Interview Dong Ges

Makan malam usai, tiga orang yang senang karena emak bombastis tidak pulang-pulang, lalu merayakan dengan bernyanyi di depan televisi bersama.

Dua jam berlalu, keduanya lelah dan memutuskan untuk tidur.

Sedangkan sang ayah masih tetap berada di ruang tamu untuk menunggu sang istri pulang.

Baru juga di batin, sang istri sudah pulang saja.

Setelah mendengar pintu di ketuk, sang suami lalu membuka pintunya.

"Udah pada tidur pak?" tanya sang istri sambil membawa barang belanjaan.

"Iya, mereka dah tidur. Gue gak percaya lu karokean, paling belajan malam buat masak besok pagi. Bener kan, lu suka gitu. Baek banget dah bini gue," jawab pak Kim.

"Ada-ada lu bang, oh iya, gue ngantuk. Tidur nyok?"

"Jangan tidur, absen dulu dah."

"Wah, bapak mau yang anget-anget yak?"

"Tahu aja emaknya anak-anak."

Pasangan suami itu saling berpandangan, lalu menuju dapur untuk meletakkan bahan makanan yang baru saja di beli.

Kemudian keduanya masuk ke dalam kamar, untuk melakukan ritual sebelum benar-benar tidur.

.

.

.

Pagi hari pukul 05.00 ...

Sang emak yang siap di dapur, sudah berisik, dia bangun jam 03.00 pagi, meski harus absen dulu dengan sang suami.

Dia adalah sosok emak yang sangat kuat dan semangat, Mak Jenifer rela meninggalkan semua kekayaannya demi menikah dengan pak Kim.

Masa lalu Kim dan Jenifer memang sangat unik, keduanya bertemu dalam kesederhanaan, padahal Jeni adalah seorang wanita terhormat.

Sang ayah sampai saat ini tidak mau mengakui dan merestui Kim sebagai menantu sebab masih sakit hati karena lebih memilih pria lain daripada ayah dan ibunya.

Selama 20 tahun Jeni dan anggota keluarganya berpisah tanpa sepengetahuan kedua anaknya.

Sang anak hanya tahu jika kakek nenek telah tiada. Keluarga pak Kim sangat bahagia meski tidak memiliki banyak harta, bagi mereka harta paling berharga adalah keluarga.

Sang emak hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami bekerja sebagai pemilik bengkel dengan lima pekerja.

Dengan adanya Alex yang mau membantu, bengkel menjadi lebih ramai dan selalu inovatif.

"Woy, anak-anak pemalas! cepat bangun! Mak sudah masak banyak untuk sarapan, awas lu berdua sampai kagak bangun, gue siram pakai minyak jelantah!"

Seketika itu juga dua kakak beradik keluar dari kamar masing-masing menuju dua kamar mandi yang ada di dekat dapur, keduanya mandi terpisah. Setelah beberapa menit berlalu, Alex dan Mila keluar dari kamar mandi lalu membantu emaknya menyiapkan sarapan.

Di sela kegiatan pagi ini, Alex melihat si emak agak beda, lehernya ada merah-merahnya.

Sang putra lalu meledek.

"Absen ya mak? Berapa ronde?"

"Lu tahu apa sih bocah, gih cuci sayurnya buat lalapan."

"Ye ... Mak senyum-senyum sendiri, benarkan tadi malam absen?"

"Lu bisa diem kagak? Kalau mak bilang gak, ya kagak."

"Dih, sensitif amat. Perkara di cip*k bapak Kim."

"Awas lu ya! anak kurang ajar!"

"Mak, jangan Mak!"

Anak laki-laki satu-satunya memang badungnya minta ampun, rasanya ingin dijewer sampai putus telinganya.

Si bapak masih slay di depan televisi, membayangkan betapa luar biasanya si emak tadi malam.

Hingga sang anak justru datang dan menganggunya.

"Pak, tolongin Alex Pak!" teriak si Abang.

"Dih, ngapain lu Lex?" jawab si bapak yang merasa aneh dengan anaknya itu.

"Emak mau gampar Alex, pak!"

Si emak udah ada di belakang si bapak.

"Jen, udahlah!"

"Udah gimana sih, ni anak udah ngehina gue, awas lu!"

Si anak hampir mendapatkan hukuman dari sang emak, tapi dihalangi oleh Mila.

