MENGHILANG BAB 5

Diam-diam Rianti mengikuti mobil yang selalu berhenti didepan sekolah Dimas, dengan berganti mobil, Rianti mengawasi orang yang berada didalam mobil itu, betapa terkejutnya dia, benar apa yang di kata kan oleh Nunu, bahwa orang yang berada didalam mobil itu wajah nya mirip dengan Didi.

"Ah, mas Didi?" Rianti penasaran, dia mendekati mobil hitam itu, namun orang yang berada dalam mobil itu sadar, kalau dia sedang di awasi oleh Rianti, dan mobil itu cepat-cepat meninggalkan lokasi itu.

Rianti mencoba mengikuti, tapi mobil itu melaju cepat sekali, sehingga Rianti kehilangan jejak.

"Mas, apakah benar itu kamu, jika bukan kamu, kenapa kamu harus lari, ada apa sebenarnya ini?"

Tangan Rianti mengusap perut yang semakin membuncit, napasnya tidak teratur, sudah hampir setengah tahun, Rianti tidak pernah dapat kabar dari suaminya, setiap dia kekantor, pihak kantor selalu mengatakan, kalau diluar negeri, Didi sangat sibuk.

Nunu dan Dimas menunggu Rianti cukup lama, Dimas sudah menangis, dia takut mamanya kenapa-napa.

"Mbak kenapa mama lama banget, aku takut mama kenapa-napa."

"Nggak, sebentar lagi pasti mama sampe , sabar ya."

Tidak lama kemudian Rianti pun sampai, dengan mobil barunya.

"Oh, mama ambil mobil baru ya, pantesan lama."

"Maafin mama ya sayang."

Dengan senyum, Rianti mencium Dimas, pikirannya masih kacau, dia masih memikirkan apa yang tadi dia lihat.

Nu, sejak kapan mobil hitam itu, selalu parkir didepan sekolah?"

"Sejak den Dimas mulai masuk sekolah bu"

Rianti menarik napas panjang, kenapa mobil itu harus pergi, dan siapa orang yang wajahnya, mirip dengan suaminya itu, dengan penuh pertanyaan, Rianti sampai juga dirumah  dengan selamat.

"Dreet!" Baru saja Rianti merebahkan diri, ponselnya berdering.

"Halo siapa?" Dengan malas Rianti mengangkat telpon.

"Halo ini aku, aku ingatkan sama kamu, jangan coba-coba mencari tau tentang suami kamu, kalau keluargamu ingin selamat, aku tidak main-main, lihat anjing piaraanmu, kalau kamu dan keluargamu, tidak ingin nasibnya sama seperti itu!"

"Hallo-hallo" ponsel disebrang sana sudah dimatikan, Rianti menaruh ponselnya, dia cepat~cepat berlari keluar, benar saja anjing peliharaan Rianti sudah mati.

"Oh, ada apa ini?"

Pak Diman memberi minyak angin pada hidung Rianti, dan Rianti pun siuman.

          

"Kamu kenapa nak?" Tangis bu Joko, membuat Rianti bertambah sedih.

"Mama!" tangisan Rianti membuat semua yang ada disitu semakin bertanya-tanya, sebenarnya ini ada-apa?

Semenjak kejadian itu, Rianti yakin keadaan Didi dalam bahaya, dia tidak menceritakan kepada siapa pun, Rianti hanya fokus menunggu kelahiran anaknya saja.

Sembilan bulan sepuluh hari, Rianti mengandung, akhirnya lahirlah putri kedua, dua kali Rianti melahirkan anak Didi, dua kali juga Didi tidak ada disampingnya.

"Sabar ya nak" Ibu Diman menguatkan Rianti.

Pak Diman langsung menerobos masuk kekantor anaknya, namun stap kantor melihat pak Diman, meski pak Diman sudah berusaha bersembunyi.

"Pak, bapak tidak boleh masuk, ini khusus orang-orang kantor saja" tangan pak Diman diapit oleh dua orang sekuriti kantor itu.

"Hallo, amankan orang tua itu!"

Suara penuh kebencian, seorang perempuan, terdengar lewat ponsel sekuriti itu.

Ibu Diman gelisah, sebentar-sebentar dia menoleh kejendela, hatinya tidak karuan, sejak siang tadi pak Diman belum juga pulang.

.

"Bu, memang tadi bapak ijin mau kemana, sama ibu?"

