eps 03

Setelah pintu berhasil di buka, mereka lalu mencari Tita di setiap sudut ruangan, tapi tidak di temukan.

"TITA....."

Bagas memeluk tubuh adiknya yang terkulai lemas di lantai kamar.

Mia segera berlari menuju arah suara"Ya Tuhan, apa yang terjadi..."Lirih Mia sembari berlari menuju kamar Tita "Tita? ya ampun bang Tita kenapa ini?" Segera menghampiri Tita, lalu menghuyung pelan suapay Tita tersadar "Ta bangun lo kenapa? jangan buat kita cemas kaya gini dong, Ta. Ayolah bangun jangan bercanda begitu, nggak lucu tau Ta"

Bagus pun tidak tinggal diam, ia langsung memapah sang adik sampai ke tempat tidur "Ya Tuhan.....Tita bangun. Abang tidak suka ya kamu main prank kaya gini, buruan ayo bangun" Bagas berharap adiknya hanya pura pura saja. Jujur dia paling tidak bisa melihat adiknya sakit, bahkan sedikit saja melihat air matanya jatuh, pasti Bagas langsung bertindak.

hik hik hik..

Mia menangis sejadinya.

"Mia, gua minya Lo tenang dulu. Sepertinya Tita pingsan, tolong bantu ambilikan minyak kayu putih di atas meja depan tv"

Mia mengangguk lalu berlari mengambil minyak tersebut.

"Aduh, di mana sih minyak angin itu berada...." Mencari setiap sudut meja tapi tidak ada benda tersebut. Lalu Mia membuka laci bawah tv "Nah ini dia ketemu juga" Meraih minyak angin kemudian kembali berlari ke dalam kamar Tita.

"Ini bang minyaknya..." Memberikan pada Bagas. Setelah mengusap minya pada bagian hidung dan pelipis tapi Tita masih belum reaksi.

"Mia, gua titip Tita bentar ya, gua mau hubungi pak Gunawan dokter keluarga gua dulu" Ucap Bagas sembari berjalan ke luar.

Mia mengangguk "Baik, bang"

"Tita, kenapa kamu bisa seperti ini? hanya karena laki laki macam Alan, sampe lo kaya begini, bego Lo ta, bego. Lo tau gak dia gak pantes dapetin cewek setulus Lo"

Mia menemani Tita dengan rasa cemas. Bagi Mia sahabat terbaik dalam hidupnya hanya Tita seorang. Dia selalu ada dalam susah dan senang, dalam terang dan gelap.

"Duh sakit...."Perlahan Tita membuka mata. Ia mengeluh sakit di bagian kepala "Gua kenapa, Mia?"

"Lo udah sadar, Ta? syukurlah gua cemas lihat lo kaya tadi"

"Itu muta Lo kenapa Mia? merah kaya abis di cium badut" Memaksakan senyum di bibir.

Mia mengerutkan alis sembari melipat kedua tangan "Gila Lo, Ta. Gua hampir mati ketakutan gara gara liat lo kaya tadi. Bisa bisanya lo ketawa kaya gitu. Gua takut Lo patah hati terus bunuh diri, minum racun tikus gitu"

"Lo kira gua doyan yang kek gitu. Sorry, masalah cinta nggak sampe kirban nyawa juga kali. Gua punya otak juga kali" Jawab Tita santai. Herannya Mia itu kok Tita masih bisa tersenyu. di saat dia baru sjaa bangun dari pingsan.

Mia yang jengkel dengan sikap sok kuatnya Tita hanya mendengus kesal "Huf....kamu bikin jantung mau copot saja"

"Sebelah sini, Dok" Bagas dgn cemas menunjukkan jalan menuju kamar Tita. Ketika pintu kamar baru saja terbuka, sontak Bagas terkejut bujan main "Tita" Sekarang Bagas bisa bernafas dengan lega.

"Abang....." Tita langsung menyambut pelukan sang kakak sambil menangis terisak.

