Hari telah berganti, dan Eliane tampak enggan meninggalkan ranjangnya. Pagi itu dia benar-benar tengah bermalas-malasani di kamarnya, mencemaskan soal putrinya, Sharon lekas menuju kamar Eliane, dan membukanya dengan begitu saja.
Sharon melihat putrinya yang masih bersembunyi di balik selimut itupun segera membuka tirai yang ada pada kamar itu, kemudian dia juga menarik selimut Eliane sehingga membuat gadis itu menatap ibunya seraya mengernyitkan dahinya.
“Aah ibu, aku masih ingin tidur.” Racaunya. “Bisakah untuk menutup tirainya lagi? Itu sungguh menyilaukan.” Imbuhnya lagi, dan Sharon segera menggelengkan kepalanya.
“Kau harus sarapan! Ayahmu sudah menunggu di ruang makan. Ayo cepat!” Tutur Sharon seraya menarik tangan putrinya, dan Eliane hanya bergelayut manja pada lengan ibunya. “Basuh wajahmu sebelum turun.” Sharon menambahkan sesaat sebelum melangkah keluar dari kamar tersebut.
“Baik ibuku tersayang.” Ucap Eliane yang langsung mencium ibunya.
Mendengarkan perintah ibunya, Eliane segera masuk ke dalam toilet yang berada dalam kamarnya. Bukan hanya membasuh wajahnya, dia bahkan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya lebih dulu. Tidak ingin membuat ayahnya menunggu lebih lama lagi, seusai mandi, Eliane segera berlari menuruni anak tangga.
Setibanya di ruang makan, ia langsung memeluk ayahnya dari belakang, dan hal itu membuat Charles yang tengah menikmati segelas espresso sedikit tersedak. Menyadari hal seperti itu, Eliane hanya tertawa kecil.
“Maaf.” Gumamnya seraya memelaskan wajahnya, dan Charles menghela napasnya menanggapi ungkapan putrinya. Kemudian, dia menyuruh Eliane untuk segera duduk, dan sarapan. “Dimana kak Erian?” Ujar Eliane yang menikmati roti gandum miliknya.
“Kakakmu sudah berangkat sejak pagi tadi.” Sharon menyahut seraya menuangkan segelas orange juice pada gelas putrinya.
“Apa? Kenapa dia tidak membangunkanku lebih dulu? Sudah hampir seminggu dia berangkat pagi-pagi sekali. Benar-benar aneh.”
“Dia sudah ke kamarmu, namun melihat kau masih terlelap, dia tidak jadi membangunkanmu. Mungkin dia memiliki pekerjaan yang sangat genting, dahulu ayahmu juga seperti itu.”
“Meski sibuk, tetapi kau 'kan selalu menjadi prioritasku.” Charles mengecup kilas pipi Sharon.
Mendengar itu membuat Eliane mempoutkan bibirnya, dan memakan rotinya dengan kasar. Yah, setiap pagi Erian memang selalu berpamitan pada adiknya lebih dulu sebelum memutuskan untuk pergi, meski mereka hanyalah sepasang saudara kandung, tetapi tingkah mereka layaknya sepasang suami istri.
Di tempat yang berbeda, Erian tengah berada di salah satu cafe untuk menikmati kopinya. Beberapa waktu terakhir ini, Erian memang lebih sering mengunjungi cafe yang berada dekat kantornya. Matanya memperhatikan seseorang yang tengah melayani pelanggan yang datang, dan itu membuat sudut bibirnya sedikit terangkat.
Sangat tidak di sangka, pria yang selalu bersikap dingin pada wanita bisa memiliki rasa kagum pada seseorang. Hanya dengan perkenalan singkatnya membuat Erian langsung menyukai orang tersebut, baginya orang itu sangatlah berbeda, dan sangatlah unik. Mungkinkah kisah pertemuan antara ayah, dan ibunya akan terulang pada Erian? Tidak ada yang tahu.
“Permisi. Bisa aku memesan satu cheese fondue lagi?” Erian mengangkat tangannya, dan seorang menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
“Ini cheese fondue untukmu, tuan.” Gumamnya seraya menyimpan seporsi pesanan pria itu.
“Kenapa tidak sarapan bersamaku saja, Aurora?” Berulang kali Erian mengedipkan kedua matanya, berharap orang itu mau memenuhi permintaannya.
