Berdetak waktu terus berputar,
Menyapu yang lalu menjadi ingatan,
Saat semua hal indah kini menjadi kenangan, Saat segalanya berubah dan seakan terus berubah,
Hingga akhir yang tak bisa kita ubah,
Hanya mampu mengenang semua jerih payah, berjuang melawan waktu, hingga kenangan kelam kan tiada.
Membuka jalan baru, mengukir kisah baru, bersama meski tak bisa bersama, membatu hanya bisa menunggu hingga kan ada waktu berjalan bersama di atas lembar kertas yang kan kita tulis bersama.
Sebuah surat yang sudah lama terlipat menjadi dua, kertasnya pun sudah usang termakan oleh waktu. Dulu bahagia dulu bersatu seakan tak ada yang memisahkan, tapi sekarang? Entahlah...
"Safira" Panggil seseorang dari luar kamarnya.
Ceklek
Safira menutup kembali surat yang tengah ia baca, menyimpannya dalam kotak khusus.
"Ada apa ma?" Jawabnya gugup.
"Udah jam berapa ini, mentang-mentang hari libur kamu ma."
"Maaf ma, Fira ketiduran habis shubuhan tadi."
"Itu ada Nana dibawah, cepat mandi temui dia mama mau ke toko."
"Nana? Suruh dia masuk kamar ma, Fira mandi dulu."
Lima belas menit kemudian Fira keluar dari kamar mandi, Fira sudah mengenakan baju santai di kamar mandi.
"Hey, kok nggak siap-siap sekalian si. Cepat ganti baju kita ke mall."
"Apa-apaan Na, kok mendadak si." Jawabku sambil mengerucutkan bibirku.
"Nanti sorean ajalah Na, lagi mager ni." Ucapku kemudian beranjak rebahan di kasur lagi.
"No no no Fira, ayo cepat ih." Nana menarik tanganku, terpaksa aku bangun dan berganti pakaian. Ada apa dengannya, mau ke mall nggak ngomong dulu, main ajak-ajak gitu. Nggak biasanya dia kaya gitu.
Tiga puluh menit kemudian aku dan Nana telah sampai di sebuah mall. Nana mengajakku melihat-lihat sepatu.
"Ra, yang ini bagus nggak?" Tanya nya padaku.
"Nggak." Jawabku singkat.
"Ih Safira nggak ikhlas banget kamu ya."
"Nana aku mager."
Setelah mendapatkan sepatu yang Nana inginkan, Nana mengajakku untuk makan di Restaurant.
"Ra, kali ini kamu yang traktir ya, uangku habis heheh."
Aku memutar bola mataku malas, siapa yang ngajak siapa yang bayar, sahabatku ini memang benar-benar.
Aku membuka tas selempangku, alangkah terkejutnya aku didalam sana hanya ada charger, sementara dompet dan ponselku tak ada.
"Na, Nana." Aku sangat cemas saat ini, pikirku dompet dan hpku dicuri orang.
"Dompetku nggak ada Na. Gimana ini bayarnya. Ponselku juga nggak ada."
"Ketinggalan Ra?"
"Nggak tau juga si, kalau ketinggalan nggak papa tapi kalau dicuri gimana Na. Ponsel kesayangan, dompet beserta kartu-kartu identitas penting. Nana." Mataku mulai berkaca-kaca.
"Aku bayar dulu Ra, ini untung masih ada uang."
Setelah selesai makan, aku dan Nana mengitari jalan yang kami lewati tadi, siapa tau dompet dan ponselku jatuh, malangnya kami tidak menemukan barang-barang ku. Kami juga sempat ke pusat informasi tapi hasilnya nihil. Dengan berat hati aku dan Nana kembali pulang kerumahku.
Sesampainya dirumah, aku langsung berlari ke kamar untuk mengecek ponsel dan dompet. Memang benar hari ini aku kurang beruntung, ponsel dan dompetku mungkin ludes dicuri orang.
"Na, kak Rama pasti marah itu ponsel hadiah dari kak Rama."
"Sabar Ra, bukan sepenuhnya salah kamu juga kan."
"Safiraaa!" Tiba-tiba ada yang memanggil namaku dengan volume keras. Aku berlari mendekat ke arah sumber suara karena takut mama kenapa-kenapa.
