Terjerat Dengan Suami Palsu
💌 TERJERAT DENGAN SUAMI PALSU 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
.
Minggu demi minggu berlalu dan masih tidak ada titik terang untuk perusahaan Wyanet. Masalah masih benar-benar menggerogoti pikiran Erland Wyanet yang menjabat sebagai direktur. Lingkar hitam di sekitar matanya bahkan terlihat jelas. Berat badannya bahkan ikut turun.
Perusahaan Miles sama sekali tidak ingin bertemu dengannya. Itu yang membuat Erland benar-benar frustasi. Setidaknya jika bertemu ia bisa menjelaskan masalah pengajuannya. Maka dari tadi manager HRD langsung mendatangi perusahaan Miles. Erland tahan merevisi ulang proposal itu dan berharap mereka bersedia memeriksa ulang dan bersedia membantunya.
Erland gelisah tak menentu. Ia menunggu kabar dari manager HRD. Dari pagi hingga malam, belum juga ada kabar mengenai proposal yang diajukannya ke perusahaan Miles. Rencana awal, harusnya Erland yang ke sana. Berhubung ada rapat yang tak bisa ditinggalkannya membuat asistennya yang pergi menemui direktur Miles.
Erland menghembuskan napas sejenak dengan tatapan kosong. Ia kembali teringat perkataan William terakhir kali. Perusahaan ini tak bisa diselamatkan. Erland menggeleng cepat.
"Tidak... apapun aku lakukan untuk menyelamatkan perusahaan ini." ucapnya dengan yakin.
Erland mendesah kenapa juga ia bisa memikirkan perkataan William saat ini. Sumpah yang keluar dari mulut pria itu hanyalah obat pereda sakit kepala bagi Erland. Seperti yang ia tegaskan hidup ini akan berputar dan tidak selamanya Wiliam melakukan semaunya. Suatu saat Wiliam akan jatuh juga.
Erland tidak akan diam, apalagi itu itu menyangkut perusahaan yang di bangun oleh keluarganya dari nol. Erland berjanji, jika masalah perusahaan ini selesai. Ia akan mengumpulkan bukti untuk memasukkan Wiliam ke penjara. Wiliam adalah saudara sepupunya yang mencoba mengambil keuntungan disaat perusahaan mengalami krisis. Wiliam akan menerima balasan yang setimpal atas perbuatannya. Dan kabar terbaru dari asistennya. Wiliam menghilang begitu saja.
Erland menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam. Lalu, membuka matanya pelan-pelan. Istrinya tidak bisa tahu masalah perusahaan ini. Terlebih-lebih putrinya sedang menyelesaikan kuliah. Erland tidak ingin membebani mereka.
"Setidaknya Yara harus bisa meneruskan perusahaan ini setelah menyelesaikan kuliahnya. Yara anak yang bisa diandalkan." ucap Erland pada dirinya sendiri. Ia mengembuskan napasnya dan tersenyum.
Erland kemudian mengembalikan pikirannya. Ia kini fokus pada masalah perusahaan. Ia menatap jam yang ada di dinding ruangan.
"Pukul 8 tapi Adrian belum ada kabar juga?"
Erland mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Ia mengepalkan tangannya berkali-kali. Memegang dagu, menjepit bibir, menggigit jari, berkacak pinggang, melepas lagi dengan frustasi. Hampir semua gerakan kebingungan ditunjukkan Erland. Tiba-tiba panggilan dari handphone berbunyi.
Dddrrrttt.... dddrrrttt....!
DEG!
Jantung Erland langsung terpukul kencang saat melihat panggilan itu ternyata dari Adrian. Erland segera mengangkat teleponnya.
"Hallo Adrian, bagaimana? apa mereka menerimanya?" tanya Erland dengan cepat.
"Maafkan saya harus mengatakan ini. Proposal kita benar-benar ditolak."
"Benarkah, apa mereka sudah memeriksa proposal yang sudah saya revisi Adrian?"
"Mereka bahkan tidak membukanya pak. Saya sudah berusaha untuk menjelaskan keuntungan yang diperoleh jika mereka bersedia menerima proposal kita. Asistennya bahkan tidak memberikan saya kesempatan untuk bicara."
