata ungunya bercahaya, tiga tanduk yang melancip dengan rambut biru toska yang lebat dan rambut gelambir semrawutan seakan menunjukkan seberapa tuanya naga itu telah ada di planet ini.

Memiliki sisik putih pada bagian tubuh depan dan punggungnya berwarna ungu kehitaman menambah kesan mengerikan pada naga tersebut, pun cakar tajam serta duri punggung yang runcing.

Ujung ekornya yang berbentuk mega mendung mengeluarkan aura hitam pekat, sekali kibasan keras dapat memunculkan angin kencang yang dapat merobek segalanya.

Naga Kuno, Antaboga--dijuluki sebagai “Naga Kekacauan”.

Makhluk besar itu mulai memporak-porandakan Nusantara, oang-orang yang melihatnya dibuat ketakutan sampai bulu kuduk mereka berdiri.

Mereka berlarian seperti tikus-tikus yang dikejar oleh mangsanya.

Tentunya, para kepala suku tidak akan diam saat rakyatnya dilanda ketakutan.

Mereka berinisiasi untuk menyerang naga tersebut dengan prajurit yang maju digaris depan. Akan tetapi, serangan mereka tidak cukup efisien untuk mengalahkan Antaboga.

Di bagian tengah Nusantara sebagai pusat negeri, terdapat sebuah kerajaan yang berdiri di atas pulau kecil--Pulau Tritis.

Tidak lain adalah kediaman Nyai Kandita. Ia merasakan hawa keberadaan yang jahat dari kejauhan.

Nyai pun beranjak dari singgasana. Wanita dengan gaun kebaya hijau dan hiasan emas berjalan melewati beberapa menteri dan pasukan dengan anggun keluar dari aula Nyi Roro Kidul. Diikutinya oleh mereka Nyai dari belakang.

Tatkala di lorong istana, terdengar suara langkah kaki yang bersamaan dengan decitan zirah menghampiri Nyai Kandita dan kemudian berlutut dihadapannya.

Mereka adalah Geni Wetan, Watu Kulon, Gludhug Lor, dan Hawa Kidul--dijuluki sebagai ‘Empat Jenderal Mata Angin’.

“Nyi Roro Kidul, tolong berikan kami perintah untuk bertarung melawan naga itu dan menghentikan kekacauan ini!” pinta Geni Wetan pada Nyai.

“Baiklah, kalian berempat tolong siapkan para pasukan untuk berada pada posisi menyerang dan bertahan!” titah Nyai tegas. “Para menteri, aku ingin kalian memastikan agar setiap kepala suku menjaga daerah otonomnya dan keselamatan rakyat!”

“Baik, Nyai!” Suara mereka menggema.

Sementara Antaboga membumihanguskan Nusantara, para kepala suku mengevakuasi rakyat dan Nyai Kandita menyiapkan pasukan istana untuk menggempur naga itu.

Untuk memancing Antaboga, Nyai Kandita melepas energi pada dirinya.

Seperti yang diharapkan oleh Nyai, Naga itu merasakan kekuatan yang besar.

Lantas Antaboga menghampiri sumber energi yang kuat itu.

Antaboga bergegas menuju keberadaan Nyai Kandita.

Tubuhnya yang besar dan panjang membuatnya terbang tak lama menghampiri Nyai dan kini ia berada dihadapannya dengan mata yang penuh kebencian.

“Wahai Naga Agung, Antaboga! Engkau adalah makhluk suci yang telah menjaga Planet Sfaunt, namun karena suatu kesalahan dan engkau pun harus tertidur selama ribuan tahun. Kini engkau telah bangkit kembali dan menghancurkan Nusantara, aku tidak akan memaafkan siapapun yang mengacaukan kedamaian di negara ini!” ucap Nyai Kandita, mata mereka saling tertuju satu sama lain seakan memiliki dendam masing-masing.

Antaboga melebarkan matanya, seketika hawa dingin mencekam seluruh anggota istana dan bahkan membuat mereka gentar tak berdaya. Keempat jenderal mencoba tetap tegar dari cekaman itu.

Naga itu menyerang tepat ke depan wajah Nyai, tak sedikitpun ia tunduk dihadapan kekuatannya itu.

Cahaya mengelilingi istana bak perisai, menahan serangan Antaboga.

Para jenderal dan juga menteri yang ikut serta dalam perang ini meyakinkan seluruh pasukan untuk tidak gentar.

Hingga pertarungan antara cahaya dan kegelapan tak dapat dicegah untuk menjaga perdamaian di tanah pertiwi.

Peperangan itu mengguncangkan Nusantara, dua pihak kekuatan yang mempertaruhkan nasib negara ini.

