BAB 4

Pov ( Aisyah)

"Alahh. Makanan kayak gini aja ibu juga bisa masak lebih enak, kalian terlalu berlebihan memuji dia". Cemooh ibu Mertuaku.

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya.

"Aku pamit dulu mau lanjut jemur pakaian". Ucapku pamit kepada mereka.

Mas Ryan dan Mbak Bella membalas dengan anggukan, sedang ibu Mertua malah membuang muka.

Aku pun berlalu ke dalam. Air mataku menetes atas perlakuan ibu Mertuaku, kenapa dia begitu benci kepadaku. Segara ku hapus air mata dan melanjutkan pekerjaanku.

Setelah menjemur, segera aku menuju meja makan untuk membereskan bekas sarapan. Tapi ternyata di dapur ada Mbak Bella yang sedang mencuci piring.

"Loh kenapa malah Mbak yang nyuci piring, kan aku sudah bilang ini tugasku". Ucap ku merasa tak enak kepada Mbak Bella.

"Tidak apa - apa Ais, tadi kan kamu lagi jemur pakaian, biar pekerjaan kamu cepat selesai, meja makan juga udah Mbak beresin". Ujar Mbak Bella.

"Tapi aku tidak enak, Mbak kan tamu di sini. Terima kasih ya Mbak." Balas ku.

"Iya sama - sama, sudah tidak usah merasa tidak enak, kayak orang lain aja". Kata Mbak Bella sambil tersenyum tulus kepada ku.

Aku pun balas tersenyum.

"Ya sudah kamu makan dulu, Mbak mau ke depan". Pamit nya.

"Iya Mbak". Balasku

Selepas Mbak Bella pergi, aku membuka lemari di atas kompor dan mengambil nasi goreng yang sudah sisain untuk ku makan.

Aku bersyukur mempunyai kakak ipar baik seperti Mbak Bella yang menganggapku seperti adiknya sendiri.

Setelah makan dan mencuci bekas makanku. Aku menuju ke ruang tamu untuk bergabung dengan yang lain. Terdengar suara riang Maira. Dia ditemani Papa dan Mama nya, tak terlihat ibu Mertuaku.

"Bibi.. kita mau ke Mall, bibi ikut ya". Maira berlari memelukku.

"Iya kamu ikut ya Ais". Ajak Mbak Bella.

Belum sempat aku menjawab ajakan Mbak Bella, sudah terdengar suara ibu Mertuaku dari belakang.

"Ngapain kalian ngajak dia, dia itu mana pernah kesana. Norak nanti dia, malah ntar buat kita malu". Tolak ibu Mertua ku enggan mengajakku.

"Tapi bu..." Jawab Mbak Bella tertahan.

Aku melirik ke ibu Mertuaku, beliau memberi kode biar aku menolak ajakan tersebut.

"Iya Mbak aku tidak usah ikut, aku lagi tidak enak badan lain kali saja sekalian nanti sama - sama Mas Arya". Tolakku halus.

"Kenapa bibi gak ikut sih? Kan jadi gak seru deh". Maira ngambek mengerucutkan mulutnya.

Aku pun mendekati nya.

"Maira sayang, bibi janji kalau bibi sudah sehat bibi bakalan ikut sama Paman Arya juga". Ucapku membujuknya.

"Beneran? Janji ya?" Tanyanya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya bibi janji". Balasku sambil mengaitkan kelingkingku di jari kelingkingnya yang mungil.

"Lama banget dramanya, sudah jam berapa ini?". Ibu Mertuaku seperti merasa risih melihat keakrabanku dengan cucunya. Kemudian beliau berjalan ke luar rumah disusul dengan Maira dan Mbak Bella. Mas Ryan sudah duluan menunggu di mobil.

"Kami jalan dulu ya Ais, kamu baik - baik di rumah. Assalamualaikum". Salam Mbak Bella dan berlalu ke luar.

"Wa'alaikum salam". Balasku. Berjalan kedepan hendak menutup pintu.

Terlihat Maira melambaikan tangan kepadaku. Aku pun membalas lambaian tangan nya sambil tersenyum.

Kemudian aku masuk ke dalam rumah setelah mobil Mas Ryan sudah tidak terlihat.

Aku masuki kamar tidurku, mengistirahatkan tubuhku sejenak, lelah sudah pasti tapi mau tidak mau harus aku jalani. Selama setahun lebih ini yang menjadi rutinitas setiap hari, aku selalu bangun sebelum orang rumah bangun dan tidur setelah setelah mereka semua tidur.

