"Tidak perlu, kak. Lebih baik aku pulang saja, aku sudah berjanji pada ibu untuk membantunya menyiapkan makan malam."
Tidak bisa mengelak, Vero pun memilih untuk mengantarnya pulang. Wajahnya begitu ceria, dan rasanya tidak sabar untuk memberikan hadiah yang di belinya pada Aline. Berbeda dengan Eliane, sepanjang perjalanan, gadis itu terus menghela panjang napasnya. Entah apa yang tengah di pikirkannya kali ini.
Setibanya di rumah, biasanya Eliane selalu membujuk Vero untuk masuk lebih dulu, namun kali ini berbeda, ia hanya mengucapkan hati-hati, dan meminta izin untuk masuk lebih dulu. Menyadari keanehan itu membuat Vero sedikit berdelik, meski begitu ia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Wajahnya tertunduk lesu ketika memasuki rumah. Sharon yang tengah memasak di dapur pun melihatnya dengan jelas, pasti terjadi sesuatu dengan putrinya kali ini, dan Charles yang juga melihat kehadiran putri kesayangannya segera melepaskan pelukannya pada istrinya.
"Aargh anak kalian sudah besar, tetapi ayah, dan ibu selalu memamerkan hubungan kalian." Eliane yang sempat melihatnya pun langsung menenggak habis segelas air yang tersedia di meja makan. Kemudian, ia duduk di sana seraya menghantukkan kepalanya pada meja tersebut.
"Apa terjadi sesuatu? Kenapa tidak menyuruh Vero untuk makan malam bersama?" Sharon menyahut seraya memotongi sayur serta yang lainnya.
"Kalian tahu? Aku sungguh iri dengan hubungan yang di bangun oleh ayah, dan ibu." Dengusnya yang kemudian memasang apron pada tubuhnya, dan juga mengikat rambut panjangnya.
"Kenapa? Apa Vero melukaimu?" Kini, Charles menyahut seraya membenarkan ikat rambut putrinya. "Katakan pada ayah! Dulu, dari pihak ayahnya yang beberapa kali melukai ibumu, sekarang berani-beraninya putranya pun mempermainkan putri kesayanganku." Tambahnya dengan nada yang terdengar sedikit geram.
"Pihak paman Kent? Memang kenapa mereka melakukan itu? Bukankah ibu orang baik?" Eliane menatap Charles, dan Sharon secara bergantian.
Awalnya mereka sudah sepakat bahwa kejadian buruk di masa lalu itu tidak akan di bahas, lebih lagi pada Eliane. Namun, siapa sangka jika Charles tidak sengaja mengutarakannya, hingga hal itu membuat Sharon menepuk dahinya sendiri seraya berdengus.
Mengerti arti dari pandangan wajah istrinya, Charles pun sedikit terkekeh. Mau bagaimana lagi? Dia tidak sengaja mengucapkannya, hal itu sungguh di luar dugaannya. Melihat kedua orang tuanya bermain mata, Eliane lekat mencubit lengan ayahnya.
"Katakan padaku, ayah!" Eliane menatap tajam ke arah Charles, dan Sharon pun hanya mengangguk pelan.
"Ayahnya Vero itu adalah mantan ibumu. Dia sungguh tergila-gila padanya saat itu, hingga membuat orang di sekelilingnya tak menyukai hal itu, dan mereka mencelakai ibumu."
"Hah? Benarkah begitu? Jadi, paman Kent itu pernah memiliki hubungan dengan ibu?" Bukannya membantu, Eliane justru duduk di salah satu bangku seraya menatapi ayahnya yang tengah bercerita.
"Tentu saja benar. Bisa di katakan, dia adalah cinta pertamanya, 'lho." Bisik Charles pada putrinya, dan ekspresi Eliane tampak terkejut mendengarnya. "Walaupun begitu, ibumu tetap saja memilih bersamaku." Dengan percaya dirinya, Charles memainkan kerah kemeja yang tengah di gunakannya seraya tersenyum menang.
"Lalu, kenapa ibu lebih memilih ayah? Bukankah paman Kent itu jauh lebih keren, dan juga tampan?" Celetukkan Eliane membuat Sharon terkejut saat mendengarnya, namun ia pun sedikit tertawa kecil.
"Yaaakk~ anak ini. Kenapa kau membela orang lain?" Charles berdecak kesal seraya menyilangkan kedua tangannya, lalu memalingkan pandangannya, namun Eliane tak mempedulikan hal tersebut.
Eliane masih menunggu jawaban dari sang ibu, karena Sharon pun tampak tengah berpikir keras untuk menjawabnya. Tidak sabar dengan apa yang akan di katakan oleh istrinya membuat Charles menghela napasnya, dan itu di sadari oleh Sharon.
