"Apa kau tidak mengingat kejadian saat sekolah dulu?" Eliane masih tetap menundukkan pandangannya. "Kau, dan kak Vero selalu berada di sisiku, melakukan apapun selalu bersama, namun hal itu membuat banyak gadis iri. Kalian mencoba melindungiku, tetapi sikap mereka justru semakin lebih buruk." Sambungnya lagi.
"Jadi, inikah alasanmu untuk menunda kuliah? Kau menghindar dariku, dan juga Vero?" Erian meminta saudarinya untuk menatap wajahnya.
"Hah? I-itu tidak ada hubungannya, kak." Jawab Elia yang mencoba kembali tersenyum. "Bukankah kau ingin mengajakku untuk bertemu seseorang? Kenapa kau tidak kembali melanjutkan perjalanannya? Ayo pergi!" Imbuhnya lagi.
Ketika tengah berada di sebuah kantin, Eliane tampak tengah menikmati makan siangnya bersama dengan Erian, dan juga Vero. Mereka menikmati makan siangnya dengan begitu lahap, sesekali mereka pun berbagi canda tawanya, namun tak sedikit orang yang senang memandang hal tersebut.
Hingga kemudian, Erian, dan Vero harus meninggalkan kantin sesegera mungkin karena kepala sekolah meminta mereka untuk menghadap. Keduanya merupakan siswa kebanggaan sekolah, berkat mereka, sekolah memegang banyak prestasi, dan nama baiknya semakin melonjak tinggi.
Saat mereka pergi, Eliane melanjutkan makan siangnya seorang diri. Namun, siapa sangka jika tiba-tiba saja seseorang duduk di hadapannya, dan ada juga yg duduk di sisinya. Awalnya ia benar-benar tidak ingin mempedulikan hal seperti itu, dan tetap makan dengan tenang, namun mereka pun mengusiknya.
"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?" Rutuk Eliane kesal saat orang di hadapannya menjatuhkan gelas yang tentu saja isinya membasahi roknya.
"Bukankah kami sudah berulang kali memperingatimu untuk menjauh dari mereka?"
"Memang kalian siapa? Seenaknya menyuruhku menjauh dari mereka. Erian adalah saudara kembarku, dan kak Vero adalah teman kecilku. Kalian tidak berhak mengaturku!" Imbuh Eliane dengan tegas yang kemudian beranjak meninggalkan tempat itu.
Merasa geram karena di abaikan, orang yang tadinya duduk bersama dengan Eliane segera mengejarnya, dan menariknya menuju toilet yang berada di dekat aula. Ia menguncinya disana. Suasana dalam toilet itu sangatlah gelap, karena memang toilet tersebut sudah sangat jarang di gunakan.
Berulang kali Eliane menggedor-gedor pintu tersebut, berharap seseorang datang menolongnya. Ia merogoh ponselnya untuk menghubungi saudaranya, namun sayangnya ia kehilangan jaringan, dan hal itu membuatnya sia-sia. Meski begitu, dirinya merasa yakin jika Erian dapat menemukannya.
Saat hari mulai sore, Erian benar-benar khawatir karena tidak melihat adiknya sejak makan siang. Dia pun membawa tas saudarinya, dan mencari keberadaannya. Vero yang melihat kegelisahan pada wajah Erian pun lekas menghampirinya, dan bertanya apa yang membuatnya cemas.
Setelah mengetahui apa yang terjadi, mereka mencari keberadaan Eliane bersama-sama dengan cara berpencar. Hingga kemudian, Erian bertemu dengan seseorang, dan orang itu menawarkan sebuah bantuan, dia mengatakan bahwa sempat melihat keberadaan Eliane. Lalu, Erian segera mengikuti langkah kaki orang itu.
"Siapa saja yang ada di luar. Bukakan pintu ini!" Teriak Eliane yang masih menggedor pintu tersebut. Mendengar suara yang tak asing, Erian lekas menempelkan telinganya pada pintu yang ada.
"Elia, apa kau di dalam?" Teriak Erian.
"Kak, kakak aku di dalam. Aku mohon bukakan pintunya, disini sangat gelap, aku takut." Ringisnya.
"Menjauhlah dari pintu!"
