Bab 3 : Berbeda Dimensi?

Udara tiba-tiba semakin dingin, membuat Raa bergetar, bahkan asap dingin keluar dari mulutnya.

Meski di pinggiran kota, seakan Raa berada di puncak gunung bersalju.

Raa melihat cahaya biru laut itu terus meninggalkan jejak seakan itu ditujukan kepadanya, Raa terus berjalan bahkan sesekali ia berlarian kecil agar tidak ditinggal jauh oleh benda melayang yang misterius.

Raa memutar badannya ke belakang, tersadar bahwa ini terlalu jauh untuk keluar.

Sebenarnya perasaan Raa tidak karuan setelah memasuki hutan ini.

Ingin melanjutkan tapi takut terjebak terlalu jauh, namun mundur pun hanya menyesatkan diri sendiri.

Tidak ada jalan lain selain mengikuti cahaya penuntun itu.

Pria itu terus berjalan dengan tubuh menggigil menyusuri kawasan terlarang yang dituntun cahaya mistis, entah sampai kapan Raa akan mengikutinya.

Kejadian aneh pun muncul lagi, kabut asap yang berada di depan Raa seakan membuka jalan untuknya.

Terlihat jelas cahaya yang keluar dari sela-sela batang pepohonan, menyilaukan pandangan Raa.

Segera ia bergegas lari ke arah cahaya yang datang sembari melindungi matanya menggunakan tangan.

Setelah keluar dari area mengerikan, Raa menggosok kedua matanya untuk menghilangkan kebutaan sesaat.

Betapa melongonya ia melihat apa yang ada didepannya.

Sebuah air terjun yang mengalir deras dengan hilir sungai menenangkan. Raa hanya tercengang melihat indahnya air terjun itu. Seketika udara berbanding terbalik dengan hutan yang ia lewati.

“Aku gak tau kalau ada tempat kek gini, adem banget.” Raa menghirup udara segar yang menyejukkan.

Raa melihat ke sekeliling tempat itu, pemandangannya sangat indah dan menenangkan seolah berada di dunia fantasi.

Satu hal yang baru ia sadari adalah langitnya menjadi jingga senja. “Tunggu, ini sudah sore? Apa aku baru saja melewati dunia lain?” Panik Raa.

Cahaya yang dikejar oleh Raa itu berputar-putar di atas sungai seolah mencari perhatian dan mengalihkan pandangan pria itu terhadap pemandangan.

Raa masih bingung dengan cahaya itu, tidak tahu ingin menggiringnya kemana lagi.

Tiba-tiba cahaya itu bergerak dan memutari air terjun tersebut. Raa merasa curiga bahwa cahaya itu mengarah ke sesuatu dibalik aliran air terjun.

Rasa penasarannya semakin menggila, tak terpikirkan olehnya sesuatu akan terjadi.

Setelah diselidiki, ternyata ada sebuah lubang besar seperti gua--terlihat olehnya di samping air terjun. Ada sebuah jalur yang menjadi jalan untuk masuk ke gua itu.

Tanpa berpikir panjang, Raa pun memasuki gua yang tampak gelap dan sedikit menakutkan.

Raa sedikit menyusuri gua itu, berjalan diantara gelapnya pandangan dan bisikan kelelawar yang terbang kesana kemari.

Untungnya Raa mempunyai sebuah handphone dan lantas menggunakan cahaya senter pada ponsel pintarnya itu sebagai penerangan.

Sampailah ia pada tempat dengan lorong yang bercabang, suasana disana semakin menakutkan baginya.

“Keknya gak usah kesana deh, sampai disini aja kali yah. Takutnya kalau makin jauh baterai handphone aku gak akan cukup, fiuh….” Tanpa melanjutkan perjalanannya, Raa kembali ke air terjun.

Setelah keluar dari gua, Raa masih melihat bola cahaya itu melayang di atas sungai yang mengalir. Entah mengapa Raa merasa dibodohi oleh bola tersebut sehingga tatapan pria itu penuh dengan rasa kesal.

“Woy, bola sialan! Apa alasan kau menyuruhku masuk ke gua itu, anday?” Gerutu Raa kesal dengan wajahnya yang masam. Ia mengoceh seolah cahaya itu dapat berbicara dengannya.

Tiba-tiba ia mendengar suara, “Nyam nyam nyam nyam.”

“Eh … suara apaan tuh?” Raa terkaget dan menengok sekeliling tapi tidak ada siapapun.

