SEBILAH KERIS

Mayang lekas menghampiri ayah dan ibunya tanpa menghiraukan mbak Yanti yang meminta oleh-oleh darinya.

"Ada apa May?"

"Buk, beneran ya sekarang sudah tanggal sebelas?"

"Emm, iya nih, di handphone ibu benar tanggal sebelas."

"Lah, kita kan cuma pergi beberapa jam kok sudah lewat dua hari sih?"

"Hah? enggak kok, kamu sepertinya lupa. Kita berangkat tanggal sepuluh malam. Benar kan pulangnya jam sebelas."

"Tapi kata mbak Yanti, kita berangkat tanggal sembilan."

"Berarti mbak Yanti yang salah lihat tanggalan."

"Mayang juga ingat kalau kita..."

"Mayang sudah ya? ibuk capek mau mandi lalu istirahat. Kamu jangan mikir macam-macam dan melantur ke mana-mana! kamu juga lelah dan butuh istirahat," sela ibunya lalu masuk ke dalam kamar.

Kini, tinggallah Mayang yang bingung sendirian.

...🌟🌟🌟...

Mayang memilih untuk kembali tidur dan tidak membersihkan diri terlebih dahulu. Beberapa jam kemudian, ia pun terbangun. Itu pun karena ibunya membangunkan, meminta ia untuk makan. Jika tidak, sampai siang bolong pun masih tidur.

"Iya buk iya, sebentar lagi Mayang mandi lalu makan!" jawab Mayang yang masih mengeliat di ranjang.

Beberapa saat kemudian, Mayang duduk di tepian ranjang. Tangannya meraba sesuatu yang mengganjal di seprai ranjang. Ternyata, itu adalah bunga kantil pemberian mempelai wanita semalam, putri pak Ageng. Mayang memandanginya sesaat sembari menimbang untuk dibuang. Belum sempat ia buang, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Sekuntum bunga kantil di tangan, tiba-tiba berubah menjadi sebilah keris kecil. Karena terkejut, bunga kantil lekas ia lempar.

"Apa itu? gak salah lihat kan aku? bunga kan? kok tiba-tiba jadi keris?"

Mayang mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menajamkan penglihatannya.

"Benar, itu keris."

Sepersekian detik kemudian, keris kecil tersebut melayang dan langsung menembus kening Mayang. Reflek ia halau meskipun percuma. Keris telah tertanam di keningnya. Mayang berdiri di depan cermin guna melihat wajahnya. Muncul pola persis dengan keris kecil tadi tapi, tak sampai sepuluh detik, pola itu menghilang. Wajah Mayang kembali normal. Mayang panik seraya lekas berlari keluar, mencari orang tuanya.

"Buk, buk, buk..!"

"Ada apa May?"

"Keluarkan keris ini!"

"Keris apa?"

"Ini buk, di jidat Mayang ada keris."

"Keris apa sih May? kamu mengigau ya? tenang dulu!"

Mayang mengatur deru napasnya kemudian bercerita secara perlahan. Namun, ekspresi yang ditunjukkan ibunya, berbanding terbalik dengan yang Mayang bayangkan. Tidak ada kekhawatiran maupun kepanikan dari ibunya. Ibunya malah tersenyum dan sesekali tertawa kecil. Menurutnya, memang begitu seharusnya. Ibunya menganggap kalau Mayang beruntung karena mendapatkan keris tersebut.

"Itu hadiah nak, pak Ageng dan putrinya sangat baik. Kamu diberikan keris untuk menjagamu."

"Bagaimana bisa keris menjagaku?"

"Bisa, ada yang tinggal di dalam keris tersebut dan dialah yang diperintahkan untuk selalu menjagamu. Selain itu, dengan adanya keris tersebut, auramu akan semakin terbuka. Wajahmu akan terlihat lebih cerah dan menarik di hadapan semua orang."

"Ini jimat buk?"

"Ah tidak seperti itu tapi kalau kamu menganggapnya begitu, terserah kamu. Yang jelas, itu bukanlah masalah. Tidak perlu memusingkan masalah keris itu!"

"Mayang tetap ingin mengeluarkannya buk."

"Husssttt! itu pemberian, jangan bikin marah yang sudah memberi! buruan mandi gih, terus makan!"

Mayang terdiam, sementara ibunya melenggang pergi meninggalkan dirinya.

...🌟🌟🌟...

