Matahari Terbit

Matahari Terbit

Bab 1

Ckkiiikkkkkkkk suara gesekan roda mobil dengan jalanan beraspal terdengar nyaring. Seorang gadis mengelus dada melihat dua mobil mewah yang hampir saja bertabrakan di depannya. Decitan rem membuat dadanya kembang kempis menahan panik. Dua mobil yang sedang berhadap hadapan itu sama sama mengerem dengan dalam, kini satu persatu penghuninya keluar.

Terlihat empat orang laki laki berbadan besar keluar dari mobil merah yang berada di sisi kanan Kamelia, dan dua orang berbadan tegap nan gagah keluar dari mobil hitam yang berada di sisi kiri Kamelia. Kamelia melangkah mundur dengan badan gemetar karena takut, para lelaki itu perang adu jotos satu sama lain. Empat laki laki yang mengendarai mobil merah di babat habis oleh dua orang pengendara mobil hitam. Sungguh sial nasip Kamelia malam ini, sudah ban motornya kempes sehingga harus di tinggal di tempat kerjanya, ia juga harus pulang dengan berjalan kaki karena uangnya tidak cukup untuk naik taksi, sampai di tengah jalan yang sepi dia bertemu dengan dua kelompok yang sedang berparang.

Kamelia berlari kencang karena takut. Brukkkk!!!! Kamelia menabrak seorang laki laki yang tiba tiba ada di depannya. Laki laki itu tersenyum sinis kepada Kamelia yang terjatuh duduk di jalanan karena menabrak tubuhnya. Tubuh Kamelia gemetar, dia segera berdiri dan berjalan mundur. Cring cring cring Kamelia mendengar bunyi kerincing penjual sate keliling. Dengan cepat ia berlari menuju suara itu, Kamelia terus berlari menuju tukang sate yang berjalan keliling, begitu melihat tukang sate Kamelia teriak memanggil tukang sate.

"Pak satteeeee"

Tukang sate itu berhenti mendengar panggilan Kamelia.

Dengan nafas ngos ngosan Kamelia berhenti di samping gerobak sate, dia membungkuk dengan kedua tangan berada di lutut.

"Kayak di kejar setan aja neng, pasti saya tungguin neng. Segitu amat ngejar sate" tukang sate itu terkekeh melihat kamelia ngos ngosan sambil meringis.

Kamelia menoleh ke belakang dan ternyata laki laki yang mengejarnya tadi sudah tidak ada.

"In ni le bih nger ri dari setan mang" jawab Kamelia dengan terbata berusaha mengatur nafasnya.

"Emang kalau nggak jadi makan sate sengeri itu ya neng?" tanya tukang sate masih dengan terkekeh menertawakan Kamelia.

"Sudahlah mang, saya duluan"

"Loh! satenya gimana neng?"

"Nggak jadi mang"

Kamelia berlalu pergi dengan cepat sebelum laki laki itu mengejarnya lagi.

"Eeee.... gimana sih si eneng, treak treak manggil taunya nggak jadi beli. Tau gitu nggak usah berhenti tadi, biar aja si eneng ngos ngosan ngejar, huuuuu....."

cring cring cring

"Sattteeeeee" cring cring cring "sattteeeeee"

Kamelia menghembuskan nafas lega saat dia sampai di depan rumahnya. Kamelia menoleh kebelakang sebentar memastikan tidak diikuti oleh laki laki yang mengejarnya tadi. Segera Kamelia masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" ibu Kamelia keluar dari kamar masih dengan menggunakan mukena.

"Kok baru sampai rumah Lia? motormu mana?"

"Aku pulang jalan kaki bu, makanya baru sampai rumah. Motorku bannya kempes bu, jam segini mana ada bengkel yang buka. Motornya aku tinggal di lestoran bu"

"Ya sudah, cepat mandi sana. Sudah sholat belum?"

"Sudah bu. Ibu masak apa? aku lapar habis lomba lari tadi"

Bu Narti mengernyit mendengar perkataan Kamelia.

"Lomba lari dimana?"

"Di jalan tadi bu, aku lomba lari"

"Lomba lari gimana? sama siapa?"

