My Boyfriend, My Ceo S2: My Little Girl
Ketika kau merasa kehilangan harapan. Ingatlah kembali apa alasanmu ingin melakukan hal tersebut. Dengan begitu, kau akan mendapat sebuah harapan baru.
"Kutipan yang menarik. Aku akan membeli satu." Seorang gadis cantik tampak memegang minuman di tangannya, kemudian ia membawa buku yang baru saja di bacanya menuju meja kasir.
Setelah membayar barang yang di bawanya, gadis itu segera membeli sesuatu untuk makan siang seseorang yang di sayanginya. Ia tampak bingung ketika melihat menu yang ada, meski bingung, ia tak lama dalam memutuskan, karena itu akan membuang-buang waktunya.
"Terima kasih, nona. Selamat datang kembali." Sahut salah seorang pelayan setelah memberikan bingkisan pada pelanggannya, dan gadis itu tersenyum hangat menanggapinya.
Kini, ia telah berada di suatu tempat, dia telah berada di tempat yang ingin ia tuju. Karyawan disana menyapanya saat melihat kedatangannya, dan hal tersebut hanya mampu di balas dengan senyuman olehnya.
"Kakak, aku dat..." Ucapannya terhenti ketika melihat seseorang yang tengah duduk bersama dengan saudaranya itu. "Kak Vero? Kau ada disini juga? Sejak kapan?" Sambungnya yang langsung duduk.
"Hmmm, aku baru saja tiba. Kau membeli sesuatu?" Balasnya.
"Elia, lain kali ketuk pintu lebih dulu sebelum memasuki ruanganku!" Celetuk salah seorang disana.
"Aku membeli makan siang untuk kak Erian. Apa kau mau memakannya bersama kami?"
Dia selalu mengabaikanku jika Vero ada disini.
Erian tampak menghela napasnya melihat kelakuan adiknya yang tak berubah sedikit pun jika tengah bersama dengan Vero, dan Vero pun tampak tak keberatan jika harus berada di dekat dengannya. Lagi pula keduanya tumbuh besar bersama, dan sudah saling mengenal baik bagaimana sifat mereka masing-masing.
"Bagaimana jika lain waktu? Hari ini aku ada janji dengan seseorang, lagi pula aku datang hanya untuk mengantar dokumen perjanjian pada Erian."
"Aaahh sayang sekali. Padahal aku membeli zurcher geschnetzeltes kesukaanmu." Tutur Eliane seraya mengeluarkan makanan dari dalam paper bag.
"Maafkan aku." Vero memelas di hadapan Eliane, hingga gadis itu tersenyum kecil menanggapinya. "Baiklah, aku harus pergi sekarang, sampai jumpa Elia." Sambungnya seraya mengusap puncak kepala gadis itu.
Dia pasti hendak menemuinya 'kan?
Gadis itu terus menatapi punggung Vero sampai dia benar-benar keluar dari ruangan tersebut. Sedangkan Erian, ia menyimpulkan senyumannya saat melihat reaksi saudarinya itu, seakan mengerti dengan apa yang di pikirkan olehnya, Erian segera pindah dari posisinya untuk duduk di sisi Eliane.
"Haahh aku sudah sangat lapar sekali. Bagaimana jika kita makan sekarang?" Sahut Erian seraya mengambil 1 porsi makanannya, dan Elia masih tampak diam dengan posisinya. "Apa kau membeli cheese fondue untukku?" Erian menambahkan.
"Oh maafkan aku, aku tidak membelinya. Apa aku harus pergi lagi?"
"Tidak perlu. Sebaiknya kita makan yang ada saja. Aku akan membelinya sepulang kantor, dan aku juga akan membeli meringue untukmu."
"Jangan ingkar! Jika kau berbohong, aku akan marah besar padamu." Eliane mengancamnya, dan Erian langsung menganggukkan kepalanya dengan kondisi mulut yang penuh.
Sejak kecil keduanya memanglah sangat akur, dan Erian bisa melakukan apapun demi melihat saudaranya tersenyum. Meski keduanya saling berbagi tempat saat di rahim ibunya, tetap saja mereka memiliki pola pikir yang sangat berbeda.
Erian dapat mengandalkan dirinya sendiri, mampu mengambil keputusan dengan kepala dingin bagaimanapun kondisinya, dia juga sangatlah pandai, dan dewasa. Sedangkan Eliane, ia masih sedikit bersikap ke kanak-kanakkan, karena itulah Erian belum bisa membiarkan saudarinya begitu saja.
