Malam hari suasana kota tengah diguyur hujan dengan derasnya, membuat udara menjadi dingin.
"Dingin-dingin enaknya makan apa ya mbak?" Tanya seorang gadis pada kakak iparnya.
Ya itu adalah Safira dan Dinda.
"Hmm bagaimana kalau kita buat seblak?" Tanya Dinda pada Safira.
"Ide bagus Kak, kakak ipar cukup beritahu aku apa bahannya dan bagaimana cara membuatnya. Kakak duduk manis aku yang bekerja." Ucap Safira yang peka akan kondisi Kakak iparnya yang tengah berbadan dua.
"Baiklah ayo."
Mereka beranjak dari kamar Safira untuk menuju dapur, sampai di depan tv. Rama memanggil keduanya.
"Apa ada berita yang aku tidak tau? Mengapa kalian terlihat semangat sekali?"
"Kak Rama kepo." Jawab Safira cuek.
"Dasar adek durhaka."
"Kami mau bikin seblak mas, kamu mau?" Tanya Dinda pada suaminya.
"Ya jelas mau dong, apalagi kamu yang buat."
"Tapi kali ini aku yang buat, jadi kakak nggak mau kan." Ucap Safira dengan tatapan menyeringai.
"Anak kemaren sore emang bisa buat seblak. Palingan bikin dapur mama jadi kaya kapal pecah."
Tidak mau mendengar kelanjutan keributan, Dinda pun menengahi.
"Sudah, ayo Ra kita ke dapur."
Kini Safira dan Dinda sudah berada di dapur, sesuai kesepakatan tadi. Safira yang akan memasak sedangkan Dinda hanya duduk manis di kursi.
Rama menghampiri istrinya yang duduk di kursi meja makan.
"Marilah kita saksikan chef kita. Hahaha." Ujar Rama meledek Safira.
"Owh kakak meledekku, ok kalau sampai seblaknya enak kakak harus ajak aku shopping." Tantang Safira pada Rama.
"Deal." Jawab Rama lantang.
Setelah seblak buatan Safira matang, mereka bertiga segera menyicipinya.
"Ra, punya mbak Dinda nggak pedes kan?" Tanya Rama memastikan.
"Enggak kok kak, yang pedes punya Safira sama kak Rama." Jawab Safira jujur.
Sementara di lain rumah.
'Dari dulu sampai sekarang kamu tidak berubah, cantik, satu kata yang bisa menggambarkan mu.'
'Andai saja, aku punya keberanian, sudah dari dulu kunyatakan perasaaan ini.'
'Arghh kenapa aku pecundang gini si.'
Tak henti-hentinya laki-laki itu memandangi foto perempuan cantik di ponselnya, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang memperhatikannya.
Ya itu adalah Adit, Adit sedari tadi memandangi foto Safira, Safira Natasya sang pemilik hatinya.
"Kak." Ucap Nana mengagetkan Adit.
"A- ada apa?" Jawab Adit gugup dan langsung menyembunyikan ponselnya.
"Kak Adit sedang apa?" Tanya Nana menyelidik.
"Kenapa matamu seperti itu hah. Kakak sedang mengecek email." Jawab Adit sedikit kesal untuk menutupi sesuatu dari Nana.
"Sudahkah kak, sudah ketangkap basah juga masih mengelak."
"Maksudmu?"
"Kakak Suka sama Safira?"
"Hm, kakak nggak suka. Lebih dari suka malahan."
"Serius kak?"
"Tapi boong. Hahahaha."
"Hmm, tapi dilihat dari gerak geriknya kayaknya kakak nggak bohong deh."
"Kalau memang benar ungkapin dong kak, keburu diambil orang."
Adit mencermati kata-kata yang terlontar dari Nana, memang benar jika Safira sudah jadi milik orang, Adit sudah tak bisa berbuat apa-apa. Adit kembali merasa dilema.
"Hachim. Kayaknya ada yang ngomongin Fira deh kak." Ucap Fira pada kedua kakaknya.
"Hahah, PD banget kamu dek." Balas Rama cekikikan.
"Kan kata orang dulu, kalau kita bersin tandanya ada orang yang lagi ngomongin kita kak."
"Kamu orang dulu apa orang sekarang Ra?" Tanya Dinda lembut.
"Orang masa depan. Hahahah." Potong Rama menjawab pertanyaan konyol istrinya.
Bantalpun melayang ke arah Rama, Ya seperti biasa Tom and Jerry dimulai. Kini mereka berada di sofa depan tv.
