Bab 4 : Kota Balbe

Zaman Mitologi II, Kota Balbe….

Seorang pria berjaket itu sedang berjalan-jalan mengitari kota tersebut.

Raa menikmati indahnya suasana yang penuh estetika seolah dirinya berada di Roman—salah satu kota di Negara Yuro.

Meski ia hanya planga-plongo seperti anak hilang, pemandangannya cukup cantik dan megah untuk dinikmati.

Selama perjalanan, Raa baru saja menyadari sesuatu. Orang-orang disekitar melihat dirinya dengan tatapan aneh merasa tidak nyaman dengan kehadiran Raa.

“Hm … kenapa mereka kek natap terus ke aku yah? Apa ada yang aneh, kah?” gumam Raa bertanya-tanya sembari menoleh ke arah mereka.

“Itu siapa sih? Kok pake baju kayak gitu.”

Raa tidak sengaja mendengar suara ghibah mereka.

Ternyata orang-orang itu menatapnya karena pakaian yang dikenakan Raa.

Tiba-tiba, di depan Raa ada rombongan orang dengan pakaian-pakaian yang terlihat jelas lusuh berjalan ke arahnya layak preman.

Raa hanya tercengang dengan mata yang melongo, betapa kekarnya tubuh mereka.

Sementara orang-orang ketakutan melihat geng itu, mereka dikenal dengan bandit kota yang sering merundung orang dan meminta uang secara paksa di kota Balbe.

Komplotan itu tidak akan segan-segan untuk melukai siapapun yang tidak patuh pada mereka.

Raa berada dihadapan mereka dan pemimpin komplotan itu menatapnya rendah dengan wajah yang bengis.

“Hey, bos … lihat orang ini!” ucap pria dari salah satu anggota komplotan itu. “Heh, dia menggunakan baju yang bagus banget.” Ia menyeringai dan semua anggota komplotan tertawa melihat Raa.

“Bos! Kayaknya dia bukan orang sini, gimana kalau kita rampas aja harta dia,” ucap anggota yang membawa belati ditangannya.

“Haha, itu benar bos. Dia pasti anak orang kaya.”

“Eh ini maksudnya apaan, anday?” pikir Raa yang tidak paham apa yang mereka bicarakan, matanya berdenyut panik.

“Eh, anu….” kata Raa. “Apa kalian semua adalah pemain teater?” Wajah Raa begitu polos, membuat komplotan itu kesal.

“Hah? Apaan tuh? Beraninya kau bicara pada kami, hah?” Ucapan Raa hanya menyulut kemarahan mereka dan mengeluarkan senjata untuk mengancamnya.

Raa yang tidak tahu apa-apa sontak menjadi panik, namun nyawanya selamat karena pemimpin bandit itu menghentikan mereka.

Para bandit itu pun terdiam dan menaruh senjata mereka.

“Sepertinya kau cukup berani yah berhadapan dengan kami,” ucap pemimpin bandit. “Sepertinya kau harus diberi pelajaran, dasar bocah!”

Pria itu menghantamkan tinjunya yang keras ke arah muka Raa.

Sontak membuatnya kaget dan terpental ke tanah akibat pukulan itu dengan bekas luka yang menyakitkan.

Kerah depan kaus Raa ditarik kemudian tubuhnya diangkat hanya dengan satu tangan.

“Bagaimana, hah? Sakit kan, hahaha….” Pemimpin bandit itu terlihat sangat puas sambil mengeluarkan tawa yang cukup keras dengan ekspresi wajah gila.

Raa diam termenung, kemudian menyeringai seakan pukulan itu tidak ada apa-apanya.

“Apanya yang lucu, hah?” Suaranya membentak.

Kemudian pria itu memukul Raa untuk kedua kalinya.

Namun tanpa disangka-sangka, Raa mampu menahan serangan bandit itu hanya dengan tangan kirinya.

Membuat para bandit itu menganga seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Mencengkram tangan si bandit dengan tangan kanannya, mengayunkan kaki kiri Raa dan menendang dagu pria kekar itu yang membuatnya terjungkal ke belakang.

Raa pun dapat lolos dari genggaman si bandit.

Akibat serangan itu, sedikit meninggalkan bekas luka pada dagu dan mengeluarkan darah yang mengalir dari mulut si bandit.

“Jangan pikir kalau aku bisa terluka seperti itu, aku sudah biasa menahan rasa sakit,” ucap Raa dengan tatapan dingin.

Dalam potensi non-akademik, Raa sangat beruntung telah mengikuti berbagai cabang atlet bela diri dan juga gulat sehingga dirinya sudah terlatih untuk berjaga dari ancaman yang mengusiknya.

Tidak hanya itu, penguatan fisik dari rutinitas olahraga memberikan dampak signifikan pada daya tahan tubuhnya.

Meski seorang pemalas, ketika ia serius menekuni sesuatu, Raa bisa berlatih lebih keras dari siapapun.

“Bos … kau gak apa-apa, kan?” tanya salah satu bawahannya.

Perlakuan Raa terhadap pemimpinnya membuat para anggota bandit itu marah padanya.

“Aku tidak tahu apakah ini masuk ke dalam naskah drama kalian, tapi ini sudah keterlaluan.” Raa menatap mereka semakin kesal.

Pikirannya masih polos, menganggap dirinya sedang berada disebuah panggung teater.