"Kau tidak langsung bicara dengan direkturnya?" tanya Erland.
"Sepertinya beliau benar-benar tidak ingin bertemu, yang mewakilkan tadi adalah asistennya."
Huuuuffft... Erland mengembuskan napas kesal di balik telepon.
"Jadi bagaimana ini pak, apa tidak ada jalan keluarnya lagi?" Adrian pun ikut frustrasi.
"Besok aku akan ke sana dan bertemu langsung dengan direkturnya."
"Tapi, mereka sudah mengembalikan proposal kita pak. Aku rasa mereka memang tidak ingin bertemu dengan kita lagi."
"Tenang saja Adrian, aku akan usahakan. Waktu masih ada tiga bulan sebelum mereka mengambil alih perusahaan Wyanet. Jadi kau tak perlu khawatir."
"Baiklah pak."
"Terima kasih atas kerja kerasmu Adrian, anda bisa pulang sekarang."
"Sama-sama pak direktur. Selamat malam."
"Hmm, selamat malam Adrian."
TIT
Sambungan telepon langsung terputus. Erland mendengkus sambil meremas handphonenya dengan erat.
"Aaarggghh.." Erland mengacak rambutnya dengan asal. Napasnya berembus cepat karena emosi.
"Apa mereka memang sengaja melakukannya. Setidaknya mereka memeriksa proposal itu dan membiarkan Adrian menjelaskan isinya? Tapi apa? mereka bahkan membiarkan Adrian menunggu dari pagi sampai malam. Sehebat apa perusahaan Miles itu?" Geram Erland dengan tangan mengepal kuat.
Erland mendongakkan kepalanya dan mengembuskan napas panjang. Ia kembali memikirkan nasib perusahaan Wyanet.
"Haaaah." Hatinya sakit, cemas, dan takut. Matanya berkaca-kaca tapi tidak menangis. Ia hanya kesal dan kesal. Setidaknya ada yang membantu. Tapi kenyataannya perusahaan Miles sama sekali tidak bisa mengeluarkannya dari masalah ini.
Erland menggelengkan lagi. ia tidak bisa menyerah. Ia harus menemui Direktur Miles secara langsung. Erland tidak mungkin hanya diam dan berpangku tangan, menunggu dari Adrian saja. Masalah tidak akan selesai.
Erland menarik napas dalam-dalam sambil mengusap wajahnya dengan tangan. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil menatap langit-langit ruangannya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Erland kembali bergelut dengan pekerjaan yang bisa dikejarnya. Pekerjaannya benar-benar menumpuk dan sedikit demi sedikit bisa diselesaikan. Erland bahkan melupakan kopi yang telah disediakan orang pantry.
Huuuuffft! Erland kemudian membuang napas panjang. Ia mencoba untuk tenang agar bisa melanjutkan sisa pekerjaannya. Walau ia tahu situasi saat ini sangatlah genting bagi perusahaan yang dipimpinnya. Ia ingin buktikan ia bisa mengeluarkan perusahaan ini dari krisis.
TOK TOK TOK!
Erland yang tengah sibuk dengan sisa pekerjaannya tiba-tiba konsentrasinya teralihkan. Ia hanya menjawab sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Hmm, masuk."
"Permisi, pak direktur."
Erland mendongakkan kepalanya. "Hmmm.... Ada apa?" tanya Erland tak melepaskan tatapannya.
Marcel sebagai supir perusahaan ragu untuk mengutarakan isi hatinya. Wajahnya gugup saat menatap pak direktur yang tengah asyik melakukan pekerjaannya itu.
"Kenapa pak Marcel?" Tanya Erland menangkap wajah kalut dari lelaki itu. Ia pun segera melipat tangannya di atas meja dan menatap Marcel dengan serius.
"Begini pak, maafkan saya sebelumnya. Tapi..." Marcel kembali diam. Ia meremas tangannya sendiri karena begitu takut.
Erland tersenyum, Ia mengerti arti tatapan itu. "Apa pak Marcel ingin pulang?" Ia melihat jam yang ada di tangannya. "Astaga...sudah pukul sembilan malam." Erland terkejut.