"Jadi, kapan kau akan mengambil kuliahmu?" Erian menyahut seraya merapikan ruang kerjanya.
"Aku rasa tahun ini." Balas Eliane yang masih belum menghabiskan makanannya. "Kau harus membantuku belajar, dengan begitu aku bisa lolos dari tes masuk." Timpalnya lagi.
"Demi adikku, aku akan melakukan yang terbaik." Erian tersenyum seraya mengusap puncak kepala adiknya.
Memang seharusnya mereka lulus di tahun yang sama. Namun, saat kelulusan sekolah, Eliane memutuskan untuk meliburkan diri dari belajar, dan keputusannya itu di hargai oleh keluarganya. Namun, Erian tidaklah tinggal diam, ia terus memberikan motivasi agar saudarinya bisa kembali mengambil kelas sesegera mungkin.
- 4 bulan kemudian -
Siang itu di salah satu pusat perbelanjaan, Vero terlihat tengah melihat beberapa gaun bersama dengan seorang gadis, yah gadis itu tidak lain, dan tidak bukan adalah Eliane. Kemudian, ada satu gaun yang menarik perhatiannya, sehingga membuat Vero meminta Eliane untuk mencobanya.
Wajah Eliane benar-benar memerah saat pria itu memberikan salah satu gaun yang cantik. Setelah menyatu dengan tubuhnya, ia segera keluar dari ruang ganti, dan menunjukkan hasilnya pada pria yang telah menunggunya diluar.
Vero tampak kagum melihat Eliane di balut dengan gaun yang sangat cantik. Kulit putihnya benar-benar selaras dengan balutan gaun berwarna biru tersebut. Kekaguman Vero ternyata semakin membuat Eliane tak bisa menahan diri, jantungnya terus berdebar tak karuan, dan terasa ingin melompat keluar.
"Gaun ini sangat indah, kak." Tutur Eliane mencoba memberikan pendapat.
"Begitukah menurutmu?" Vero masih menatapinya dengan begitu lekat. "Jika begitu, dia pasti akan menyukainya bukan?" Tambahnya, namun kalimat itu membuat Eliane menatapnya dengan lekat.
"Dia siapa yang kau maksudkan?" Eliane menundukkan pandangannya seraya meremas gaun yang di kenakannya dengan begitu erat.
"Aline, siapa lagi? Menurutmu, dia akan menyukainya 'kan?" Vero masih tersenyum membayangkan wajah gadis pujaan hatinya.
"T-tentu, tentu saja dia akan menyukainya." Sahut Eliane dengan nada yang terdengar begitu kecewa, namun tampaknya, Vero tidak menyadari hal itu. "Aku akan mengganti pakaianku lebih dulu." Pungkasnya yang kembali menuju ruang ganti.
Setelah keluar, Eliane memberikan gaun tersebut pada salah satu pelayan toko yang ada disana. Kemudian, dia menghampiri Vero yang berada di meja kasir, bersiap untuk membayar pesanan miliknya.
"Pilihlah satu untukmu, aku akan membayarnya."
"Tidak perlu, kak. Aku tidak membutuhkannya, lagi pula mau kemana menggunakan gaun-gaun cantik yang ada di sini?" Eliane tersenyum pahit.
Setelah pesanannya di terima, mereka segera meninggalkan toko tersebut. Di sana, Eliane terus merutuki dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia bisa berpikir jika Vero akan membelikannya gaun secara cuma-cuma disaat kekasihnya tengah tinggal di kota yang sama
Entah apa yang ku pikirkan, sampai-sampai aku lupa keberadaan gadis itu.
Dalam perjalanan, Eliane terus mendesah karena sudah berpikiran yang tidak-tidak. Dia bahkan tidak menyadari saat pria di hadapannya telah menghentikan langkahnya, hingga kepalanya pun terhantuk pada punggungnya.
"Argh." Rintihnya terkejut.
"Bagaimana jika kita mampir di tempat makan disana? Sepertinya enak. Kau juga pasti belum memakan apapun 'kan?"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Choco_Nutee
cerita nya keren banget ka
2021-01-12
1
Nur Aini Tarigan
dr season 1 lanjut season 2
2020-08-05
1
ᴿᶠ Anya Tika Putri
Semangat mom
2020-06-09
3