KASIH YANG TERSISA
Bab 1
Rianti membuka jendela kamar, terlihat Didi sudah berdiri membelakangi, seperti biasa sebelum berangkat kesekolah Didi menyapu halaman rumah majikannya.
Sebagai anak supir, dan pembantu yang tinggal dirumah majikan, tugas Didi membersihkan halaman, dan pergi bersama kesekolah dengan Rianti.
Pak Joko, ayah Rianti sengaja menyekolahkan Didi bersama dengan anaknya, selain untuk menjaga, diapun harus mengantar kemana Rianti ingin pergi.
"Di cepet nyapunya, aku mau berangkat sekarang!" Tiba-tiba Rianti sudah berdiri di depannya, rapi dengan seragam sekolah.
"Ya tunggu sebentar" dengan bergegas Didi meletakkan sapu, dan segera mengeluarkan motor, yang setiap hari dipakai untuk berangkat kesekolah.
"Ngebut dikit, aku ada janji sama nani, lelet amat sih!" Rianti menepuk punggung Didi, dan Didi langsung menancapkan gas motornya, tampa di sangka dari arah berlawanan, sebuah mini bus tidak dapat Didi hindari lagi.
"Braaak! " benturan keras menghantam motor yang ditumpangi mereka, Rianti terpental jauh begitu juga dengan Didi.
Isak tangis keluarga, memenuhi ruangan gawat darurat, dokter memasukkan Rianti dan Didi keruangan icu, meski mereka terlihat tidak terluka, namun keadaan mereka koma.
"Rianti jangan kesana, nanti kamu jatuh!" Didi berlari mencoba menarik tangan Rianti, yang hampir saja terjatuh ke dalam jurang.
"Ahk!" Mereka berguling-guling direrumputan hijau dan tersangkut, disebuah pohon besar.
"He..he, hampir saja, jangan kesana lagi ya!" Didi mengecup bibir Rianti, yang terlihat pasrah di bawah tubuh Didi.
"Aku cinta kamu Di, jangan tinggalin aku ya" Rianti memeluk erat tubuh Didi dengan penuh cinta, kemesraan dua sejoli yang dimabuk cinta terjadi tampa batas, seolah tiada penghalang bagi mereka.
"Bangun yuk, kita pulang!" Didi menarik tangan Rianti yang masih malas untuk bangkit.
"Aku males pulang, aku suka di sini" mata Rianti terpejam, menikmati angin yang menerpa wajah, kecupan hangat bibir Didi membuat Rianti terlena kembali.
"Pulang sayang, nanti papa kamu marah" bujuk Didi, yang mencoba bangkit, namun lagi-lagi tangan Rianti mencegah, Rianti benar-benar terbuai oleh manisnya cinta Didi.
"Bagai mana dok, sudah ada kemajuan pada anak saya?" Seminggu sudah, pak Joko menunggu Rianti sadar.
"Kalau kondisinya, sudah kembali normal pak" namun entah kenapa, Rianti belum juga sadar dari koma, begitu juga dengan Didi.
""Sayang aku ingin menikah denganmu" bisik Rianti, disela-sela ******* napas yang memburu kedua insan, yang di mabuk cinta, keringat membasahi sekujur tubuh mereka, sampai pada puncaknya merekapun lemas terkulai, Rianti mencium bibir tipis Didi, lelaki yang dicintainya.
Pernikahan pun berlangsung, tampa di hadiri kedua orang tua, di depan altar, Didi dan Rianti berjanji, untuk mengikat jalinan kasih mereka.
"Terima kasih sayang, mari kita pulang!" Dalam gendongan suaminya, Rianti merasakan cinta tulus Didi, yang tak mungkin akan Rianti lepas kan.
Sebulan sudah, Rianti dan Didi terbaring dirumah sakit, sejak pagi tadi hujan tak juga berhenti, pak Diman begitu cemas dengan putra semata wayangnya, yang belum siuman juga.
"Pak ini jam berapa?" Mata Didi mencari jam diding diruangan itu.
"Ya Gusti, anak ku siuman, Di ini bapak nak!" Pelukan pak Diman membuat Didi sedikit sesak.
"Ini jam berapa pak, saya ada di mana?" Didi berusaha. melepaskan pelukan bapaknya.
"Jam dua belas malam nak, kamu ada dirumah sakit, terima kasih Gusti" pak Diman membantu Didi, yang ingin bangkit dari terbaringnya.
