BAB 3

Bermodal leptop, dari hasil tabungan, Didi mencoba mengisi hari libur dengan berjualan online.

"Bu bagai mana kalau ibu nggak usah kerja lagi, mending ibu bantu Didi dirumah, bungkusin barang pesanan pelanggan, nanti ibu Didi gaji"

Pelanggan yang memesan barang, yang DIdi jual, semakin hari semakin bertambah, sehingga dia mulai kewalahan untuk menanggani nya sendiri.

"Oh ya sudah kalau begitu, besok ibu pamit dulu sama majikan ibu, bapak kamu juga bisa bantu Di, diakan suka tidak ada pekerjaan" sebagai kuli bangunan pak Diman lebih banyak tidak bekerjanya.

Barang-barang orderan Didi semakin bertumpuk dirumah, Didi terpaksa harus mencari rumah kontrakan yang lebih besar lagi, dia menyewa sebuah rumah sederhana, diwilayah komplek yang tidak begitu jauh dari jalan raya, sehingga mobil yang mengantar barang yang di pesan tidak sulit.

Didi sudah mempekerjakan lima orang karyawan, dan dia pun lulus dan masuk unversitas negeri yang dituju, dengan jalur beasiswa dari pemerintah.

"Didi tunggu, bareng aku!" Lisa berusaha mengejar Didi, sejak Didi membuka pertemanan degan Lisa, Lisa berusaha ingin selalu dekat dengan Didi, diapun masuk di unversitas yang sama dengan Didi.

"Kamu jalannya cepet banget sih, kakiku sampai sakit!"

"Maaf aku nggak denger, aku pakai ini" Didi selalu menggunakan headset untuk menghapalkan pelajaran yang dia rekam.

"Nanti malem Joni undang kamu, kamu harus datang ya, jangan lupa jemput aku" Lisa berusaha membujuk Didi.

Hingar bingar musik disco memekakkan telinga, Lisa sengaja menuangkan minuman ber-alkohol kedalam gelas Didi, sehingga Didi tidak sadar, sewaktu Lisa membawanya kekamar hotel, yang telah dia pesan.

Didi sangat kaget, melihat Lisa tidur disampingnya, dia buru-

buru mengambil pakaiannya, yang berada dilantai.

"Mau kemana Di?" Lisa mencoba menarik kembali tangan Didi.

"Aku mau pulang, berapa yang harus aku bayar, sama kamu?" Didi mengeluarkan dompet, dan meletakkan uang dimeja yang ada di kamar hotel itu, tampa mandi dia buru-buru keluar dari kamar itu.

Lisa hanya tersenyum, malam hangat bersama Did, benar-benar berkesan, tampa sepengetahuan Didi, Lisa merekam semua yang semalam mereka lakukan.

Kesuksesan Didi membuat hidup keluarga pak Diman sekarang jauh lebih baik, anaknya telah menjadi seorang pedagang online yang bisa menopang kehidupan keluarga, belum lagi gelar sarjana sudah Didi peroleh.

"Dreet!"

"Halo ada apa?" Terpaksa Didi mengangkat telpon Lisa.

"Nanti malam aku tunggu kamu di rumahku ya" Lisa benar-benar sudah merasa nyaman dengan Didi.

"Iya nanti aku ke rumahmu" Didipun sama halnya dengan Lisa, dia sudah lupa dengan Rianti.

"Di bagai mana kalau kita nikah, nggak mungkinkan, kita seperti ini terus" Lisa memeluk Didi.

"Nggak mungkin kita nikah, aku sudah punya istri" Didi bangkit dari tempat tidur, dia hanya menganggap Lisa, sebagai wanita pemuas napsunya saja.

"Aku harus pulang" seperti biasa Didi meninggalkan uang dimeja, lalu cepat-cepat pulang dengan mobilnya.

"Punya istri, kapan dia nikah, kok aku nggak tau?' Lisa langsung menghubungi Joni, mungkin Joni tau kalau Didi benar sudah menikah.

"Aku benar nggak tau Lis, kalau dia sudah nikah, mungkin itu cuma alasan dia saja" semenjak Joni bersahabat dengan Didi, dia belum pernah mendengar, kalau Didi sudah mempunyai istri.

"Tolong kamu cari tau ya, pokoknya Didi harus jadi suami aku!" Lisa tidak peduli sekalipun Didi sudah mempunyai istri.

Lima tahun sudah Didi meninggal kan kota, dimana dulu dia dan keluarganya tinggal, dia langsung menuju kerumah Agus.