"Lomba lari sama setan bu"

"Kamu tu ada ada aja" jawab bu Narti sambil tertawa mendengar jawaban Kamelia.

Kamelia masuk ke dalam kamar mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang berada di dapur. Selesai mandi ia duduk di kursi meja makan menyantap soto masakan ibunya yang sudah dipanasi lebih dulu oleh bu Narti.

"Mantap kali ini bu" kata Kamelia lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya.

"Haass hah anas" Kamelia mengipas-ngipasi mulutnya yang serasa terbakar karena makanan yang masih panas.

"Hati hati Lia itu masih panas" kata bu Narti mengingatkan.

Kamelia meringis mendengar perkataan ibunya. Selesai makan Kamelia masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya.

"Huuuhhhh enaknyaaa" teriak Kamelia sambil menggeliat dan menggulingkan badan ke kanan dan ke kiri.

"Huhhh semoga aku tidak akan ketemu lagi sama orang itu, hhiiiii menakutkan"

Kamelia memejamkan matanya, masuk ke alam mimpi mengistirahatkan badannya yang lelah karena beraktifitas seharian.

...----------------...

Kamelia merenggangkan otot otot tubuhnya yang terasa kaku.

Bergelung dalam selimut tebal menghalau dingin. Tangannya menutup mulut yang menguap, dengan malas dia menyibak selimut menurunkan kaki dan melangkah meninggalkan kasur hangatnya menuju kamar mandi.

Teng teng teng suara benturan spatula dengan penggorengan terdengar nyaring. Asap mengebul dari panci berisi masakan berbau harum membangkitkan nafsu makan.

"Masak apa bu?" tanya Kamelia dengan mata yang belum terbuka sempurna dan tubuh bersender di depan pintu kamar mandi.

"Sholat dulu sana, lalu mandi. Ibu masak oseng kangkung kesukaanmu"

Dengan malas Kamelia memasuki kamar mandi.

Sarapan sudah tertata dengan rapi di meja makan. Oseng kangkung dan sambal teri menjadi menu sarapan keluarga Kamelia pagi ini tak lupa krupuk sebagai pelengkapnya.

"Adi berangkat ya bu" pamit Adi adik Kamelia.

"Iya, hati hati"

Setelah mencium tangan sang ibu Adi berangkat ke sekolah dengan naik ojek langganan. Bu Narti memang menyuruh anaknya itu untuk naik ojek saat berangkat ke sekolah agar tidak terlambat sedangkan untuk pulang Adi akan naik angkot.

Kamelia yang juga sudah rapi dengan seragam kerjanya memakan sarapannya dengan lahap.

"Masuk pagi Li?"

"Iya bu, sebenarnya sih hari ini free. Tapi aku harus menggantikan temanku yang sedang sakit"

"Pelan pelan makannya Li nanti tersedak" ingat bu Narti pada putrinya, pasalnya Kamelia makan seolah tidak makan selama beberapa hari.

"Aku harus makan banyak bu, agar nanti cukup energi untuk mendorong motorku ke bengkel"

"Ya sudah terserah kamu"

Akhirnya bu Narti menyerah tidak ingin mendebat putrinya. Bu Narti tidak ingin menjadi panjang jika harus terus berdebat dengan Kamelia.

"Ibu ke pasar naik apa?"

"Ibu nanti naik angkot aja"

"Mau aku anter?"

"Anter naik gundulmu, kan motormu ada di tempat kerjamu" jawab bu Narti sambil memandang Kamelia sengit.

Sedangkan Kamelia hanya nyengir setelah berhasil membuat ibunya dongkol.

Terlihat bu Narti sudah bersiap siap pergi ke pasar. Setelah suaminya meninggal bu Narti menyewa sebuah ruko di dalam pasar tradisional untuk berjualan baju. Dari hasil berjualan itulah dia bisa membiayai sekolah Kamelia dan adiknya, hingga Kamelia lulus sekolah menengah atas dan bisa bekerja membantu perekonomian keluarga. Membantu sang ibu mencicil hutang yang dulu untuk biaya berobat almarhum ayahnya waktu sakit.

"Ibu berangkat dulu Li assalamu'alaikum"

"Iya bu, wa'alaikumsalam"

Setelah bu Narti berangkat Kamelia pun segera bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!