"Heh, tak usah ribut-ribut. Mari sarapan, lu ganti baju gih bang! Mak, Napa sih, harus marah. Hari ini, gue mau kerja nih, kagak ada damai-damainya nih keluarga sejak 20 tahun lalu, dahlah, ribet ngomong sama kalian."

Si anak kedua terlihat sok dewasa, membuat emak, bapak dan si abang terkejut.

"Anak lu, keren juga tuh," ujar si bapak.

"Adik gue kali," sahut bang Alex.

"Perawan gue noh!"

Si emak gak kalah heboh. Ketiga orang itu langsung menghentikan war yang belum sempat terjadi, lalu segera menuju meja makan.

.

.

.

Pukul 06.30 ...

Meja makan yang sangat riuh seperti biasanya, kini agak serius, sebab Mila akan interview pekerjaan untuk kesekian kalinya.

Dia sangat deg-degan, tapi si bapak selalu memberikan motivasi, sehingga tak ada yang namanya gugup.

Emak dan Abang juga sama, mereka memberikan dukungan penuh.

Hingga Mila jadi lebih percaya diri.

Setelah Mila mendapatkan dukungan full dari semua anggota keluarga, akhir dia keluar dari rumah itu dengan rasa bangga dan semangat.

Tak lupa naik motor kebanggaannya, meski sering mogok, dia bertaruh nyawa jika motor itu, pasti akan memberikan keberuntungan baginya.

.

.

.

Sepanjang perjalanan menuju kantor Berlin Corp, bayangannya sangat luar biasa, hingga dia tak sabar untuk interview.

Namun, sebuah panggilan telepon masuk, dia segera melihat siapa yang menghubunginya.

Ternyata panggilan telepon itu dari seseorang pria yang selama ini mengejarnya, Kay.

Kakak dari Robin, mantan pacar Mila.

"Loh, Napa nih bocah. Dulu kakaknya, sekarang adiknya, gak ada kapok memang dua orang ini!" batinnya.

Sang gadis tidak menjawab panggilan itu dan lebih memilih untuk segera gaskan motornya menuju tempat dimana ia harusnya melakukan interview.

.

.

.

Beberapa menit kemudian, motor yang sering mogok, benar-benar menjadi motor keberuntungannya.

Dia sangat senang.

Sang gadis memarkirkan motornya di depan kantor lalu dengan bangga membawa beberapa berkas yang harus ia lengkapi selain interview.

Dia masuk ke dalam kantor yang megah itu dan rasanya sangat tidak baik-baik saja, semua orang pakai baju dinas, dia hanya pakai baju tidur. Lupa jika setelah mandi belum pakai baju dinas juga.

"Astaga! kenapa gue lupa gak pakai baju dinas? gimana nih, muka gue mau di taruh dimana?"

Saat sang gadis merasa malu gak ketulungan, seorang pria memanggilnya.

"Heh! gadis baju tidur! kemari!"

Mila mendengar suara itu langsung menoleh.

"Saya pak?" tanya Mila sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, memangnya siapa yang pakai baju tidur saat ingin bekerja selain kau?" jawab sang pria yang memiliki wajah tampan, hanya saja galak.

"Ya pak maaf, tadi saya terlalu bersemangat, jadi lupa ganti baju," jawab Mila dengan polosnya.

Sang pria tidak sebenarnya merasa geli dengan jawaban serta penampilan Mila, tapi mau tidak mau harus menjaga harga diri sebagai seorang pria.

"Kau mau apa kemari?"

"Interview pak!"

"Ganti dulu bajumu, baru interview!"

"Ogah pak, nanti gue gak jadi kerja, gimana sih pak? ah si bapak mah! ups! maaf pak gue, eh saya keceplosan."

Sang gadis yang terlihat apa adanya, membuat sang pria tak berhenti tertawa meskipun di dalam hati.

"Hahahaha, karyawan yang aneh, apakah gadis yang aku cari dia? lucu sekali," ucap si pria yang ternyata adalah Edgar.

Dia masih memberikan waktu setengah jam untuk Mila bisa mengikuti interview, tapi harus pakai baju yang benar.

Mila paham, dia segera menelepon si abang untuk membawakan baju yang layak untuk interview.

*****

Terpopuler

Comments

Gus Maneli

Gus Maneli

cerita nya lucu😃😃😃

2023-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!