Dentingan Waktu
"Astaga jam berapa ini" Mataku membulat sempurna melihat jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi, memang ini salahku setelah sholat shubuh tadi kurebahkan kembali tubuhku ini.
Aku segera berlari ke kamar mandi, menggunakan pakaianku secepat mungkin, memoleskan bedak tipis, tak lupa pelembab bibir agar bibir ini tak terlihat pucat.
Kuraih tasku dan beranjak keluar kamar.
"Pagi ma, Fira nggak sarapan ya ma, buru-buru." Ucapku menghampiri mama yang tengah menyantap sarapannya, kucium kedua pipinya lalu tangannya.
"Hati-hati sayang."
Hatiku sedikit lega, karena dosen pertama hari ini belum sampai ke ruangan.
Kududukkan tubuhku di kursi sebelah Nana sahabatku.
"Tumben anak rajin telat." Ucap Nana yang baru kali ini melihatku telat kekampus.
"Heheh, aku juga manusia kalik na." Ucapku cengengesan.
Tak berapa lama kemudian Pak Andra yang tak lain dosen mata kuliah pertama masuk ke ruangan.
"Selamat pagi semuanya, tugas yang kemaren segera dikumpulkan dalam bentuk file jadikan satu. Sekarang!" Ucapnya tegas karena dia memang terkenal sebagai dosen paling killer di kampus ini, walaupun usianya masih terlihat muda tetapi tampangnya sangat dingin dan menyeramkan.
"Mati aku Na, flasdisk ku tertinggal di atas meja." Ucapku pada Nana, aku sangat bingung dan cemas.
Setelah peristiwa tidak mengenakan hari ini, aku dan Nana pergi ke kantin untuk mengisi perut.
"Untung saja cuman dihukum berdiri didepan kelas Ra." Ucap Nana kembali mengingatkanku atas kejadian memalukan hari ini.
"Lupakan Na, aku sangat lapar." Aku dan Nana memesan bakso dan es teh kesukaan kami berdua.
"Kamu doyan apa lapar Ra Ra."
"Dua-duanya."
"Nana Safira." Tiba-tiba dari arah samping ada yang memanggil nama kami berdua.
"Kakak." Ucap Nana memanggil lelaki yang menghampiri kami.
Ya itu adalah kak Adit kakak kandung Nana, umurnya terpaut dua tahun dengan Nana, dia juga seorang mahasiswa disini.
Semenjak kami saling mengenal, kak Adit begitu perhatian padaku, aku tak begitu memikirkan hal itu, aku sudah menganggap kak Adit sebagai kakaku sendiri, dan kurasa kak Adit juga sama. Dia sudah menganggapku seperti Nana adeknya.
"Boleh gabung?" Tanya kak Adit yang kujawab dengan anggukan.
Kak Adit tidak datang sendiri, ia bersama dengan kedua temannya.
"Berhubung ada kakak, kakak yang bayarin makanan kita ya." Ucap Nana pada kakaknya.
"Baiklah, karena kakak lagi baik hati kalian kakak traktir." Ucap kak Adit yang disambut dengan raut kebahagianku dan Nana.
Kak Adit memang sering mentraktir aku dan Nana baik didalam kampus ataupun diluar kampus.
Setelah selesai makan, aku dan Nana beranjak akan pergi ke kelas lagi.
"Kak, Safira sama Nana duluan ke kelas." Pamitku pada kak Adit.
Seperginya Nana dan Safira..
"Hmm sampai kapan sahabat kita akan memendam perasaannya ini." Ujar Bimo sahabat Adit.
"Sampai Safira sama orang lain. Hahahaha."
"Diam kalian, atau aku tidak jadi mentraktir kalian."
Ya ini memang kenyatannya, sudah dua tahun ini Adit memendam perasaan pada Safira, ia terlalu takut mengungkapkan, takut ditolak.
Nana yang statusnya sebagai adek kandungnya pun tidak menyadari jika kakaknya menaruh hati pada Safira. Sama halnya dengan Safira, Nana menganggap perhatian Kak Adit pada Safira sama dengan perhatian kak Adit pada Nana.
Hari ini kelas Fira hanya ada dua mata kuliah, setelah selesai dengan mata kuliah terakhir Fira dan Nana beranjak pergi meninggalkan kelas.
"Pulang naik apa Ra?" Tanya Nana saat kami sedang berjalan menuju parkiran.