"Ya ampun dek hampir saja abangmu ini mati di tempat, melihat kamu kaya tadi. Sebenarnya kamu ini kenapa kok bisa sampai tidak sadarkan diri seperti tadi? apa kamu sakit?"

Tita menyeka air mata "Tidak, bang. Tita baik baik saja, cuma lagi banyak pikiran saja" Jawab Tita sembari melebarkan senyum palsu.

"Memang apa yang menbuat kamu sampai kepikiran seperti ini? kamu punya masalah bilang abang, biar abang bantu selesaikan" Membelai manja wajah sang adik. Mereka berdua adik kakak terbaik. Bisa saling melengkapi mesti tidak selalu bersama. Meski tidak satu rumah tapi mereka tetap saudara kandung.

"Em.....itu bang kepikiran sama Tugas bahasa inggris, susah banget soalnya" dusta Tita. Ia tidak mau kalau sampai kakaknya tau inti beban pikirannya.

Menyentuh ujung kepala "Kamu itu suka banget bikin Abang jantungan, kalau cuma masalah tugas sekolah serahin sama mbah google, pasti semua beres" Ujar Bagas.

"Idih bang Bagas ini gimana malah ngajarin adeknya belajar sama mesin? harusnya abang dong yang ngajarin" Sambung Mia.

Tita tersenyum "Abang gua mana ngerti bahasa inggris, bahasa sehari hari saja blepotan"

Melihat senyum di bibir Tita membuat hati Bagas tenang "Lain kali kalau ada apa apa bilang sama abang, masalah tugas sekolah mulai besok kamu ikut les bahasa inggris saja, masalah uang nanti kita bicarakan sama ayah dan bunda" Ucap Bagas sembari mengusap kepala Tita dengan lembut, penuh kasih sayang.

"Terima kasih banyak, bang. Selama ini abang selalu ada untuk Tita" memeluk erat abangnya.

"Ehem....ini jadinya gimana ya, mas? jadi di periksa tidak?" Tiba tiba pak Dokter membuka suara. Sejak tadi pak Dokter terpaku melihat drama kakak beradik tengah saling sayang.

" Oh iya Dok saya sampai lupa. Kalau begitu tolong periksa adik saya ya, dok"

Pak Dokter mengangguk seraya berjalan mendekati ranjang, di mana Tita kini berada.

"Maaf ya saya periksa dulu...." Tak berapa lama pak Dokter memeriksa kendisi Tita.

Bagas mendekat "Bagaimana kondisi adik saya, Dok? apakah ada faktir lain yang membuat adik saya pingsan seperti tadi?"

Pak Dokter tersenyum "Keseluruhan pasien baik baik saja, kemungkinan besar pasien bisa pingsan karena di sebabkan banyaknya pikiran dan telat makan. Selebihnya tidak ada masalah yang perlu di khawatirkan" Jelas pak Dokter.

"Untuk mbak Tita tolong di jaga pola makan dan juga kesehatannya. Jangan terlalu tres, banyak istirahat, dan jangan lupa di minum vitaminnya"

"Baik, Dok. Terima kasih"

Setelah memeriksaan selesai pak Dokter pun langsung pergi.

"Kamu istirahat saja dulu. Abang sama Mia juga mau pulang" Dari tatapan mata Bagas terlihat ada hal yang ingin dia tau. Mia labgsung tanggap "Lo istirahat dulu saja nanti gua datang lagi jenguk lo"

Tita menggenggam tangan Mia "Terima kasih ya, Mia. Cuma kamu sahabat terbaik ku"

"Iya, sama sama. Tapi jangan ulangin lagi, nanti gua marah sama lo"

"Ya sudah kita keluar yuk, biar Tita bisa istirahat" Ajar Bagas. Tidak beberala lama mereka langsung keluar kamar.

"Gua minta lo cerita semua masalah Tita. Alasan Tita tidak masuk akal, lo harus cetita semuanya" Ucap Bagas.

