Duda Gres Meet Perawan Unyu

Duda Gres Meet Perawan Unyu

Kesan yang mendalam

Mila baru saja merayakan kelulusan, tiba-tiba di tengah jalan, motornya mogok.

Alhasil dia harus mendorong motornya menuju bengkel terdekat.

Saat perjalanan menuju bengkel, Mila bertemu dengan seorang pria tampan dengan tangisan yang menyayat hati.

Mila iseng melempar batu kecil yang selalu ada di saku celananya karena kata sang emak, batu itu akan sangat berguna suatu saat nanti.

Namun, lemparan batu itu, tidak membuat tangisan sang pria berhenti.

Pria itu masih dalam keadaan yang sama.

Mila gemas dan langsung mendekati pria yang sedang duduk di bangku yang ada di sepanjang trotoar.

"Heh! lu lakik bray, Napa sih nangis? gara-gara cewek lu?" teriak Mila kesal.

Sang pria diam saja.

Mila duduk di samping sang pria dan merangkul pundak pria yang tidak ia kenal itu.

"Gue kasih tahu sama lu ya, gue itu pernah putus dari Robin, lalu gue sakit hati, bahkan sakit-sakitan. Setelah itu, gue bilang sama diri gue, kalau Robin itu barang rongsokan, jadi napa lu mikirin barang rongsokan? lebih baik lu mikirin emak lu di rumah, paham gak sih? oh ya, gue punya kerikil, ini buat lu. Biasanya kalau lagi patah hati, lupa kencing lupa panggilan alam, tapi saat di sini, so pasti tak akan menemukan toilet umum, jadi pegang batu ini, panggilan alam akan hilang dengan sendirinya."

Sang gadis berbicara tanpa henti seperti kereta Shinkansen yang ada di Jepang.

Pria itu diam untuk sejenak.

Saat tangan kekarnya di paksa menerima kerikil gratis yang diberikan oleh Mila.

"Udah ya, gue pergi dulu. Lu gak usah takut sama gue, nama gue Mila. Lu bisa panggil nama Gue dengan cepat dengan sebutan M.L, wkwkwk ... aneh kan? Mila aja. Dahlah, ngomong sama orang stres gak ada guna, bye!"

Sang gadis lalu melepaskan rangkulan dari pundak pria mengenaskan itu.

Lalu pergi begitu saja.

Setelah Mila pergi, beberapa menit kemudian, sang pria menelepon sahabatnya.

"Jemput aku di jalan xxxx, aku sudah siap bercerai. Aku akan segera menandatangani surat cerai itu."

.

.

.

Dua bulan berlalu ...

Rumah Mila ...

Mila merasa hidupnya agak sial sejak berbuat baik pada pria yang baru saja ia temui dua bulan lalu.

Harusnya Mila sudah diterima bekerja di kantor Andara grup, tapi karena motornya yang sering mogok, alhasil Mila telat saat jadwal interview yang tidak bisa diulang untuk kedua kalinya.

Hingga dia mengirim surat lamaran ke kantor lain, tapi selalu saja mendapatkan penolakan, sampai dua bulan kemudian, dia masih saja menjadi pengangguran sukses.

Di rumah saja dengan kegiatan yang monoton, pagi sampai pagi lagi hanya itu-itu saja yang Mila kerjaan.

Pagi ini seperti biasa, Mila nonton tivi sambil memeluk toples isi cemilan, dia sangat menikmati siaran televisi dan cemilan di pelukannya.

Si bapak yang kesal melihat anaknya jadi lebih pemalas, lalu mulai mengomel.

"Mil, gak nyari kerja lagi lu?" tanya bapaknya Mila, namanya Kim.

Dia adalah keturunan orang Korea yang terdampar di negara ini dengan selamat.

Pak Kim, tak mau pulang ke negerinya sebab sudah betah di sini.

"Kerja apaan sih pak? Mila udah cari kerja, kirim lamaran ke sana kemari, tapi gak ada tuh yang nyangkut."

"Lu itu kurang usaha, Emak lu sampai bosan lihat muka lu di rumah terus."

"Pak, daripada ngomel terus, kenapa bapak masih saja di rumah? noh bang Alex udah pergi ke bengkel. Bapak pergi saja ke sana biar Mila terbebas dari omelan bapak dan bapak gak usah keluar banyak keringat karena marahin Mila terus."

"Etdah, lu berani sama bapak lu? belum pernah kena timpuk kebo lu. Awas lu! ngejawab mulu kalau bapaknya lagi kasih nasihat!"

Mila kabur dari timpuk sandal raksasa bapaknya yang ukuran 45.

Mila berlari dan tidak sengaja menabrak sang emak yang baru saja selesai mencuci pakaian, rencananya mau di jemur depan rumah, tapi karena dia ditabrak sang anak, alhasil, baju-baju itu harus jatuh ke lantai dan kotor lagi.