"Oiya mas, kan mas janji mau ajak Fira shopping sekalian aja kita belanja kebutuhan bayi."
"Ide bagus, mumpung ada yang bantuin bawa."
"Enak aja, emang aku apaan, Fira yang pilihin kebutuhan dedek bayi, kak Rama yang angkat-angkat. Fix. ok mbak?"
"Ya sudahlah terserah kalian aja."
Mentari mulai menyingsing, sinarnya mulai menyelinap ke kamar-kamar membuat siapapun yang tertidur akan terganggu. Termasuk gadis cantik dengan rambut panjang berantakan mulai menggeliat.
"Eungh." Seorang gadis cantik mulai membuka kedua kelopak matanya.
Ya begitulah kebiasaan buruknya, tidur sehabis shubuh sampai matahari yang akan kembali membangunkan.
Dor Door Dorr
"KEBO bangun!!!mau ngampus nggak jam berapa ini." Teriak seseorang dari luar pintu kamar Safira.
"Apaan si kak, Fira nggak tuli."
"Kalau mau berangkat tinggal berangkat aku naik taksi online aja, jangan ganggu tidur nyenyakku."
Setelah diusir Fira, Rama bergegas pergi ke rumah sakit tempat ia bekerja.
Ya sekarang Rama memutuskan untuk tinggal bersama mama dan Fira di kota kelahirannya, ia pindah tugas dari kota sebelumnya, itu juga salah satu permintaan dari Dinda istrinya. Dinda ingin melahirkan anaknya di kota kelahiran suaminya.
Tentu saja kabar itu membuat Safira bahagia bahkan sangat-sangat bahagia.
"Mas berangkat dulu, jaga diri, jangan kecapean ok."
Setelah berpamitan dengan sang istri Rama keluar rumah dan mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
Tringg
"Ya hallo Na." Jawab Fira sambil merapikan kerudungnya.
"Udah siap kan, aku jemput ya. Bentar lagi sampai rumahmu." Jawab Nana diujung telpon.
"Ok terimakasih cantik, kamu memang sangat perhatian."
Setelah selesai bersiap-siap Fira keluar kamar, berpamitan pada mama dan Dinda.
Di depan rumah sudah ada mobil Nana dengan seorang pria, siapa lagi kalau bukan Kak Adit.
Belum sempat Fira membuka pintu mobil, kak Adit sudah turun dan membukakan pintu mobil jok depan.
"Duduk depan Ra, Nana lagi rempong dibelakang." Ujar kak Adit yang dijawab anggukan oleh Safira.
Dan benar saja setelah masuk di dalam mobil, Fira mendapati sahabatnya sedang berdandan di mobil bahkan ia belum memakai kerudungnya. Fira hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu.
'Kamu memang adek kakak yang hebat Na, pinter buat rencana.' Batin Adit dalam sanubarinya.
Setelah sampai di kampus, Nana bergegas turun. Ketika Safira akan membuka pintu mobil, ia kaget karena pintunya terkunci.
"Loh kak, kok dikunci?"
"Kakak mau ngomong sebentar sama kamu Ra."
"Ya Allah kak, ngomong tinggal ngomong kok kenapa harus didalam mobil."
"Ini penting Ra."
Fira yang tidak tau apa yang akan dikatakan Adit hanya duduk diam sambil mengecek isi tasnya.
"Ra."
"Ya kak?"
"Kakak tau ini terlalu cepat bagimu, tapi ini terlalu lama bagi kakak."
"Maksudnya?" Tanya Safira semakin bingung.
"Sejak pertama kumengenalmu, ada yang beda, saat pertama aku memandangmu, hati ini bergetar hebat, jantung ini berdetak dua kali lebih cepat, kamu berbeda dari yang lain, dan kali ini kakak akan mengungkapkan perasaan kakak pada Safira, Safira Natasya aku menyukaimu, mengagumi, mencintaimu bukan seperti aku mencintai Nana. Mungkin selama ini kamu menganggap perhatianku padamu sama halnya aku bersikap pada Nana, kamu harus tau Ra. Semua itu kakak lakukan karena kakak suka sama kamu."
Fira diam sejenak,
"Maaf kak, Fira nggak tau harus ngomong apa?"
"Kak Adit nggak minta kamu jawab Ra, kak Adit hanya mau Fira tau gimana perasaan kakak padamu."
Kira-kira diterima nggak ya?🤔
Kalian maunya diterima apa ditolak?
Jangan lupa like nya kakak🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Muma
lanjut
2020-07-08
1