"Entahlah, itu mengalir begitu saja. Tetapi yang jelas, ayahmu tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri pada orang lain, dia selalu menghargai setiap keputusan yang ku ambil, dan tentunya karena ayahmu itu mencintaiku apa adanya." Sharon tersenyum setelah mengatakan semua itu, dan siapa sangka jika wajah Charles pun memerah ketika mendengarnya.
"Aaahh walau bagaimanapun, ayahku ini memang yang terbaik. Tetapi, apakah masih ada pria seperti ayah di luar sana?" Lagi-lagi gadis itu menghela napasnya dengan kedua tangan yang menopang wajahnya.
"Tentu saja ada, dan akulah orangnya." Seseorang yang datang secara tiba-tiba itupun menyahut, dan menyadari kedatangannya membuat Eliane menghampirinya bahkan memeluknya.
"Kau sudah pulang kak?"
Melihat tingkah saudaranya itu membuat Erian tersenyum seraya mengusap puncak kepala adiknya. Hal itu memang biasa di lakukan olehnya, dan baik Sharon maupun Charles benar-benar bahagia melihat kerukunan kedua anaknya.
Setelah mereka menyelesaikan makan malamnya, dengan cepat Eliane menarik saudaranya ke dalam kamar, dan hal itu membuat Erian mengernyitkan kedua alisnya. Namun, saat melihat adiknya mengeluarkan banyak buku, Erian pun tersenyum.
"Mulai hari ini, kau harus membantuku belajar!" Sahut Eliane dengan tegas.
"Bagaimana jika besok saja? Aku baru saja pulang, dan kau ingin memintaku untuk kembali berpikir?"
"Ayolah! Ujian masuk akan di adakan seminggu lagi. Jika aku tidak lolos bagaimana?" Kini Eliane memelaskan wajahnya di hadapan saudaranya, dan tentu saja itu berhasil membuat Erian luluh.
Mendapat persetujuan Erian, membuat Eliane sangatlah bahagia. Sehingga ia pun mempelajarinya sendiri lebih dulu selagi menunggu pria itu membersihkan tubuhnya. Dirinya berharap jika ia akan lolos pada fakultas yang di pilihnya saat ini.
45 menit kemudian, Erian kembali ke kamar saudarinya, saat itu juga ia menyimpulkan beberapa soal, dan meminta Eliane untuk mengerjakannya dalam waktu 40 menit. Melihat pertanyaan-pertanyaan yang berada di buku miliknya membuat Eliane mengerjapkan kedua matanya berulang kali.
"Ayo cepat kerjakan! Waktu terus berjalan." Erian menyeletuk seraya mengetuk dahi Eliane dengan pensil yang tengah di genggamnya.
Tanpa mengulur waktu lagi, Eliane segera mengerjakannya. Beberapa soal di sana sudah ia pelajari dengan baik, namun ada juga yang masih belum ia pahami. Meski begitu, lebih banyak yang di kuasinya, dan sesekali ia berpikir kenapa Erian menyerahkan soal yang di ketahuinya? Apakah saudaranya tidak ingin membebaninya dengan pertanyaan yang sulit?
Hingga waktu berakhir, dan Erian lekas mengambil soal yang telah di berikannya beberapa menit yang lalu. Ia memeriksanya, dan Eliane menatapi saudaranya dengan begitu lekat. Entahlah apa jawabannya akan sesuai atau sebaliknya.
"Ada 2 soal yang keliru. Jawabannya terbalik!" Sahut Erian.
"Hah? Benarkah?" Tanpa permisi Eliane merebut bukunya. "Lalu, apa yang lainnya sesuai?" Tambahnya. Lalu, di balas dengan sebuah anggukkan oleh Erian, namun hal tersebut justru membuat Eliane kembali menatapnya.
"Ada apa? Jangan menatapku dengan mata besarmu itu!" Erian melepaskan kacamata miliknya.
"Kenapa kau memberikan soal-soal ini padaku, kak? Apa karena kau tahu aku mempelajarinya? Maka dari itu kau..."
"... kenapa kau bisa berasumsi seperti itu? Aku bahkan tidak tahu yang kau baca. Bukankah aku mandi ketika kau mempelajarinya?"
"Benar juga." Eliane menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Bodoh! Itu artinya kau mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Sudahlah, aku ingin istirahat sekarang, sebaiknya kau juga beristirahat!" Erian tersenyum seraya mengusap puncak kepala saudarinya.
"Baik, terima kasih kak. Aku menyayangimu." Balas gadis itu yang langsung memeluk Erian.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nur Aini Tarigan
lanjut terus
2020-08-05
1
lyanna rahman musa
dari bebersoa novel yg sy baca di novel toon, my boyfriend.. sampai lanjutan di my little, ini termasuk yg pandai merangkai kata sehingga melekat untuk di ilustrasi kan terasa seperti menonton saja, ehm.... sesuai imajinasi masing2 jg tentunya😊
2020-06-29
2
ᴿᶠ Anya Tika Putri
Next mom ❤
2020-06-09
3