"Sebelumnya maafkan saya pak. Awalnya saya memang berniat mengantarkan bapak pulang. Tapi aku lihat bapak tak juga keluar dari ruangan anda. Itulah saya ke sini pak. Tapi.." Kalimatnya terhenti lagi.
"Pak Marcel mau pulang?" Tanya Erland tersenyum teduh. "Maafkan saya pak, saya lupa waktu karena banyak yang hendak saya selesaikan. Tidak usah tunggu saya pak, anda bisa pulang." Kata Erland.
"Saya yang harusnya minta maaf, pak. Saya tak bisa mengantarkan anda pulang. Karena hari ini anak saya tiba di bandara pukul 19.00 dan saya harus menjemputnya."
"Aduh saya jadi gak enak pak. Anda bisa pulang dan menjemput anak anda. Saya juga akan pulang setengah jam lagi."
"Tapi bapak pulang dengan siapa?"
Erland kembali tersenyum. "Saya bisa naik taksi pak. Jangan terlalu memikirkan saya. Bapak bisa pulang."
"Baik pak. Terima kasih atas pengertiannya. Bagaimana kalau saya mencarikan supir baru untuk pak direktur."
"Tidak apa-apa pak, saya tidak perlu diistimewakan seperti ini. Harapan kita bersama, perusahaan ini kembali pulih, itu sudah lebih dari cukup untuk saya. Saya ingin kalian mengenalku seperti ini. Tidak perlu melayani kebutuhan saya secara berlebihan. Jika saya mau, saya juga bisa menyetir sendiri." Kata Erland mengulas senyuman tipis sambil mencondongkan tubuhnya dengan posisi masih sama. Melipat tangannya di atas meja.
"Baik pak, maafkan saya pak." Marcel merutuki kebodohannya. Kenapa juga ia mengatakan hal yang sama sementara perusahaan ini sedang tergoncang. Marcel mengembuskan napas pelan.
"Ah, ya pak? Kebetulan bapak di sini. Masalah proposal yang di tolak direktur Miles. Saya akan langsung bertemu dengan beliau. Saya tidak ingin proyek yang tertunda akan membuat kita mengalami kerugian yang lebih besar."
"Bukankah pak Adrian sudah bertemu dengan asisten Miles?"
"Hmm. Sudah tapi pengajuan proposal kita di tolak. Adrian bahkan sudah melakukan yang terbaik. Dia sudah terus terang dengan permasalahan yang kita hadapi kepada asistennya. Mereka bahkan tidak menyampaikan kepada direkturnya."
"Jadi direktur Miles setuju ingin bertemu dengan anda pak? atau saya atur kembali jadwal anda, agar bisa bertemu dengan direktur Miles?"
"Saya rasa tidak perlu. Saya akan menemuinya langsung."
"Semoga kebaikan berpihak kepada kita, pak."
"Terima kasih, pak Marcel. Anda bisa pulang sekarang."
"Iya pak. Saya permisi." Marcel menunduk hormat, lalu keluar dari ruangan itu.
Erland kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia harus bisa menangani ini satu per satu. Karena ia tidak bisa main-main soal ini. Erland harus bisa berkonsentrasi. Harapan satu-satunya memang harus bertemu dengan direktur perusahaan Miles. Hanya perusahaan ini yang bisa membantunya. Karena mereka yang memegang kuasa saat ini atas semua perusahaan.
Erland masih berada di kantor, ia bergelut dengan pekerjaan yang masih bisa dikejarnya. Dan sekarang semua hal itu berjalan dengan baik. Setelah merenggangkan otot-ototnya, Erland bangun dari duduknya dan meninggalkan ruangannya. Ia berjalan menyusuri koridor kantor dan menyapa petugas yang sedang melakukan patroli keliling di dalam kantor. Keadaan kantor sudah sangat sepi. Tidak ada yang seorang pun di sana selain petugas yang berjaga di pos dan di mejanya.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel kesembilan aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Melva Jane
semangat
2023-10-21
0
joeluphkanda
wahhhhhh karya baru ya Thor🤗🤗🤗
2023-02-09
0
Darisha Asley
Semangat
2023-02-08
0