"Biasalah." Ucapku yang dipahami oleh Nana.
"Nana, Safira, sudah mau pulang?"
"Ya iyalah kak, kan udah nggak ada mata kuliah."
"Ayo bareng kakak, kebetulan Kakak bawa mobil hari ini."
"Tidak usah kak, nanti merepotkan kak Adit lagian kan rumah kita nggak searah."
"Nggak papa kali Ra, itung-itung hemat uang transport kan nggak perlu bayar bensin. Hahahah." Ucap Nana yang menarik tanganku ke dalam mobil kak Adit.
"Ayo jalan pak supir." Kami berdua duduk di jok belakang sementara kak Adit berada di belakang kemudi layaknya seorang sopir.
"Durhaka kamu Na sama kakak sendiri."
Gelak tawa Nana pecah di dalam mobil, aku yang melihat peristiwa ini hanya senyum-senyum.
Rasanya aku sangat merindukan kakakku yang jauh disana, aku tidak bisa sedekat Nana dan kak Adit dengan kak Rama kakakku, karena ia menetap di luar kota bersama keluarganya.
"Kamu kenapa Ra, kok melamun?" Tanya Nana pada Fira.
"Ah tak apa Na, aku hanya rindu dengan kakakku."
"Jangan bersedih, anggap saja aku kakakmu." Ucap Kak Adit padaku yang kubalas dengan senyuman.
Memang kehadiran kak Adit membuatku merasakan kasih sayang seorang kakak di dalam hidupku. Dulu aku sangat dekat dengan kak Rama,sampai-sampai ketika kak Rama akan menikah aku menangis histeris tak terima karena kak Rama akan jauh dariku.
Setelah kepergian mobil kak Adit, aku beranjak masuk ke dalam rumah. Suasana terlihat sangat sepi dan hening.
"Hmm, mama belum pulang ternyata."
Kulangkahkan kakiku menuju kamar, hari ini sangat melelahkan bagiku, bangun terlambat, tak sempat sarapan, belum ditambah tugas ketinggalan.
Kupejamkan mataku di atas kasur untuk menghilangkan penat di kepalaku.
Ceklek
"Kebiasaan deh, anak mama pulang sekolah langsung tiduran." Itu suara mamaku yang mendekat ke arahku.
"Mama sudah pulang?" Kucium tangannya lalu beralih kepipi mama.
"Sudah sayang, hari ini banyak orderan jadi agak telat pulangnya." Jawab mamahku dengan wajah yang terlihat begitu lelah.
"Mamah istirahat dulu ya, Fira mandi dulu nanti Fira yang masak mah."
"Emang kamu bisa?" Tanya mama meledekku.
"Ah mama ma selalu begitu, meremehkan anak gadis mama."
Setelah mama keluar kamar, aku bergegas mandi.
Ya inilah aku, Safira Natasya anak kedua dari mama dan papa. Papaku sudah tiada lima tahun yang lalu.
Mama membuka toko roti yang tempatnya tidak begitu jauh dari rumahku, kakakku, kak Rama sudah menikah dan menetap di luar kota karena perkerjaan.
Aku adalah mahasiswi semester lima di salah satu kampus di kotaku.
Kini aku dan mama berada di meja makan, sore tadi aku memasak udang goreng dan ayam goreng. Udang kesukaanku sedangkan ayam kesukaan mamah dan kak Rama.
Setelah makan tak lupa kubereskan piring kotor dan mencucinya di wastafel, sedangkan mama beranjak ke sofa dekat meja makan untuk menonton tv.
Piring kotor tidak begitu banyak, karena memang hanya ada aku dan mama di rumah ini. Setelah selesai mencuci, aku bergabung pada mama yang ada di depan tv.
Kurebahkan tubuhku disamping mama berbantalkan paha mamaku.
"Bagaimana kuliahmu Ra?" Tanya mama dengan tangannya mengelus kepalaku.
"Hmm lancar ma, oiya ma tadi ada kejadian memalukan di kelas."
Itulah kebiasaanku menceritakan semua yang terjadi padaku pada mama, mama pun dengan senang hati mendengarkan keluh kesahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Jessica Margaret Novela Manurung
enggak
2020-07-15
0
Ayunina Sharlyn
next
2020-07-13
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
hai... ku mampir mari saling dukung
2020-07-11
0