“Aku sedang bekerja, Erian. Jangan membuatku kehilangan pekerjaan.” Bisik gadis itu. “Sekarang lepaskan tanganku sebelum managerku melihatnya.” Dia berucap dengan suara yang begitu pelan, dan mau tidak mau, Erian pun melepaskan genggamannya.
Pertemuan mereka tidak terbilang baik, bahkan itu terdengar begitu memalukan bagi Erian, namun karena kejadian itulah dia menyukainya. Saat itu, tepatnya berada di sebuah parkiran stasiun, Erian baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya, dan ketika hendak berjalan menuju mobilnya, ada seseorang merebut tas miliknya.
Tidak tinggal diam, Erian lekas berlari mengejar orang yang telah merebut tasnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis sudah menyelesaikan sesuatu yang seharusnya di selesaikan olehnya. Orang yang merebut tasnya bahkan sudah tak berdaya di sebuah aspal, dan hal itu membuat Erian menelan air liurnya sendiri.
Gadis itu memberikan tas milik Erian, dan lekas pergi meninggalkannya. Kagum dengan bela diri gadis itu, Erian mencari tahu keberadaanya, dan setelah menemukannya, ia melakukan perkenalan dengan gadis itu, untunglah dia bukan gadis yang sulit.
“Aku harus pergi sekarang! Pukul berapa kau pulang?” Erian menghampiri gadis itu, dan melihat pria itu menghampiri Aurora, tentu saja membuat salah satu rekannya merasa tak suka.
“Pukul 3 sore, setelah itu aku akan pergi menuju minimarket untuk berjaga disana.”
“B-bisakah aku menyimpan nomor ponselmu? I-itu jika kau izinkan saja, kalau saja kau merasa keberatan, itu tidak masalah untukku.” Tutur Erian seraya tertawa kecil, namun gadis itu tersenyum menanggapinya. Kemudian, dia menyobek kertas, dan memberikannya pada Erian. “Terima kasih.” Gumamnya lagi yang langsung meninggalkan cafe.
Merasa bosan berada di rumah, Eliane memutuskan untuk pergi keluar. Ketika sudah berada di pusat kota, Eliane berjalan seraya menikmati semilir angin yang menerpa kulitnya, namun tak di sangka jika ia melihat seseorang yang di kenalnya berada di seberang jalan.
Orang itu tampak tertawa puas bersama dengan seseorang yang berada di sisinya. Rasa penasarannya terlalu tinggi, akhirnya ia memutuskan untuk menyeberangi jalan untuk mengikutinya. Dirinya sangat berharap jika orang itu tak menyadari kehadirannya, hingga saat mereka memasuki sebuah restaurant, Eliane juga memesan tempat yang tak jauh dari mereka.
Menutupi wajahnya dengan buku menu yang di genggamnya, ia masih tampak memperhatikan kedua orang itu dengan begitu cermat, dia tidak ingin kehilangan momen mereka walau hanya sedetik. Meski melihat tawanya membuat dirinya merasa begitu iri.
“Kau harus memakan banyak daging, Aline. Apa tinggal di New York membuatmu kesulitan untuk mencari makan? Tubuhmu sungguh kurus. Buka mulutmu!” Tuturnya seraya menyodorkan satu sendok makanan ke mulut gadis yang berada di hadapannya.
“Hentikan Vero! Jika aku terlalu banyak memakan daging, maka tubuhku akan membesar.”
“Siapa yang mengatakan hal seperti? Lagi pula, meskipun itu terjadi, aku tidak akan mempermasalahkannya.” Vero menyahut dengan senyuman hangatnya. Pria itu bahkan mencium kilas bibir Aline, dan hal tersebut juga di saksikan oleh Eliane.
Sebenarnya apa yang aku lakukan disini? Bukankah hal ini hanya membuatku terluka saja? Kenapa aku ini sangat bodoh.
Eliane terus merutuki dirinya. Lalu, ia memutuskan untuk keluar dari tempat itu. Pandangannya terus tertunduk, dan ia benar-benar tidak memperhatikan jalannya. Hingga tak lama dari dirinya keluat, terdengar suara klakson yang sungguh memekikkan telinga.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nur Aini Tarigan
keren
2020-08-05
1
ᴿᶠ Anya Tika Putri
Mom The Best ❤❤
2020-06-09
4