Nyai menggunakan trisula bernama 'Cokro Langit' bersama seluruh pasukan menyerang mati-matian melawan Antaboga.

Menyadari banyaknya korban yang berjatuhan akibat kekuatan dahsyat itu, Nyai Kandita memberikan perintah kepada empat jenderalnya untuk membentuk ‘Segel Catur Jiva’ agar menyegel pergerakan dan membatasi kekuatan Sang Naga Kekacauan.

Empat Jenderal Mata Angin membentuk posisi sedemikian rupa, bermeditasi untuk memfokuskan keberhasilan segel ini.

Seketika bertuturan dengan cahaya, keluarlah instrumen alat musik yang disebut 'Gamelan' dihadapan mereka.

Alunan dimulai oleh Geni Wetan yang memukul nada bilah Saron dari rendah hingga lambat laut menuju oktaf tinggi.

Diikuti gemanya instrumen Bonang oleh Watu Kulon dan Slenthem dari Gludhug Lor, serta alunan Rebab yang dimainkan Hawa Kidul menyempurnakan aliran tangga nada instrumen Gamelan.

Not nada yang keluar bergerak mengalir mengelilingi Antaboga.

Barisan nada itu masuk ke tubuh Antaboga melalu indra pendengar, menyebabkan ia seakan kesakitan seperti digenggam paksa.

Makhluk itu meronta-ronta di udara tak terkendali.

Sungguh sulit bagi mereka untuk menahan amukan naga itu.

“Cukup sudah! Aku akan menghentikan kau, Antaboga!” Nyai memperingatkan Antaboga.

“Aku … akan menggunakan jurus ‘Ngluwari Ruh’ untuk menyegel engkau kembali.” Kandita memejamkan matanya dan membentuk segel tangan, bersamaan dengan 'Tujuh Tombak Nirwana' yang muncul mengelilinginya.

Seketika cahaya memancar dari tangannya, semakin bersinar sampai menyilaukan pandangan Antaboga.

Cahaya itu melebar seakan membentuk cincin, diiringi dengan suara alunan gong yang mendengung keras.

Antaboga tahu bahwa Nyai akan menyerang, ia pun memaksakan dirinya untuk bisa terlepas dari segel yang merepotkan itu.

Antaboga mengeluarkan kekuatan penuh dengan menyerap energi alam disekitarnya.

Keluarnya aura energi yang sangat kuat dari mulut Antaboga, menengadahkan kepalanya dan menghempaskan serangan dahsyat itu ke arah Nyai Kandita.

“Duarrrr….”

“Berjuanglah … dan bawalah kembali perdamaian di planet ini….” Dalam hati Nyi Roro Kidul, Kandita ia mengucap seolah sedang memberikan kepercayaan kepada seseorang.

Kemudian Nyai menghempaskan serangannya dan dua energi yang saling bertabrakan itu menciptakan ledakan yang sangat dahsyat, membentuk cahaya putih menyilaukan.

...***...

“HAH…”

Tiba-tiba seorang pria terkejut, bangun dengan napas terengah-engah, terlihat mata birunya seakan panik. Ia begitu bingung dengan mimpinya.

“Apa yang … baru aja aku alamin?” tanyanya dalam hati dengan perasaan yang terheran-heran, menengok ke arah sekitar ruangan kamar pria itu seolah memastikan gambaran kejadian tadi, “Ternyata cuman mimpi.”

“Akh, sialan … kirain apa tadi, anday.” Kesalnya gara-gara terbangun oleh mimpi itu sembari menggaruk-garuk rambutnya.

“Kringgg! Kringgg! Kringgg!”

Suara alarm ponselnya berdering untuk kesekian kalinya, sontak mengagetkan pria berambut hitam lebat itu.

Menoleh dan melihat waktu telah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

“Sialan! Aku telat, aku telat … aelah aku harus cepet-cepet takut kena marah guru lagi, anday.” Ia pun panik dan bergegas pergi ke kamar mandi.

Dia adalah Raa, seorang anak berusia enam belas tahun yang kini seorang siswa di bangku SMA.

Sifatnya yang suka begadang membuatnya sering terlambat sekolah.

Meskipun begitu, ia adalah siswa yang mendapatkan berbagai penghargaan bidang non-akademik terutama cabang bela diri.

Meskipun kemampuan berpikir akademiknya kurang, tapi ia selalu berusaha yang terbaik.

Selesai merapikan diri dan mempersiapkan kebutuhan sekolahnya, ia pun menuju ke dapur untuk meminum segelas air yang sudah disiapkan ibunya.

“Ibu … aku pergi dulu yah….”

“Eh, sarapan dulu bujangku nanti kelaparan! Ih … dasar, kebiasaan sih kalau udah telat.” Kesal ibunya.

