"Jangan bengong terus May, ayo turun!"
"Iya yah."
Mayang turun seraya mengikuti langkah kedua orang tuanya. Di depannya berdiri sebuah rumah kayu yang sangat bagus.
"Keren banget rumah ini! berasa di villa jadinya," celetuk Mayang yang reflek memberikan pujian.
Di dalamnya sudah ada banyak sekali orang.
Namun, pengantinnya masih belum datang. Mungkin, masih berganti pakaian, pikir Mayang. Gending-gending jawa dilantunkan. Mirip pernikahan-pernikahan di masa lalu. Meja dan kursi ditata dengan rapi. Mayang beserta kedua orang tuanya disambut oleh penerima tamu lalu dipersilakan untuk duduk. Tak lama kemudian, datang dua orang yang mengantarkan makanan. Tiga piring nasi rawon disajikan lengkap dengan krupuk dan juga sambal.
"Terima kasih!" ucap Mayang seraya menerima uluran makanan.
Semua orang terlihat makan dengan lahap. Beberapa menit kemudian, kedua mempelai tiba. Semua mata tertuju ke arah mereka.
"Cantik, sangat cantik!" puji Mayang di dalam hati.
Sungguh pasangan yang sangat serasi. Yang perempuan cantik. Yang laki-laki tampan.
"Buk, anak pak Ageng yang laki-laki atau yang perempuan?" tanya Mayang.
"Yang perempuan."
"Wah! cantik buk."
Ibu Mayang hanya tersenyum.
...🌟🌟🌟...
Setelah menghabiskan makanan yang diberikan, Mayang beserta kedua orang tuanya beranjak untuk menyalami pengantin beserta orang tua mempelai yakni pak Ageng beserta dengan istrinya.
"Terima kasih sudah datang!" ucap pak Ageng.
"Memang sudah seharusnya kami datang," jawab ayah Mayang.
Pak Ageng manggut-manggut saja. Mayang beserta kedua orang tuanya pun bergeser untuk menyalami kedua mempelai. Semua berjalan normal hingga tiba saat Mayang yang menyalaminya. Mempelai wanita menahan tangan Mayang seraya menarik sebuah kembang kantil dari hiasan rambutnya.
"Ini untuk kamu," ucap si mempelai wanita sembari mengulurkan kembang kantil tersebut.
Saat itu, Mayang sedikit bingung. Ia menoleh ke arah kedua orang tuanya yang telah lebih dulu turun. Tanpa diduga, Mayang melihat eyang Ratmi berdiri di antara para tamu undangan. Menatap lurus ke arahnya sembari menggelengkan kepala. Sontak Mayang terkejut membuat kembang kantil jatuh ke lantai.
"Eh, maaf! selamat berbahagia ya! saya permisi dulu!" ucap Mayang tergesa-gesa untuk turun.
Namun, entah bagaimana caranya, si mempelai wanita dengan cepat muncul di hadapan Mayang, menghadang langkah Mayang.
"Loh.."
"Kenapa buru-buru?" tanya si mempelai wanita sembari mengulas senyum.
Mempelai wanita tersebut kembali menarik tangan Mayang seraya memberikan kembang kantil dan meminta Mayang untuk menyimpannya. Mayang yang merasa tidak enak, akhirnya menerimanya. Pikirnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan hanya dengan menerima pemberian bunga. Toh, dua atau tiga hari ke depan, bunga itu akan layu. Setelah itu, dia akan membuangnya.
"Terima kasih!" ucap Mayang.
Mempelai wanita itu mengulas senyum lalu berjalan kembali ke kursi pengantin. Sementara Mayang, berjalan menuju tempat ayah dan ibunya menunggu dirinya.
"Sudah selesai, kita bisa pulang sekarang!" ucap ayah Mayang.
Mayang menganggukkan kepala, sembari berjalan, Mayang menoleh ke arah ia melihat sosok eyang Ratmi. Sayangnya, sekarang telah menghilang. Ke mana pun Mayang memandang, sosok yang menyerupai eyang Ratmi, tetap tidak terlihat. Malah ia dibuat tercengang. Antara percaya dan tidak, para tamu undangan yang tadi terlihat normal, kini berubah. Wajah para tamu undangan menyerupai monyet. Mayang tertegun untuk beberapa saat sebelum kemudian, mengucek matanya berulang kali.
