WARIS [ END ]

WARIS [ END ]

EYANG RATMI

"Benarkah yang dikatakan orang-orang?"

"Benarkah desas-desus yang beredar?"

"Benarkah arwah eyangku gentayangan?"

..."Huh..."...

Mayang menghela napas panjang, merasa lelah dengan beragam pertanyaan yang bermunculan. Tujuh hari setelah kematian eyang, ketenangannya seolah menghilang. Bukan hanya untuk dirinya dan keluarga tapi juga untuk warga sekitar. Cerita-cerita sumbang kian santer terdengar. Ada saja warga yang mengaku menjadi korban keusilan arwah si eyang. Eyang Ratmi, begitulah orang-orang memanggilnya.

Ketika meninggal, eyang Ratmi telah berusia sembilan puluh lima tahun. Meski usianya telah renta tapi fisiknya, masih cukup bugar. Sebelum meninggal, eyang Ratmi masih sering bepergian dan juga melakukan beragam pekerjaan. Kematiannya yang tiba-tiba, menyita banyak perhatian sebab, beliau tidak mengalami sakit sebelumnya.

Meski sebagian warga menganggap hal ini adalah biasa, mengingat usia eyang Ratmi yang tak lagi muda. Namun, Rumor tak sedap tetap menyebar dengan cepat. Tak sedikit yang menganggap kalau kematian eyang Ratmi sangatlah janggal. Namanya juga manusia, akan selalu memikirkan hal-hal yang sekiranya dapat menjadi topik hangat untuk diperbincangkan. Sekali pun tentang kematian seseorang.

Tetangga yang menjadi saksi mata ketika eyang Ratmi tumbang telah menceritakan semuanya kepada pihak keluarga. Namun, tak ada satu pun dari anggota keluarga besar Mayang yang ingin mencari tahu perihal penyebab kematian eyang Ratmi tersebut. Mereka beranggapan kalau ajal memang datang pada waktu yang tak dapat diduga. Bisa kapan pun dan di mana pun. Termasuk juga dengan yang di alami oleh eyang Ratmi. Pihak keluarga telah mengikhlaskan dan memilih untuk segera memakamkan jenazah.

Acara tahlil pun digelar hingga tujuh hari lamanya. Selama itu, tidak ada kejadian ganjil apa pun. Barulah setelah melewati hari ke tujuh, muncul desas-desus tentang arwah eyang Ratmi yang gentayangan. Satu persatu warga telah menjadi korban. Banyak versi yang beredar. Gangguan yang di alami para warga, ada yang serupa, ada juga yang berbeda.

Sementara itu, mayang beserta keluarganya malah tidak pernah mengalami hal ghaib apa pun. Sosok eyang Ratmi, sama sekali tidak muncul. Inilah yang membuat Mayang merasa bingung. Hendak percaya atau meragukan cerita dari para warga. Baginya, eyang Ratmi adalah sosok yang baik hati dan penyabar. Selain itu, eyang Ratmi juga sangat ramah kepada para tetangga. Rasanya, tidak ada hal buruk semasa hidupnya hingga membuat arwahnya bergentayangan.

Mayang memejamkan matanya seiring terputar kembali kenangannya bersama eyang tercinta. Kala itu, Mayang membantu eyangnya memasak. Disela-sela memasak, keduanya saling berbincang. Banyak hal yang mereka bicarakan. Begitu seru dan dipenuhi rona bahagia. Terlebih, saat itu keduanya sedang memasak makanan favorit Mayang.

Eyang Ratmi, sering disebut sebagai juragan tanah karena memang seperti itulah adanya. Eyang Ratmi beserta suaminya, gemar membeli tanah di berbagai wilayah. Keduanya juga berbisnis di sana. Tanah-tanah yang dibeli akan dijual lagi dengan keuntungan yang berlipat. Ada juga yang dibangun menjadi rumah kos dan rumah kontrakan. Tidak perlu ditanya, berapa banyak harta kekayaan mereka. Seluruh anak keturunannya hingga para cucu pun hidup berkecukupan. Menjadi keluarga terkaya dalam lingkungan tempat tinggal. Rasanya, semua orang akan langsung tahu jika ada yang menanyakan tentang eyang Ratmi beserta suaminya.

...🌟🌟🌟...

"Non, tadi di pangkalan depan, ibuk-ibuk pada cerita. Katanya, anaknya pak Dadang semalam melihat arwahnya eyang Ratmi duduk dengan wajah pucat di pos ronda," ujar mbak Yanti, salah satu asisten rumah tangga di rumah Mayang.

"Anaknya pak Dadang yang bungsu? si Linda itu?" tanya Mayang memperjelas.

"Iya mbak benar si Linda, pas pulang ngaji katanya. Bukan cuma Linda tapi si Tina juga tuh karena mereka berdua pulang bareng semalam."