Tanpa sarapan terlebih dahulu, Raa segera pergi ke sekolahnya menggunakan sepeda dengan tergesa-gesa.

Karena sifatnya itu, ia hampir tertabrak oleh pengendara yang menggunakan motor.

Apalagi saat ia berada di lampu lalu lintas, perasaannya begitu tidak karuan dan panik saat menunggu lampu hijau menyala.

“Ya ampun! kenapa lama sekali sih, anday … nyebelin banget,” ucap dalam hatinya, begitu emosi dan tidak sabaran.

“Padahal kemaren malem udah diset jam enam deh… sialan, coba aja aku bisa bangun lebih awal. Gara-gara mimpi aneh barusan aku jadi telat deh, andaylah….” Kata Raa dengan muka masam seolah menyadari perbuatan dan menyalahkan mimpinya.

Tidak lama kemudian ia sampai di tujuannya, Akademik Nasional adalah sekolah terpopuler di Negara Yuro dan tempat Raa menuntut ilmu.

Keberuntungan masih memihak Raa, hampir saja dia terlambat masuk sekolah.

Ia berlari terbirit-birit untuk pergi ke ruang kelasnya dan Raa bersyukur belum ada guru yang mengajar.

“Fiuh … untung aja aku belum telat,” ujar Raa, menghela napas seolah itu melegakan. “Moga aja itu mimpi gak ada lagi dah, aneh banget soalnya.”

Raa pun duduk di bangku biasa ia belajar, menyimpan tas di samping meja.

Seseorang menatapnya sejak Raa masuk, tatapan heran yang membuat ia bertanya-tanya.

“Woy Raa, kamu napa dah telat lagi? Jangan-jangan kamu nonton….” Pria itu menggoda Raa.

“Heh mana ada jangan sembarangan pula itu kau! Itu kamu kali, anday.” Sela Raa merona, tampak jelas kebohongannya.

“Iya anday, iya.” Pria itu menirukan cara bicara Raa yang terkesan lucu, membuatnya tertawa.

“Idih! Plagiat.”

Sosok laki-laki itu adalah Bairel, sahabat Raa yang sudah kenal sejak bangku SMP. Dia memang dikenal sangat usil kepada orang-orang, tak terkecuali Raa.

“Eh Raa, kamu kek ada 'something' 'something' gitu deh, kek ada yang dipikirin. Kenapa kamu?” tanya Bairel, sedikit khawatir pada sahabatnya.

“Hm … tidak ada apa-apa. Aku hanya bermimpi buruk tadi malam,” jawab Raa termenung.

“Emangnya kau mimpi apa? Apa kau mimpi ditimpa serigala berbulu gajah lagi?” ledek Bairel.

Raa memutar kedua bola matanya sebal, “Enggaklah … tadi tuh aku mimpi kek perang lawan naga gitu loh. Cuman aku gak tau menang atau enggak di perang itu, terus ada cahaya silau gitu dan aku juga langsung bangun panik.”

Bairel mengernyit masam, “Kayaknya mimpimu makin aneh tiap harinya. Malah kukira kau mimpi ketahuan ngeham….”

“Gila kau! Mana ada, anday!” potong Raa gemas menyubit mulut Bairel yang sompral.

Seketika kebisingan berubah menjadi hening saat guru mulai memasuki ruangan kelas. Pembelajaran dimulai pada pagi ini.

...----------------...

Sfauntpedia :

Dragnaks ->

Ras para naga, dipercaya sebagai ras tertua yang ada di Planet Sfaunt. Mereka tidak bisa menjalin kontrak dengan makhluk lain, namun dapat merasuki atau mengambil alih tubuh mereka.

Nyi Roro Kidul/Nyai ->

Kata ganti untuk ratu, panggilan ini hanya dikhususkan bagi mereka yang menjadi seorang Ratu Nusantara.

Segel Catur Jiva ->

Segel pengekang dengan memainkan alat musik bernama Gamelan, dapat tercipta antara sinkronisasi empat alat musik Gamelan.

Gamelan ->

Benda penyegel yang berbentuk alat musik. Terdapat empat alat, yakni Saron, Bonang, Slenthem, dan Rebab.

Ngluwari Ruh ->

Kekuatan khusus untuk menyegel Antaboga dengan menggunakan kekuatan Tujuh Tombak Nirwana.

Anday ->

Gaya bicara Raa yang diucapkan biasanya di akhir kalimat. Bisa dikatakan anday adalah pelesetan dari kata anjay;)

Funfact, kata anday itu gaya bahasa yang sering diucapkan author kalau ngomong;)

Terpopuler

Comments

Agis_Mcan

Agis_Mcan

ku mampir kak

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!