Erian mendobrak pintu itu, ia benar-benar kesulitan membukanya, kemudian Vero yang melintasi tempat itu pun segera menghampiri Erian untuk memberikan bantuan. Dengan sekuat tenaga ia menabrakkan lengannya ke arah pintu, dan setelah 3x membenturkannya, pintu terbuka.
Bertepatan pintu terbuka, Erian langsung berlari ke dalam, dan menopang tubuh saudaranya yang sudah terbilang kehabisan tenaga karena ketakutan, namun dia bukan takut akibat di kunci, kegelapanlah yang membuatnya takut.
Benar, Eliane adalah seorang nyctophobia atau yang sering di sebut fobia kegelapan. Tidak sanggup melangkahkan kakinya, Vero lekas mengambil alih Eliane agar bisa menggendongnya, dan tubuh gadis itu masih terasa bergetar.
"Siapa yang melakukan ini padamu, Elia?" Sahut Erian, dan Eliane mengangkat jari telunjuknya ke arah seseorang yang ada di hadapannya.
"K-kenapa kau menuduhku? Akulah yang bahkan menuntun kakakmu untuk datang kemari." Orang itu menyahut dengan sedikit gelagapan.
"Kau menyukai kakakku, karena itu kau melakukannya agar dapat terlihat seolah kau juga peduli padaku. Di saat kakakku tidak mengetahui keberadaanku, bagaimana kau bisa menuntunnya kemari?" Eliane membalas dengan nada yang sedikit tersengal.
Apa yang di katakan Eliane memanglah masuk akal, dan Erian serta Vero dapat mencerna kalimat itu dengan begitu baik. Tidak satupun orang yang bisa lolos jika orang tersebut melukai adiknya, dan dia akan melakukan apapun agar bisa membalasnya.
Orang itu mendapat balasan dari Erian, dia bahkan terkena skorsing selama satu bulan. Namun, hal tersebut tak membuatnya jera, dia justru semakin berbuat hal lebih untuk menyakiti Eliane sebagai pembalasan. Meski begitu, Erian, dan Vero selalu mampu menggagalkannya.
"Elia, bangunlah! Bisa-bisanya kau tertidur di perjalanan yang tidak begitu jauh." Tutur Erian yang mencubit sebelah pipi saudarinya.
"Aah maafkan aku." Eliane mengerjapkan matanya berulang kali. "Kenapa kita berada di cafe?" Timpalnya seraya menatap Erian.
"Apa kau lupa? Aku 'kan ingin membawamu untuk bertemu seseorang!? Cepat keluar dari mobil!"
Mengikuti jejak Erian, Eliane segera menyusulnya, dan langsung berlari agar dapat menyamai langkahnya. Ketika keduanya berada di dalam, beberapa pelayan cafe menatapi Erian dengan begitu intens. Seperti gadis yang lainnya, mereka sama terpesonanya ketika melihat pria itu.
Seseorang melambaikan tangannya, Erian membalas lambaian tersebut, dan Eliane mengikuti arah pandang saudaranya. Kemudian, saat menyadari siapa yang menunggunya, Eliane langsung melepaskan genggaman tangannya pada lengan Erian, lalu berlari menghampiri orang tersebut.
Sedetik yang lalu dia masih memegang erat lenganku, namun setelah melihatnya, dia mengabaikanku seolah aku tidak berada bersama dengannya.
Eria menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang selalu melupakannya, namun dia senang jika melihat keceriaan pada wajah Eliane, itu sangat membuatnya tenang.
"Kak Vero, aku senang kau datang." Sahut Eliane dengan girang.
"Ha Ha Ha. Bagaimana dengan tes masuknya?" Vero mengusap puncak kepala gadis di hadapannya.
"Aku rasa aku bisa lolos." Tuturnya dengan percaya diri.
"Benarkah? Jika kau lolos, aku akan membawamu menuju suatu tempat."
"Berjanjilah untuk tidak ingkar! Karena ketika hasil telah keluar, aku akan mendatangimu, dan menagihnya, lho." Eliane mendekatkan wajahnya pada pria di hadapannya.
"Datanglah, dan aku pasti akan menepatinya untukmu." Vero tersenyum dengan begitu hangat.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
zara al-zein
juju ya aku Asian sm aliane
2020-06-12
2
ᴿᶠ Anya Tika Putri
lanjut mom 😚
2020-06-09
3
IcHa Kurniawan
lanjut kak... semangat 👍
2020-06-03
2