“Kau pikir kami takut, hah? Ayo, teman-teman keluarkan senjata kalian!” Para bandit mengeluarkan senjata yang mereka bawa dan bersiap menyerang Raa.

Namun tiba-tiba terdengar suara ringkikan kuda yang sedang berlari.

Terlihat tak jauh dari Raa dan para bandit, datang seorang prajurit yang menunggangi kuda menggunakan baju zirah kerajaan.

“Cih! Itu pasti ‘Si Pak Tua’ menyebalkan itu,” ucap pemimpin bandit sembari menatap sebal. “Ayo, kita pergi! Biarkan jenderal tua itu yang mengurus anak ini. Kali ini nyawamu kami ampuni, lihat saja nanti!?”

Mereka pun pergi karena takut pada seorang prajurit kerajaan yang merupakan seorang jenderal bernama Magnum.

Jenderal tua itu berada dihadapan Raa, kemudian turun dari pelana kuda itu untuk menghampirinya.

Raa tidak berkata apapun, ia hanya bersiap dalam posisi kuda-kuda menyerang.

Magnum hanya melihat-lihat Raa seolah seperti mengamati dirinya.

“Hm … tidak aku sangka kau bisa mengalahkan pemimpin bandit itu sendirian, hanya bermodalkan tangan kosong. Bahkan perawakanmu aja seperti tidak meyakinkan, HAHAHA….” Pak tua itu hanya mengomel dan tertawa tentang Raa, sedang Raa hanya mengerutkan kening dan menyipitkan matanya seolah kesal dengan omongan jenderal kerajaan itu.

“Oh iya, ngomong-ngomong … namaku adalah Magnum, Jenderal Perang Kerajaan Ogela,” ucap jenderal itu dengan sangat sopan sembari meletakkan telapak tangan kanannya di dada dan sedikit membungkukkan kepalanya—hormat kerajaan.

“Eh … iya, anu … nama aku.…” Seketika ia terdiam lupa Namanya. “Eh … nama aku Raa, salam kenal.” Raut wajah Raa tampak jelas kecanggungannya.

“Kalau dipikir-pikir kamu bukan berasal dari kota Balbe, yah? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya,” ujar Jendral Magnum.

“Kota Balbe? Maksudmu, ini adalah kota Balbe?” Raa mengangkat alis sebelah, tidak mengerti apa maksud ucapan jendral.

“Iyap, betul banget! Ini adalah kota Balbe ibukota dari Negara Romayu,” jelas jenderal.

Raa tercengang sekaligus bingung.

“Bukannya kota Balbe adalah ibukotanya Negara Yuro?” tanyanya untuk memastikan.

“Negara Yuro? Negara mana itu? Aku belum pernah mendengarnya sama sekali.” Ucapan jendral itu begitu meyakinkan.

Kemudian Raa teringat sesuatu, Negara Romayu adalah nama yang digunakan sekitar abad mitologi II sebelum dirubah menjadi Yuro.

“Jika aku tidak salah Romayu itu nama Negara Yuro sekitar abad mitologi ...” kata Raa. “Kemudian, aku tiba-tiba tenggelam ke sungai yang bahkan dalamnya pun cuman sampe lutut,” lanjutnya bergumam.

“Gak mungkin … gak mungkin …” Terlihat Raa begitu panik dengan matanya yang melotot, sedangkan Jendral Magnum hanya mengernyitkan dahinya.

“AHHHH!!! JADI SEMUA INI BUKAN ADEGAN BIKIN FILM!?” Teriak Raa dengan mulut yang menganga, sadar bahwa dirinya sudah melewati ruang waktu dengan air terjun sebagai media dan terjebak di masa lalu.

“Film? Apaan tuh? Ini anak ada aja ucapan anehnya,” gumam jenderal, melihat Raa dengan tatapan menyipit.

Raa tampak seperti orang depresi dengan ekspresi sedih, jongkok sambil memainkan tanah. “Pengen pulang, ibu … pengen pulang.”

“Woy! Kau ini kenapa, hah!?” Jenderal berteriak pada Raa sambil menunjuknya.

Raa menoleh ke arah jenderal dengan wajah depresinya, membuat mata jenderal menyipit. “Anterin pulang!”

“Mana aku tahu rumahmu anak aneh!” Raa hanya membuat Jenderal Magnum semakin kesal. “Sono pergi aja sendiri!?”

Tiba-tiba terdengar suara perut yang keroncongan, muka jenderal seketika masam dengan mulut bergetar dan mata berkedut sebelah.

“Lapar …” kata Raa lemas. “Pengen makan.” Wajahnya memelas ke arah Jenderal Magnum.

“Astaga, kenapa jadi gini? Harusnya aku biarin mati ditangan bandit-bandit tadi aja. Yang Mulia, tolong….” Gumamnya dalam hati jenderal, wajahnya tampak menyesal telah menolong anak ini.

Jenderal hanya pasrah dan mengantarnya ke kedai untuk memberikan makan pada anak malang ini.

 

Sfauntpedia :

Negara Yuro ->

Nama negara pada zaman mitologi, berubah namanya jadi Romayu di era modern atau zaman Raa.

Kota Balbe ->

Nama ibukota Negara Yuro, tidak mengalami perubahan nama sampai saat ini.

Kerajaan Ogela ->

Kerajaan yang berdiri di kota Balbe.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!