Dan alangkah terkejutnya aku...
Surprisheeee🥳🥳🥳
"Kalian."
Aku sangat terkejut, ternyata hari ini adalah hari ulang tahunku. Mereka mempersiapkan kejutan untukku. Mataku mulai berkaca-kaca, tak menyangka semua orang datang disini termasuk kak Rama dan istrinya.
"Selamat ulang tahun Safira." Ucap mama memelukku.
"Terimakasih mama, jadi mama juga sekongkol ya. Tadi kata mama hari ini sibuk pulang larut." Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.
"Jelek banget si adek kakak. Selamat ulang tahun kelinci kesayangan kakak."
"Kakak pulang, aahhh aku senang sekali." Aku menghambur kepelukan kak Rama, seseorang yang dari kemaren kurindukan, bahkan sangat amat kurindu.
"Ceritanya rindu sama kak Rama aja ni, sama kakak ipar enggak." Ucap mbak Dinda pura-pura ngambek.
Aku melepaskan pelukanku pada kak Rama dan mendekati kakak iparku, Aku memeluknya dengan hati-hati karena perut mbak Dinda sudah membesar.
"Rindu kakak ipar juga, makasih ya kak udah kasih kado terbaik buat Safira."
Seminggu yang lalu, waktu kami mengobrol lewat telepon, aku meminta pada mbak Dinda dan Kak Rama untuk datang saat hari ulang tahunku, waktu itu mbak Dinda bilang nggak bisa tapi ternyata hari ini mereka datang.
"Sama-sama sayang." Balasan mbak Dinda dengan tangan mengelus pucuk kepalaku.
"Hei, kau melupakanku Ra." Ucap Nana dengan muka yang dibuat-buat.
"Ah kamu, sini aku peluk juga." Aku memeluk sahabatku erat-erat dan sekarnag aku mengerti semua ini adalah rencana keluargaku dan juga Nana.
"Selamat ulang tahun Safira, Doamu aamiinku."
"Makasih Nana."
Hari ini aku benar-benar bahagia, Semua yang aku inginkan hadir disini. Waktu pun sudah semakin sore, setelah acara potong kue selesai, Nana pamit untuk pulang kerumah.
Kini aku, mama, kak Rama, dan mbak Dinda berada di depan tv. Kami bersenda gurau ngobrol kesana kemari.
"Kak, kakak nggak kasih kado buat Fira?"
"Emang adek kakak mau apa si?" Ucap kak Rama sambil mencubit pipiku.
"Liat kakak ipar, suamimu sudah mau jadi ayah masih usilin aku." Aku mengadu pada mbak Dinda.
Kak Rama bangkit dari duduknya pergi ke kamarnya, dan kembali dengan membawa kotak berbungkus kertas kado, ya aku tau itu pasti untukku.
Kak Rama memberikan kotakan itu padaku, segera kubuka dan alangkah terkejutnya aku ternyata disana ada ponsel dan dompetku. Aku jadi paham, kejadian hari ini bukan real tapi setingan yang direncanakan.
"Jadi ini semua akal-akalan kakak. Ih ngeselinnnn!!." Aku benar-benar kesal pada kakakku, tak segan-segan aku mencubit lengannya dengan keras.
"Aw Aw Aw ampun dek, kakak minta maaf."
"Liat nak ,ayahmu dan tantemu kaya Tom and Jerry ." Ucap mbak Dinda mengelus perut besarnya.
"Emang dia denger ya kak, kan belum keluar."
Kak Dinda dan Kak Rama tertawa mendengar pertanyaan ku.
Kak Rama memberikanku boneka yang sangat besar bewarna ungu kesukaanku sedangkan mbak Dinda memberikanku tas yang sangat bagus.
"Terimakasih kakak-kakaku, Safira sayang kalian."
"Giliran dikasih sesuatu bilang sayang, nggak dikasih dibilang nyebelin." Ucap kak Rama pura-pura merajuk.
"Sudah-sudah waktunya istirahat udah larut malam ni, sampai kapan kalian mau mengobrol." Mama menghampiri kami dan menyuruh kami istirahat.
"Baik ma. Selamat malam semua." Ucapku meninggalkan mereka.
"Rama, ajak Dinda ke kamar. Kalian istirahat."
Ucap Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments