"Kak."
"Jangan buru-buru Ra, kakak bakalan kasih kamu waktu kok."
"Enggak gitu maksud Fira, sebelumnya terimakasih kakak sudah mau menyanyangi Fira sama seperti Kakak menyayangi Nana. Maaf sebelumnya kak Fira belum bisa menerima perasaan kakak."
"Belum bukan berarti tidak kan, kakak akan tunggu kamu Ra."
"Fira nggak mau bikin kakak kecewa, Fira sudah anggap kak Adit kaya kakak kandung Fira sendiri."
"Ra."
"Kak, Fira belum siap membuka hati buat yang kedua kalinya."
"Kedua kalinya? Maksudmu?" Tanya Adit heran.
"Fira nggak bisa cerita kak, itu masa lalu Fira. Kak Fira ke kelas dulu. Assalamu'alaikum"
Adit lega setidaknya ia bisa mengungkapkan perasaannya pada orang yang ia suka, walaupun jawabannya tidak seperti yang dia inginkan, tapi ia yakin suatu saat pasti Fira mau membuka hati untuknya.
Tentang masa lalu Safira, Adit akan mencari tau segera mungkin, ia sungguh penasaran, pikirannya tertuju pada Nana, Nana sahabat Fira pasti ia tau tentang Fira.
Entahlah rasanya bayangan itu kembali lagi terngiang di pikiranku
Kenangan yang sudah ku kubur dalam- dalam
Luka yang semakin lama akan tertutup kembali terbuka menganga
Ya Allah kenapa kau tak ijinkan hamba bahagia
Baru saja Fira akan melupakan tentang semuanya
Melupakan tentang dia
Dia yang dulu pernah singgah lalu pergi
Dia yang dulu mengisi hitam putih hidup ini
Dia , Dia yang ...
Fira tidak melanjutkan kata-katanya, ia tidak kuat menahan tangisnya, sekarang ia berada di masjid kampus, ia tidak langsung ke kelas, niatnya ingin menenangkan hatinya di rumah Allah.
Tanpa Fira sadari, dua mata sedari tadi mengamatinya mendengar remang-remang apa yang Fira ucapkan.
'Dia, Dia siapa.' Batin Adit bertanya-tanya. Ia menjadi semakin penasaran dan semangat untuk mencari tahu masa lalu Safira.
Maafkan Fira kak Adit, Fira belum mampu membuka kembali pintu hati Fira. Kuncinya entah hilang kemana, siapa yang akan membukanya kapan terbukanya Fira juga tak tau. Maaf
Setelah sedikit lega, Fira bergegas masuk ke kelas. Untung dosen pertama belum hadir dan infonya si tidak hadir karena sedang berhalangan.
"Dari mana aja si?" Tanya Nana pura-pura tak tau.
"Ih kepo deh." Jawab Safira menutupi kesedihannya, ia tak mau Nana mengetahui masa lalunya, ia juga tak mau menceritakan apa yang kak Adit ungkapkan barusan, walaupun Fira yakin Nana sudah tau kalau kak Adit mau mengungkapkan perasaan padanya.
"Kok matanya basah, kaya habis nangis." Tanya Nana yang memperhatikan mata Safira dengan lekat.
"Itu tadi kelilipan terus nggak keluar-keluar eh jadi perih. Gitu deh ceritanya."
"Ah tapi nggak...."
"Sudahlah daripada ngobrol, kita selesain tugas kemaren aja, biar cepet kelar nggak molor-molor kaya kerjaanmu. Hahaha." Ucap Safira memotong ucapan Nana, ia juga menemukan hal yang tepat untuk mengalihkan pembicaraan.
"Alah kamu juga hobinya molor kok kaya kebo."
Kelas terakhir pun selesai, Fira yang diajak Nana pulang bareng menolak, alasannya ia akan berkunjung ke rumah sakit tempat Rama bekerja, kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus.
Setelah sampai rumah sakit, Fira segera menuju ruangan kak Rama, kebetulan tadi malam Rama sudah memberi tahu dimana ruangannya.
Di depan ruangan praktek Rama masih terdapat beberapa pasien, karena tidak mau menganggu pekerjaan Kak Rama, Fira memutuskan untuk duduk di bangku tunggu dengan bermain ponsel ditangannya.