Semua aku yang kerjakan sendiri, terkadang Mas Arya ikut membantu kalau dia lagi tidak bekerja, tapi sekarang sudah jarang karena sejak kerja sambil ngojol dia selalu pulang malam, aku tidak tega membiarkan dia membantuku karena aku tahu dia pasti sangat lelah kerja sebagai sekuriti sampai sore, setelah itu pulang sebentar untuk mandi dan menganti pakaian lalu lanjut ngojol.

Bukan tanpa alasan suamiku bekerja begitu keras, semua itu demi keinginan kami untuk tinggal terpisah dengan mertuaku.

Sebenarnya dulu awal kami menikah, kami berdua tinggal di kontrakan, walaupun kecil tapi kami nyaman dan bahagia. Hingga suatu hari kantor tempat kerja Mas Arya terancam bangkrut, sehingga dengan terpaksa pihak perusahaan tempat kerja Mas Arya merumahkan sebagian karyawan, salah satunya adalah suamiku.

Perusahaan Mas Arya bergerak dalam bidang export - import yang cukup besar, suamiku menjabat sebagai Manajer Operasional. Tapi karena pandemi, perusahaannya mengalami pailit.

Pemecatan suamiku membuat almarhum bapak mertuaku syok dan mengalami serangan jantung itu yang dikatakan ibu mertuaku, karena Mas Arya adalah anak kesayangannya dan paling dekatnya. Mas Ryan jarang pulang ke rumah karena mengurus usaha meubelnya di kabupaten lain, sedangkan Rani lebih dekat dengan ibunya. Beliau juga sangat menyayangiku seperti Almarhum Ettaku. Mendiang Bapak Mertua adalah Guru berstatus PNS yang masih sampai akhir hayatnya.

Dipecatnya suamiku dan kematian Bapak Mertuaku, dianggap kesialan bagi Ibu Mertuaku yang disebabkan olehku. Beliau menganggap anak nya menikahi diriku yang berbeda suku adalah sebuah kesialan bagi keluarganya. Yang membuatnya membenciku, entah dari mana beliau mendapat pemahaman seperti itu, padahal itu hanyalah mitos semata.

Setelah tiga bulan kematian bapak Mertuaku, Mas Arya mengajakku untuk pindah ke rumah ibunya. Katanya itu permintaan ibu sendiri agar bisa berbaikan denganku, ibu sudah menerimaku. Tapi itu hanya alasan beliau untuk menghinaku dan menjadikan aku pembantu gratis. Pantasan beliau memberhentikan Bi Narsih setelah kepindahan kami, Alasannya untuk menghemat pengeluaran dan semua bisa di kerjakan bersama. Nyata itu cuma akal - akalan nya saja untuk menguras tenagaku.

Hari - hariku dipenuhi dengan c*cian dan h*naan dari Ibu Mertua dan adik iparku.

Beliau selalu menjelek - jelekkanku di depan suamiku, tapi Mas Arya tidak pernah berkomentar karena di satu sisi dia percaya padaku, dan sisi lainnya dia tidak ingin melawan ibunya. Mas Arya hanya memintaku bersabar sampai dia mendapatkan pekerjaan lagi dan menabung untuk mengontrak rumah sendiri.

Alhamdulillah setelah hampir setahun nganggur, ada teman Mas Arya yang menawarkan pekerjaan sebagai sekuriti di salah satu Bank ternama. Kami sungguh bersyukur walaupun pekerjaan yang ditawarkan sangat berbanding terbalik dengan pekerjaan Mas Arya yang dulu, satidaknya kami ada penghasilan, sehingga kami bisa mengumpulkan uang untuk bisa mewujudkan keinginan kami, kami hanya perlu bersabar sampai itu terwujud.

Aku tersadar dari lamunanku saat adzan berkumandang, tanda sholat Dzuhur telah tiba. Bergegas aku menuju kamar mandi untuk mensucikan diri kemudian menunaikan kewajibanku.

Setelah sholat aku panjat kan doa kepada Allah SWT. Ku curahkan semua kesedihan dan keluh kesahku pada - Nya, walau aku tahu Allah Maha mengetahui, tapi almarhumah Emmaku pernah bilang kalau Allah menyukai hamba - Nya yang berulang kali meminta kepada - Nya, yang sepenuhnya menjadikan - Nya tempat bergantung.

Seusai sholat, aku memeriksa ada pesan masuk dari Mbak Bella, yang isinya kalau aku tidak perlu memasak. Karena mungkin sore mereka pulang dan akan tiba di rumah sehabis magrib, aku tersenyum membaca pesan dari Mbak Bella itu arti aku bisa beristirahat sebentar. Buat makan siang aku bisa makan mie instan saja.

Tiba - tiba aku dikejutkan dengan ketukan

pintu di luar.

Tok

Tok

Tok

'Kira - kira siapa yang datang ya?'.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!