"Memang saya kenapa pak?" Pak Diman heran, Didi tidak mengingat kejadian yang dia alami.
"Sebentar bapak panggil dokter dulu" sebelum pak Diman sampai keruangan Dokter, pak Diman melihat Dokter sedang berada diruangan tempat Rianti, ternyata Riantipun sudah sadar dari komanya.
"Dok anak saya juga sudah sadar" pak Diman tidak dapat menahan kegembiraannya.
"Baik sebentar saya akan kesana" Rianti terlihat masih heran dengan keadaan dirinya, seperti Didi, diapun tidak mengerti, mengapa dia bisa berada dirumah sakit.
Setelah dinyatakan sehat, dokterpun memperbolehkan Rianti dan Didi kembali kerumah.
Esok hari, Rianti diantar kesekolah, oleh kedua orang tuanya.
"Pak aku mau bareng Didi saja" Rianti belum mengerti dengan sikap mereka, yang tiba-tiba ingin mengantarkan, kesekolah.
Pak Diman hanya bisa mengantar Didi, sampai depan gerbang sekolah, dia tidak berani berpas-pasan dengan pak Joko, setelah kejadian kecelakaan itu, pak Diman dan keluarga diusir dari rumah pak Joko, dia sudah tidak lagi bekerja.
"Di kamu kemana tadi, aku cari-cari kamu" Rianti duduk disebelah Didi.
"Aku di rumah kontrakan, bapak dan ibuku sudah tidak kerja dirumah kamu" sambil memain kan bolpen.
"Loh kok, papa nggak bilang sama aku!" Rianti memegang tangan Didi, dan getaran aneh yang belum pernah mereka rasakan didunia nyata, mengalir dalam dada mereka.
"Ya sudah, nanti kita omongin lagi, pelajaran sudah mau mulai" Rianti pun kembali ketempat duduknya.
Rianti dan Didi benar-benar tidak mengingat kecelakaan yang mereka alami, yang mereka tau, mereka telah menjadi sepasang kekasih, bahkan sudah menikah.
"Yok istirahat!" Rianti menarik tangan Didi, membuat teman-teman sekelas mereka heran melihat perubahan sikap Rianti, dulu Rianti begitu cuek, meski mereka satu kelas, karna semua teman mereka tau, kalau Didi hanya seorang anak pembantu dirumah Rianti.
"Sayang kamu mau makan apa?" Bahkan Rianti tidak malu-malu memanggil Didi dengan panggilan sayang, didepan teman-temannya.
"Yan aku nggak salah denger, sejak kapan kamu pacaran sama Didi?" Marni mencoba mencari tau, tentang hubungan temannya itu.
"Kepo bangget sih, sudah lama, malah kami telah me...hup" Rianti buru-buru menutup mulutnya.
"Apaan ayo, kamu rahasiain apa, ngomong dong!" Marni semakin penasaran.
"Nggak ada rahasia kok, aneh kamu ah!" Rianti berlalu, membawa makanan yang telah di pesan.
"Sayang nih, kamu kenapa sih diem saja, ayo makan dulu!"
"Terima kasih sayang, nanti pulang kita kekebun yuk"
Didi mencoba mencari tau, tentang perubahan yang dia rasakan terhadap Rianti, kejadian mereka seperti mimpi, tapi anehnya semua itu dapat Didi dan Rianti rasakan, dan merekapun sadar kalau mereka sudah menikah.
"Nggak bisa sayang, aku dijemput oleh supir, nanti sore aku akan cari alasan, untuk kita bisa bertemu, kamu tunggu saja disana" Rianti menyelipkan sesuatu ketangan Didi, ternyata lima lembar uang seratus ribuan.
"Kamu pegang ya, kamu simpan, buat nanti kita lulus, kita bisa pergi jauh dari rumahku, yuk masuk!" bel masukpun telah berbunyi.
"Ya ampun, nih orang lengket banget kaya perangko, Di kamu dipanggil Yuni tuh!" Didi melepaskan tangan Rianti, dia seolah baru teringat lagi dengan nama itu.
"Sebentar sayang" Didi menoleh kearah dimana Yuni berdiri, mata sayu Yuni beradu dengan mata Didi, ada perasaan bersalah yang Didi rasakan saat itu.
"Kenapa, ada apa dengan dia?" Rianti menarik tangan Didi kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
[AIANA]
semangat aku mampir. semangat berkarya
2023-02-02
2