“Apaan sih itu? Woy, keluar woy! Jangan bikin aku takutlah, anday!” Raa semakin gelisah dan tidak nyaman dengan suara itu.

“Nyam nyam nyam.” Suara itu muncul lagi.

Ternyata itu adalah bola cahaya, ia berkedip seolah mengisyaratkan bahwa dirinya yang bersuara seperti itu.

“Eh….” Raa terdiam sejenak. “Kau yang bersuara dari tadi?” tanyanya untuk memastikan.

Cahaya itu berkedip lagi seperti mengiyakan pertanyaan Raa.

“Nyam nyam nyam nyam nyam….” Cahaya itu seolah sedang menjelaskan kepada Raa untuk melompat masuk ke air terjun itu, tetapi dia sama sekali tidak mengerti.

“Hah? Kau ini sedang bicara apaan, anday? Dari tadi kau hanya ngomong ‘nyam nyam nyem nyem’ gak jelas tahu.” Wajahnya memasam, tidak mengerti apa yang bola cahaya itu ucapkan.

“HM … NYAM NYAM NYAM NYAM NYAM NYAM, NYAM NYAM NYAM NYAM!?” Nada suara bola itu meninggi seolah ia kesal pada Raa dan memalingkan wajahnya.

Raa pun kaget setengah ketakutan, “Eh? Dia marah? Habisnya aku gak ngerti dia ngomong apaan, kok aku yang salah sih?!” Bibirnya berkedut.

Merasa bola cahaya itu tidak bisa membuat Raa mengerti, akhirnya ia memutuskan untuk mendorong pria itu perlahan-lahan.

“Eh, eh, apa yang kau lakukan anday? Di depan ada air terjun, woy!” Raa tidak bisa berbuat apa-apa, hanya terdorong-dorong oleh bola itu.

Menggunakan semua tenaga yang ia punya, akhirnya bola cahaya itu mampu menghempaskan Raa ke air terjun.

Raa berteriak kencang dan tercemplung. Ia seolah terus terdorong ke bawah oleh aliran air itu.

Kemudian Raa menggeliat sembari menahan napas dengan tubuh yang terombang-ambing dan ia terhanyut oleh aliran air itu.

Raa berusaha untuk berenang ke atas permukaan sungai, kemudian ia mencoba ke tepian sungai dan berhasil selamat dari derasnya sungai yang hampir membunuhnya.

Terbatuk beberapa kali menahan rasa sakit sambil berbaring di atas rerumputan tepi sungai.

“Sialan, aku kira bakalan mati tadi,” ucap Raa dengan suara yang kesakitan.

Kemudian ia berdiri perlahan dan melihat ke arah sungai. Betapa mengejutkannya bahwa air sungai itu sama sekali tidak dalam dan hanya sekitar batas lutut.

“Eh … bukannya tadi aku tenggelam cukup dalam yah? Bahkan aku tidak bisa melihat dasarnya.” Raa terheran dengan semua kejadian yang baru saja ia alami.

Raa merosok-rosok saku celananya dan ia begitu panik karena handphone yang selalu dibawanya tidak ada.

“ASTAGA!? BAGAIMANA AKU BISA KEHILANGAN HANDPHONE, ANDAY!” Paniknya. “Ini semua gara-gara bola aneh sialan itu!” ucap Raa sambil menunduk kesal dan mengepalkan tangannya ke atas.

“Hah … apa boleh buat, sebaiknya aku jalan pulang saja daripada lama-lama disini. Firasatku air sungai ini pasti mengalir setidaknya ke sungai yang ada di kota. Air itu pasti mengalir dari hulu ke hilir, nah nanti aku tinggal naik taksi aja buat pulang. Semoga tidak kemaleman.” Raa menyusuri sepanjang sungai itu.

...***...

Setelah perjalanan yang cukup lama, ia sampai disebuah danau yang luas dengan dataran hijau yang membentang sejauh mata memandang.

“Tempat apa ini? Pertama kalinya ada tempat seperti ini di kota,” ucapnya, wajah Raa yang takjub dengan apa yang ia lihat.

Raa melihat sebuah jalanan yang bertanah dan mengikuti jalur itu sampai ke atas bukit di depannya.

Sesampainya di bukit, Raa tercengang dan kaget ternyata ada sebuah perkotaan megah namun dengan arsitektur kuno seperti pada abad pertengahan.

“Kota … apakah ini?” Raa tercengang dengan mulut yang menganga dan wajah yang takjub. “Indah banget.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!