"Apa yang dilakuin eyang? hanya duduk diam di pos ronda atau ngapain lagi?"

"Katanya cuma duduk tapi pas dua anak itu semakin mendekat, eyang Ratmi melototin mereka sampai lari tunggang langgang."

"Masak sih? mbak Yanti percaya?"

"Hemm.. kalau masalah beginian sih, antara percaya dan gak percaya mbak tapi kan biasanya, anak kecil itu jujur. Ditambah lagi, bukan hanya mereka yang mengalami. Banyak juga warga lain yang dihantui eyang Ratmi."

"Bukan, itu bukan ulah eyangku. Pasti jin yang usil memanfaatkan moment kematian eyang untuk menghantui orang-orang."

"Yah, apa pun itu tapi kan wujud eyang yang digunakan. Anggapan orang-orang ya pasti mengarah ke eyang."

Mayang menghela napas panjang seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Gimana ya mbak Yanti? apa sebaiknya diadakan acara selametan lagi ya?"

"Nah boleh tuh, coba dibicarakan lagi dengan nyonya! kasihan juga kalau misal benar, eyang Ratmi masih belum tenang. Kirim doa kan tetap tidak ada salahnya."

"Iya deh mbak, nanti aku obrolin lagi sama ibuk."

"Iya non."

...🌟🌟🌟...

Selepas maghrib adalah waktu yang tepat untuk mengajak ibunya berbincang karena pada waktu itu, ibu Mayang akan berada di ruang tengah untuk menonton acara televisi favoritnya. Mayang turut duduk di sana seraya berbincang ringan dengan ibunya sebelum kemudian, masuk ke dalam poin utama.

"Boleh saja, nanti ibu pikirkan kapan waktunya!"

"Bagaimana kalau akhir pekan ini?"

"Emm.. begini, tahlil eyang kan masih ada lagi nih pas empat puluh harinya nanti, itu kan sama saja. Sekalian pas tahlil saja kirim doa lagi!"

"Kelamaan buk, minggu ini kan bisa. Ibuk kan gak kekurangan uang untuk bikin acara kirim doa."

"Bukan masalah uang Mayang tapi semuanya ada aturannya."

"Siapa yang akan melarang orang kirim doa? para tetangga juga bakal senang dapat makanan."

"Hemmm.. iya-iya, ibuk bicara dulu dengan ayahmu!"

"Bener ya?"

"Iya."

Mayang tersenyum senang seraya berdiri, hendak beranjak dari ruang tengah.

"Eh, mau ke mana kamu?"

"Mau ke dapur bikin mie."

"Aduh Mayang, jangan sering-sering makan mie!"

"Jarang kok buk, ibuk mau?"

"Nih anak ya kalau dibilangin, ngeyel terus."

"Ibuk mau gak? sekalian Mayang bikinin."

"Boleh deh satu."

"Ye, ternyata mau juga," ledek Mayang mengundang tawa kecil dari ibunya.

"Cabenya tiga ya nak."

"Iya buk," jawab Mayang sembari berlalu.

...🌟🌟🌟...

Di dapur, Mayang melihat mak Rum, salah satu asisten rumah tangga yang kerjanya khusus belanja sayur, memasak dan mencuci piring sedang sibuk di depan kompor. Mayang menyapanya seraya menanyakan:

"Sedang masak apa mak Rum?"

Mak Rum yang sekarang telah berusia lima puluh tahunan, tidak memberikan jawaban. Mungkin, mak Rum tidak mendengar. Mayang berjalan mendekat sembari mengulang pertanyaannya.

"Sedang masak apa mak Rum?"

Barulah mak Rum menoleh seraya mengulas senyum. Mayang sendiri lebih fokus pada masakan yang tengah mak Rum olah. Merah pekat membuat Mayang kembali bertanya.

"Apa ini mak? sayur apa?"

Ekor mata Mayang menangkap kalau mak Rum, sedang menatapnya. Namun, mak Rum hanya diam. Begitu Mayang mengalihkan pandangannya, ia lekas terjingkat seraya beringsut mundur, sikap waspada.

"Astaghfirulloh!" pekiknya dengan Mata membulat, coba memastikan.

...Dem......

Sosok yang ia kira mak Rum berubah menyerupai eyang Ratmi.

"E-ya-ng..." panggil Mayang terbata.

"Mayang..."

...Deg......

...🌟 BERSAMBUNG 😁...

Terpopuler

Comments

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

aku mampir loh thor

2024-01-08

1

Aisyah Nabila

Aisyah Nabila

Hai thor🌹

2023-08-11

1

🌸Ar_Vi🌸

🌸Ar_Vi🌸

baru baca kak..

2023-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!