"Ini.. astaga! aku berhalusinasi kan? mataku ngantuk kayaknya."
"Ayo May!" panggil ibunya.
"Buuk..."
"Ada apa?"
Sekali lagi Mayang menoleh guna memastikan.
...Deg......
"Bagaimana bisa? aku berhalusinasi ya?"
"Ayo May!"
"I-ya, iya buk."
Mayang masuk ke dalam mobil seiring mesin mobil yang dinyalakan. Masih penasaran, Mayang mengamati para undangan yang keluar masuk secara seksama. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang aneh, semua normal seperti manusia ada umumnya.
"Wah, bener nih, aku berhalusinasi karena ngantuk," gumam Mayang di dalam hati.
Entah kenapa, perasaan Mayang masih saja penasaran. Ketika mobil telah berbalik arah, Mayang kembali menoleh ke belakang untuk sekali lagi memastikan.
"Astagfirulloh!" pekik Mayang seketika.
"Ada apa May?"
"Itu buk, semua orang berubah mengerikan. Ada banyak makhluk berkepala monyet dan banyak juga yang wajahnya hancur."
"Ah yang benar?"
Ibu Mayang turut menoleh tapi sudah terlambat. Mobil kembali memasuki wilayah berkabut sehingga tak terlihat lagi rumah pak Ageng beserta para tamu undangannya.
"Ketutup kabut May, gak kelihatan."
"Menyeramkan sekali buk."
"Sudah-sudah, sepertinya kamu lelah. Istirahat saja, tidur gih!" sahut ayahnya.
"Benar May, tidur saja ya! kalau sudah sampai, nanti ibuk bangunin."
Mayang yang masih terguncang coba menjelaskan tentang apa saja yang ia lihat. Dia juga mengatakan kalau sempat melihat eyang Ratmi di sana. Kedua orang tuanya mendengarkan tapi enggan menanggapi lebih jauh cerita dari putrinya.
"Apa pun yang kamu lihat, anggap saja keusilan kaum mereka! tidak perlu terlalu dalam kamu pikirkan!" ucap ibunya menasihati.
"Benar juga, apalagi ini masih di jalan. Gimana kalau sosok-sosok itu mengikutiku? hi... jangan sampai," benak Mayang yang kemudian diam seraya memejamkan mata.
...🌟🌟🌟...
Mayang sampai di rumah bersamaan dengan dikumandangkannya adzan subuh. Mayang tertegun, baginya tidak masuk akal. Jika ia sampai pada tengah malam atau dini hari, masih bisa dinalar tapi ini, sudah masuk waktu subuh.
"Masuk May! kenapa bengong?"
"Buk, perjalanan kita berapa jam sih, kok sampai rumah subuh?" tanya Mayang dengan polosnya.
"Perjalanan kita memang jauh nak."
"Hah, kita berangkat kurang lebih tiga jam. Di sana juga cuma sebentar, anggap saja satu jam. Perjalanan pulang gak mungkin sampai subuh."
"Ayahmu pelan-pelan nyetirnya."
"Tetap saja tidak masuk akal. Kalau.."
"Sudah-sudah, ibuk capek, mau istirahat!"
Mayang mengunci mulutnya dengan beragam beragam pertanyaan yang bermunculan. Belum juga terjawab, mbak Yanti menyapa Mayang.
"Non Mayang lanjut liburan ya setelah kondangan?"
"Hah? maksudnya apa mbak?"
"Kok sampai dua hari kondangannya?"
"Dua hari?"
Mayang membulat tak percaya.
"Dua hari gimana mbak?"
"Non Mayang sama bapak dan ibuk kan berangkatnya kemarin lusa. Tanggal sembilan kan? sekarang tanggal sebelas. Bawa oleh-oleh gak non?"
Mayang mengambil ponselnya guna memeriksa tanggal hari ini.
...Deg......
...🌟 BERSAMBUNG 🌟...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒐𝒌 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒄𝒖𝒓𝒊𝒈𝒂 𝒌𝒍 𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝑴𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒆𝒌𝒖𝒕𝒖 𝒅𝒏𝒈𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂 🤔🤔
2024-04-07
1
yuli Wiharjo
him.. makan rawon apa tuu td mayang..
2024-01-08
1
Maharani Rania
pesugihan turun temurun itu sekarang di turunin ke Mayang
2023-08-22
1