"Milaaaaaaaaaaaaa!" teriakan Mak Jenifer membuat seisi rumah gempar.

Sang bapak senang karena Mila mendapatkan lawannya.

"Sukurin lu Mil, pegel pegel dah lu. Pasti setelah ini suruh bilas cucian emak lu!"

"Pak, bantuin dong pak!"

"Ogah banget! Jen, suruh dia kerja, bukannya nonton tivi aja tiap hari."

"Pak Kim, pergi ke bengkel cepat."

"Kenapa Jen? gue mau di rumah nemenin lu."

"Bapak sama anak, gak ada beda! Cepat bilas baju-baju ini! Kimmmmmmmm!!!!!!!!!!! Milaaaaaaaaaa!"

Emak Jenifer sudah muak dengan kekacauan yang selalu di lakukan oleh anak dan suaminya.

.

.

.

Beberapa menit berlalu, Kim dan sang putri sudah selesai membilas dan menjemur baju-baju di jemuran depan rumah.

"Pak, ini gara-gara bapak, Mila jadi lelah."

"Anak tidak tahu diuntung, ini karena lu kagak mau ikuti saran bapak. Makanya lu jadi kena sial terus."

"Salah bapak!"

"Salah lu!"

Saat keduanya sedang berdebat, ponsel Mila yang sudah di bungkus plastik dan di masukkan ke dalam saku celananya agar aman dari air, tiba-tiba berdering.

Sang putri kemudian segera menjawab panggilan ponsel itu tanpa melepaskan plastik yang membungkus telepon seluler miliknya.

"Halo, sapa lu? Ganggu aja!"

"Saya Adiva, tim HRD perusahaan Berlin corp. Dua bulan lalu, anda mengirim lamaran ke kantor kami, benar tidak?"

"Oh, iya pak, gimana?"

Sang gadis langsung berusaha keras untuk bersikap sopan saat tahu yang melakukan panggilan terhadapnya adalah seorang tim HRD perusahaan ternama Berlin corp.

"Bisa anda datang ke kantor besok pukul 07.00? anda lolos seleksi tahap pertama dan masuk ke tahap interview, saya harap anda datang tepat waktu."

"Baik pak, terima kasih atas berita gembira ini."

Panggilan telepon itu berakhir dan sang putri langsung memeluk bapaknya.

"Pak! aku di terima kerja di perusahan bagus pak! Mila jadi anak kantoran, yey!"

Sang bapak sangat senang, dia bangga pada anaknya.

"Untuk pertama kalinya gue bangga sama lu, Mil. Anak bandel!"

"Hehe, iya pak. Nanti bapak bisa mudik ke Korea pak, Mila yang akan kasih uang buat bapak."

"Dih, lu kan pelit, napa tiba-tiba modus?"

"Mau pinjam motor harley bapak."

"Dih, kagak. Kagak bisa. Lu urakan kalau naik motor, ke kantor naik harley kek mau pawai aja. Kagak! Bapak ogah kasih izin."

"Ayolah pak, napa sih pak kejam amat sama Mila. Nanti bisa deh kopdar sama janda bahenol tuh, bapak kan suka godain dia."

Tanpa sepengetahuan Mila dan pak Kim, mak Jenifer sudah ada di belakang mereka.

"Oh, jadi uang gue suka abis gara-gara suka kopdar sama janda itu? bener-bener lakik gak ada otak lu ya. Awas kalian berdua," ucap emak Jenifer sambil menjewer telinga anak dan suaminya.

"Ampun Mak!!!!!" teriak Mila dan bapaknya.

.

.

.

Di tempat lain, ada seorang pria yang sedang berusaha keras mencari gadis aneh yang dua bulan lalu memberikan motivasi agar melupakan mantan istri yang telah menyakitinya.

Di ruangan CEO Berlin Corp ...

"Kamu belum menemukannya?" tanya sang pria bernama Edgar pada sang sekertaris bernama Johan.

"Belum pak, gadis ini sepertinya langka, jarang seorang gadis percaya diri seperti ini."

"Iya memang, dia sangat percaya diri. Kamu harus segera menemukannya, hanya ini yang bisa menjadi petunjuk," ungkap Edgar sambil menyerahkan jas dengan wangi parfum seorang gadis.

Ternyata jaket bekas rangkulan gadis yang ia temui dua bulan lalu masih saja melekat di jasnya.

"Ini seperti minyak nyong-nyong. Bagaimana bos bisa bertemu dengan gadis kampungan seperti itu."

"Tutup mulutmu, dia memang sangat kampungan, tapi hanya dia yang peduli padaku. Jangan katakan hal buruk tentangnya, atau kamu yang akan aku pecat tanpa pesangon!"

"Baik bos, maaf."

*****

Terpopuler

Comments

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

mampir ni thor

2023-02-18

1

sri Sumarniah

sri Sumarniah

hadir kk....

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!