"Ibu juga tidak tau nak, dia bilang hanya keluar sebentar, kok sampai malam begini belum juga pulang?"

Dua hari sudah, pak Diman tidak pulang kerumah, semua yang ada di rumah menjadi gelisah.

"Jamal, besok tolong antarkan saya kekantor polisi"

Meski kondisi tubuh Rianti belum pulih benar, dia berusaha mencari bapak mertuanya kemana-mana, namun tidak ada hasil, karna hari sudah larut malam, akhirnya Rianti pun mengajak Jamal, sopirnya untuk pulang.

Dengan sedih Rianti langsung menuju kamar, dia tidak tega melihat mertuanya, yang terus menangis.

Pagi-pagi Rianti di antar oleh Jamal kekantor polisi, dia melaporkan pak Diman, yang sudah dua hari tidak pulang kerumah.

Tidak menunggu waktu lama, setelah Rianti melaporkan, hilangnya pak Diman, pihak polisi pun datang kerumah kediaman Rianti, kalau pak Diman telah ditemukan, namun dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi, pak Diman ditemukan mengambang disungai.

Tangis pilu memenuhi rumah Rianti, mertua laki-lakinya telah berpulang, sekarang hanya kedua orang tua perempuannya saja.

Setelah sebulan lamanya, keluarganya diliputi duka cita, Rianti tidak ingin larut dalam kesedihan, dia harus melanjutkan hidupnya, apa lagi dia harus bertanggung jawab kepada kedua ibu dan kedua anaknya.

Tiga tahun sudah Didi menghilang entah kemana, meski Rianti sudah berusaha mencari, namun hasilnya tetap sama.

"Nak, kalau kamu ingin menikah lagi, ibu ijinkan"

Ibu Diman tidak tega, melihat Rianti berjuang seorang diri, menghidupi keluarga.

"Tidak bu, Rianti akan menunggu mas Didi"

Kapten perwira yang Rianti kenal, waktu peristiwa meninggalnya pak Diman, menyukai Rianti, duda yang ditinggal, meninggal oleh istrinya itu, tertarik oleh kebaikan dan kesabaran Rianti.

Hari-hari Rianti diisi dengan menyibukkan diri mengurus usaha onlinenya, selain itu Rianti pun masih rutin mendapatkan gaji bulanan suaminya, yang ditransfer kerekeningnya.

Sepuluh tahun sekarang umur Dimas, dia sudah duduk dibangku kelas empat SD, Rianti tetap mengantarkan kesekolah, dia takut Dimas di culik, karna Rianti yakin kematian pak Diman, ada hubungan dengan hilangnya Didi, karna menurut saksi mata, pak Diman tewas setelah dia pergi kekantor Didi.

"Berengsek, kamu mau main-main sama aku, kamu ingin lihat keluarga kamu mati lagi?"

Lisa menelpon Didi, yang ketahuan diam-diam mengikuti Rianti dari belakang, ternyata Didi bekerja diperusahaan milik orang tua Lisa, yang sekarang diwariskan kepada Lisa.

"Aku cuma melihat dari jauh saja, Lis!"

"Denger ya, aku masih berbaik hati sama kamu, dengan membiarkan mereka hidup, jadi jangan coba-coba kamu ingin kembali pada mereka!"

"Ok, aku akan turuti apa yang kamu mau, tapi tolong, jangan kamu apa-apa kan mereka!"

Diam-diam Didi mengirim surat kepada Agus, agar Rianti pindah dari kota dimana sekarang mereka tinggal, namun Rianti tidak mau, apa pun yang terjadi, dia masih ingin tetap disitu, supaya Didi bisa melihat kedua anaknya, meski harus sembunyi-sembunyi.

"Yan, sebaiknya kamu nikah lagi, ini demi kebaikan kamu dan anak-anak"

"Nggak Gus, apa pun yang terjadi, aku akan tetap nunggu mas Didi"

Agus tidak bisa berbuat apa-apa, dia kasihan dengan nasib yang di alami Rianti, sebab usaha Rianti saat ini, tidak seperti dulu lagi, lambat laun pelanggan setia, menghilang satu persatu.

"Bu, sepertinya aku harus kerja, gaji mas Didi tidak cukup untuk biaya hidup kita, apa lagi tahun depan Dina sudah harus kesekolah"

"Kamu ingin kerja dimana nak, kamu hanya lulusan SMA saja"

Terpopuler

Comments

Enies Amtan

Enies Amtan

bingung

2023-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!