"Apa kabar Gus?" Agus terkejut dengan kedatangan Didi, dia tidak menyangka, kalau sahabatnya akan menjadi orang

sukses.

"Baik hebat kamu" Didi yang dulu hanya orang biasa, sekarang dimata Agus adalah orang yang berhasil.

"Gus kamu tau bagai mana sekarang kabar Rianti?" Didi ingin mendengar kabar Rianti dari Agus.

"Rianti sudah nikah Di, dia sudah punya anak, tapi kasihan nasibnya, suaminya menceraikan dia" Agus memberi alamat dimana Rianti tinggal sekarang.

"Aku permisi dulu gus, terima kasih atas semuanya, kalau kamu perlu sesuatu, ini kartu namaku" Didi pamit dari rumah Agus, dia langsung menuju alamat Rianti.

"Bu boleh saya tanya, apa benar itu rumah ibu Rianti?" Didi mampir di sebuah warung yang kebetulan bersebrangan dengan alamat yang di cari.

"Betul mas, itu Riantinya!" Rianti sedang menyapu halaman rumah, sementara seorang anak laki-laki berumur empat tahun sedang menangis di dekatnya.

"Bu apa itu anaknya, bu Rianti?" Didi penasaran dengan anak laki-laki yang ada didekat Rianti.

"Ya mas, tapi katanya sih, bukan anak suaminya, itu anak orang lain, mangkanya sekarang dia cerai" jantung Didi

berhenti sejenak.

"Dulu dia anak orang kaya mas, tapi ayahnya meninggal setelah tau anaknya hamil, sekarang ibunya juga sudah sakit-sakitan" Didi benar-benar baru mendengar kabar ini.

"Kalau boleh tau, si mas siapa ya?" Didi memperkenalkan namanya, yang ternyata yang punya warung itu, tetangga Didi dulu.

"Oh anaknya pak Diman toh, ya ampun ibu ndak kenalin, sekarang kamu sudah sukses ya"

Ternyata keluarga Rianti sudah jatuh miskin, rumah yang dulu mereka tempati sudah dijual suaminya.

"Nanti ibu panggilin Riantinya ya" dengan hati-hati bu Darmi menyebrang jalan yang membelah antara warung dan rumah Rianti.

Rianti menangis melihat Didi, dia tidak menyangka bisa bertemu dengan Didi lagi.

"Kenapa kamu nggak cari aku Yan" Didi merasa menyesal telah meninggalkan Rianti.

"Aku nggak tau harus cari kamu kemana, dan itu Dimas anak kita" Rianti memperkenalkan anaknya, yang persis wajahnya dengan Didi.

"Maafkan aku Yan" dipelukan Rianti Didi menangis, kenapa tidak sejak dulu dia mencari Rianti.

Ibu~Rianti hanya terdiam, melihat Didi dan Rianti berpelukan, dia menyesali tindakannya, yang dulu langsung menikahkan Rianti dengan yang lain, padahal dia tau kalau Rianti hamil oleh Didi.

"Sekarang kamu ikut aku, bawa anak kita dan ibu kamu, aku disana sudah mempunyai usaha dan bekerja, nanti kamu yang pegang usaha yang sekarang aku kelola"

Didi terpaksa menginap dirumah Rianti, karna baru besok dia bisa membawa anak, dan Rianti ke rumahnya.

Ibu Diman dan pak Diman sangat senang, dengan kedatangan Rianti dan cucunya, ibu Joko yang dahulu adalah majikannya, meminta maaf, dan sekarang mereka tinggal satu rumah lagi seperti dulu, Rianti dan Didi pun mengulang kembali pernikahan mereka.

Sebagai seorang istri Rianti begitu mengasihi keluarga, pagi-pagi sekali dia sudah menyiapkan sarapan untuk suami tercinta, yang bekerja sebagai seorang pengacara disebuah perusahaan, sementara Rianti mengurus usaha yang Didi kelola di rumah, rumah mereka cukup besar, untuk usaha online yang sudah terkenal.

"Itu ada apa sih, kok si dogi pagi-pagi berisik banget!" Rianti melihat ke jendela ruang makan, yang bisa langsung melihat kearah pintu gerbang.

"Mas itu siapa, kok dia berdiri didepan rumah kita?" Rianti memperhatikan seorang perempuan, yang sedang berdiri didepan pintu gerbang rumahnya.

"Berengsek, mau apa dia!" Didi segera menarik Rianti kedalam kamar, lalu berlutut meminta maaf, pada Rianti, dan menceritakan yang sebenarnya terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!