Fira iseng membuka sosial media, ia begitu terkejut ketika melihat akun media sosial milik seseorang yang sangat ia kenal, pasalnya selama ini semua akunnya sudah Fira blokir.
"Oh ignya baru rupanya." Gumam Fira dalam hati.
'Buka tidak buka tidak,' Batin Fira berkecamuk, antara ingin tahu tapi juga ada rasa gengsi.
Fira tidak bisa bohong sejujurnya rasa memang masih ada didalam hatinya, dulu ia teramat mencintai dia, sampai-sampai Fira tidak sadar telah dikhianati dari belakang.
Tangannya reflek membuka akun milik seseorang yang dulunya pernah mengisi hati Safira.
Rayhan Pratama
Hanya membaca namanya, sudah membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Dan fotopun bermunculan disana, karena kebetulan akunnya tidak di privasi.
'Kau tidak berubah, tetap tampan seperti dulu.'
'Tawamu, candamu, senyummu selalu membuatku tersenyum.'
'Astaghfirullah Fira.'
Tangannya masih aktif men-scrool foto-foto milik Rayhan.
Hatinya kembali miris saat melihat sebuah foto dirinya dengan perempuan lain. Perempuan yang juga sangat ia kenal.
'Rupanya mereka sekampus dan juga satu prodi.'
Dua tahun lamanya, Fira menutup rapat semua hal yang berhubungan dengan Rayhan, itu cara untuk bisa melupakannya, tapi hasilnya nihil buktinya sampai sekarang rasa itu masih ada.
Tiba-tiba air matanya turun tanpa Fira sadari. Salah Fira sendiri, beraninya membuka hal yang jelas-jelas akan menyakiti hatinya.
Perempuan
Terkadang sesakit apapun ia dilukai
Ia tak berniat untuk pergi
Bahkan dalam hatinya masih berharap orang yang melukai akan sadar dan melihat seberapa tulus ia mencintainya.
"Permisi mbak, mbaknya belum daftar ya?" Tanya perawat menghampiri Fira membuat lamunannya hilang.
"Gimana sus?" Tanya Fira yang tidak terlalu mendengar pertanyaan perawat tersebut.
"Begini mbak, jika mbaknya mau periksa atau konsultasi dengan dokter Rama, sebelumnya mbak harus ke loket pendaftaran dulu, biar datanya kami terima, lalu mbak akan kami panggil sesuai nomer antrian." Ucap Perawat itu panjang lebar.
"Mbak belum daftar kan, dan maaf ini sudah tutup pendaftarannya mbak."
Fira hanya tersenyum menahan tawa, Fira bingung mau jawab apa.
"Maaf sus, saya bukan pasien disini, saya juga tidak sakit."
"Lalu mengapa mbaknya disini, pengantar pasien? Tapi di dalam sudah tidak ada pasien." Ucap Perawat yang mulai kesal, ia sudah menjelaskan panjang lebar tentang pendaftaran eh malah bukan pasien.
"Saya mau bertemu dokter Rama." Jawabku tenang.
"Tidak bisa lah mbak, dokter Rama tidak bisa diganggu, apalagi sama orang asing, harus buat janji dulu. Apa mbaknya sudah janjian sebelumnya?"
Ya ampun suster ini kenapa cerewet sekali, membuat telingaku mau pecah saja.
"Safira, kenapa tidak langsung masuk?"
Ucap seseorang yang tiba-tiba keluar dari ruangannya, ya itu adalah Rama kakaknya Fira.
"Biarkan dia masuk, dia adek saya."
Firapun berlalu masuk ke dalam ruangan meninggalkan perawat yang cerewet, tidak bisa berhenti bicara walaupun sedetik, ia tersenyum menang karena berhasil membuat perawat itu malu.
"Ya ampun malu sekali aku, ternyata adeknya dokter. Semoga saja perilaku tidak membawa petaka bagiku." Gerutu Perawat tersebut.
"Maaf dok, atas kejadian barusan saya tidak,..."
"Sudah tak apa sus, bukan salah kamu kok. Dokter Rama tak akan marah." Ucap Fira tersenyum lebar, dan suster itu juga tersenyum lega mendengar ucapan Fira.
"Kalau begitu saya ijin keluar dok."
"Ya silahkan." Balas Rama datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ayunina Sharlyn
like 🤩
feedback ya kak
salam the hendrick's family❤
2020-07-13
0