Malam harinya, Mayang duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponselnya. Mak Rum menyajikan sepiring pisang goreng sebagai camilan. Mayang membuka bergantian beberapa akun media sosial miliknya. Saling berbalas komentar dengan teman-teman lalu berpindah ke chat pribadi di nomer WhatsApp. Rencananya besok, beberapa teman akan datang ke rumah Mayang. Mereka akan mengerjakan tugas bersama sekaligus ingin memberikan kejutan ulang tahun pada salah seorang teman mereka.

[ Oke, aku tunggu di rumah ya besok? bawa bahan sesuai yang telah dibagi tugas! masalah kue, aku beliin di dekat sini! ] - balas Mayang.

"Mak Rum, besok ada beberapa temanku yang datang, tolong buatin es campur ya!" pinta Mayang ketika mak Tum mengantarkan coklat hangat untuknya.

"Iya non, berapa orang?"

"Emm, empat orang."

"Iya non, saya banyakin saja bikinnya, sekalian buat bapak dan ibuk juga."

"Iya mak bagus tuh, makasih ya mak!"

"Iya non."

...🌟🌟🌟...

Jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Mayang yang sebelumnya tidur dengan pulas, merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang. Tak ayal hal ini membuat tidurnya terganggu. Dengan berat, Mayang membuka sedikit matanya. Memeriksa sekitar, memastikan apakah benar, ada yang sedang mengawasinya?

Ternyata, memang benar ada seseorang. Seorang perempuan lebih tepatnya. Dari posisi Mayang tidur, sosok itu duduk menyamping di perut Mayang. Rambut panjang ya dikuncir dua dan ia sedang menatap ke arah yang lain. Mayang hanya melihat sisi belakang kepalanya dengan posisi tetap diam.

"Siapa dia?" benak Mayang dengan mata yang mulai, ia buka lebar.

Anehnya, meski perut Mayang diduduki, ia tidak merasakan beban nan berat. Selama beberapa detik, Mayang diam hingga akhirnya sosok itu menoleh ke arahnya seraya menyunggingkan senyuman.

"Aaa!"

Wajahnya cantik, wujud sempurna layaknya manusia. Namun, tetap saja Mayang terkejut karena saat itu, dia telah sadar kalau sosok itu, bukanlah manusia, melainkan makhluk astral. Mayang gelagapan bangun sementara sosok itu, berdiri tenang di samping ranjang Mayang. Dengan segenap keberanian yang tersisa, Manyang melontarkan pertanyaan.

"Siapa kamu?"

Makhluk itu kembali tersenyum. Tampak ayu dengan paras khas gadis jawa. Berkulit sawo matang, halus dengan tatapan menawan.

"Kamu siapa?"

"Aku... penjagamu, aku adalah jelmaan keris kecil yang kini bersemayam di keningmu," jelas makhluk tersebut.

Reflek Mayang mengusap keningnya.

"Kamu hantu?" tanya Mayang dengan polosnya.

"Kamu boleh menyebutnya begitu tapi jangan takut! lihatlah! sama sekali tidak ada yang menakutkan bukan? aku terlihat normal, sama seperti kamu."

Mayang mengamati sosok di hadapannya dengan seksama. Mayang pikir, hantu akan selalu melayang di udara, kaki tidak menapak di tanah tapi nyatanya, sosok di depannya benar-benar seperti manusia. Kakinya pun menapak juga, sama seperti dirinya.

"Kenapa? aku tidak membutuhkan penjagaan."

"Butuh atau tidak, sudah seharusnya aku menjagamu. Salah satu yang dijanjikan adalah ini."

"Hah? apa yang dijanjikan? siapa yang menjanjikan?"

Sekali lagi, sosok itu mengulas senyum.

"Pelan-pelan saja, perlahan kamu akan tahu semuanya. Cepat atau lambat, akan tahu juga. Tidak perlu terburu-buru Mayang!"

"Aku tidak mau jika tidak jelas. Aku tidak merasa meminta apa pun dan tidak ingin menerima apa pun. Tunggu! kamu adalah sosok yang ada di dalam keris dan keris ini berbentuk bunga kantil awalnya. Bunga itu... "

...Deg......

Kedua mata Mayang terbuka lebar seiring deru napas yang tidak beraturan.

"Astagfirullah, hanya mimpi..." gumam Mayang sembari menormalkan deru napasnya.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝑴𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒓𝒔 𝒅𝒊 𝒋𝒂𝒈𝒂 𝒚𝒂 🤔🤔

2024-04-07

1

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

Mayang mirip2 kek Karin yg dpt warisan dr Ndoro 😁😁

2023-02-15

3

Shinta Teja

Shinta Teja

hmmm...Mayang musti di ruqyah ini!!!! 🤭😁🤣

2023-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!