Tanpa keraguan sedeikit pun Mia menceritakan akar dari masalah Tita.

"Begitu bang cerita sebenarnya" Ujar Mia berterus terang.

"Kurang ajar berani sekali dia menyakiti Tita" Sambil memukul telapak tangannya sendiri.

Dua hari kemudian. Sejak dua hari lalu Alan tidak lagi melihat Tita di sekitar sekolah

"Tumben si cewek gila itu nggak ganggu gua lagi. Di kelasnya tadi juga kagak ada. Kira kira kemana tu bocah?" Lirih Alan sambil terus berjalan menuju ruang kelas unggulan.

Ketika berjalan tiba tiba ia melihat Mia melintas depannya "Eh....kemana temen Lo itu?"

Mia hanya melirik tanpa menjawab pertanyaan Alan. Melihat saja membuatnya muak apa lagi harus bertutur sapa, ogah.

"Eh.... budek Lo ya" Ketus Alan.

Seketika saja Mia mulai terusik "He.... emangnya kenapa kalo gua budek masalah buat Lo? terus ngapain Lo cari Tita, setelah Lo sakitin dia dan lo buat dia menderita, masih punya nyali buat tanya dia dimana??"

"Nggak usah nyolot dong, Lo. Gua cuma gak biasa aja si cewek gila itu gak buntutin gua, tapi syukur deh gua jadi gak muak liat muka dia setiap hari.....hahahaha"gelak tawa Alan menusuk telinga Mia

plakkkkkk.....

Tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Alan. Kencangnya tamparan tangan Mia menyisakan tanda merah "Berani banget lo tampar gua...." Alan pun mulai murka.

Tanpa gentar Mia berkata "Kenapa? lo nggak terima? Dia sakit gara gara Lo, dan Lo masih bisa ketawa, emang dasar brengs** Lo"Mia pergi meninggalkan Alan yang masih memegang pipi yang terasa panas karna tamparan Mia tadi.

Mendengar kata kata Mia tadi membuat Alan kaget "Oh Tuhan, jadi Tita sakit? apa benar semua karena aku? Apa sebesar itu cinta dia sampe dia bisa jatuh sakit karena pesannya tidak gua balas" Segera Alan mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

(Hai..)Alan mengirim pesan singkat kepada Tita. Namun, tidak di jawab olah Tita.

(Ta, maafin gua ya) satu lagi pesan singkat tak berbalas "Ayolah bales pesannya"

Lagi dan lagi Alan mengirim pesan singkat hingga 12 pesan. Tapi Tita tak menjawab pesan tersebut

(Ternyata begini rasanya kalo pesan kita di abaikan tanpa di baca ataupun di balas )seketika Alan menunduk sedih.

"Woyyyyyyy ,kenapa muka Lo kaya baju belum di setrika gitu,kusut banget " celetuk Leo sahabat Alan.

"Hemmmm" Alan terus berjalan menuju parkiran motor dengan di ikuti Leo

"Kenapa sih Lo, bro??"Tanya Leo heran. Tidak biasnaya Alan murung sepeeti itu. Meski dia nampak dingin di luar tapi sebenarnya dia orang yang baik.

"Tita, gua sudah bikin Tita sakit"

"Apa? Tita sakit?" Tanya Leo dengan sedikit menekan.

"Iya"

"Hahahahaha, siapa Lo bilang? tita. Cewek cupu kelas C itu? yang suka ngikutin lo diam diam? sejak kapan lo perduli sama dia, atau jangan jangan Lo demam lagi...." leo menyentuh kening Alan

"Apaan sih, gua sehat kali" Menepis tangan Leo. Alan merasa heran kenapa mood dia hari ini hancur gara gara satu cewek yang paling menyebalkan dalam hidupnya itu. Namun entah kenapa selama dua hari tidak melihatnya serasa ada yang hilang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!