NovelToon NovelToon

Matahari Terbit

Bab 1

Ckkiiikkkkkkkk suara gesekan roda mobil dengan jalanan beraspal terdengar nyaring. Seorang gadis mengelus dada melihat dua mobil mewah yang hampir saja bertabrakan di depannya. Decitan rem membuat dadanya kembang kempis menahan panik. Dua mobil yang sedang berhadap hadapan itu sama sama mengerem dengan dalam, kini satu persatu penghuninya keluar.

Terlihat empat orang laki laki berbadan besar keluar dari mobil merah yang berada di sisi kanan Kamelia, dan dua orang berbadan tegap nan gagah keluar dari mobil hitam yang berada di sisi kiri Kamelia. Kamelia melangkah mundur dengan badan gemetar karena takut, para lelaki itu perang adu jotos satu sama lain. Empat laki laki yang mengendarai mobil merah di babat habis oleh dua orang pengendara mobil hitam. Sungguh sial nasip Kamelia malam ini, sudah ban motornya kempes sehingga harus di tinggal di tempat kerjanya, ia juga harus pulang dengan berjalan kaki karena uangnya tidak cukup untuk naik taksi, sampai di tengah jalan yang sepi dia bertemu dengan dua kelompok yang sedang berparang.

Kamelia berlari kencang karena takut. Brukkkk!!!! Kamelia menabrak seorang laki laki yang tiba tiba ada di depannya. Laki laki itu tersenyum sinis kepada Kamelia yang terjatuh duduk di jalanan karena menabrak tubuhnya. Tubuh Kamelia gemetar, dia segera berdiri dan berjalan mundur. Cring cring cring Kamelia mendengar bunyi kerincing penjual sate keliling. Dengan cepat ia berlari menuju suara itu, Kamelia terus berlari menuju tukang sate yang berjalan keliling, begitu melihat tukang sate Kamelia teriak memanggil tukang sate.

"Pak satteeeee"

Tukang sate itu berhenti mendengar panggilan Kamelia.

Dengan nafas ngos ngosan Kamelia berhenti di samping gerobak sate, dia membungkuk dengan kedua tangan berada di lutut.

"Kayak di kejar setan aja neng, pasti saya tungguin neng. Segitu amat ngejar sate" tukang sate itu terkekeh melihat kamelia ngos ngosan sambil meringis.

Kamelia menoleh ke belakang dan ternyata laki laki yang mengejarnya tadi sudah tidak ada.

"In ni le bih nger ri dari setan mang" jawab Kamelia dengan terbata berusaha mengatur nafasnya.

"Emang kalau nggak jadi makan sate sengeri itu ya neng?" tanya tukang sate masih dengan terkekeh menertawakan Kamelia.

"Sudahlah mang, saya duluan"

"Loh! satenya gimana neng?"

"Nggak jadi mang"

Kamelia berlalu pergi dengan cepat sebelum laki laki itu mengejarnya lagi.

"Eeee.... gimana sih si eneng, treak treak manggil taunya nggak jadi beli. Tau gitu nggak usah berhenti tadi, biar aja si eneng ngos ngosan ngejar, huuuuu....."

cring cring cring

"Sattteeeeee" cring cring cring "sattteeeeee"

Kamelia menghembuskan nafas lega saat dia sampai di depan rumahnya. Kamelia menoleh kebelakang sebentar memastikan tidak diikuti oleh laki laki yang mengejarnya tadi. Segera Kamelia masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" ibu Kamelia keluar dari kamar masih dengan menggunakan mukena.

"Kok baru sampai rumah Lia? motormu mana?"

"Aku pulang jalan kaki bu, makanya baru sampai rumah. Motorku bannya kempes bu, jam segini mana ada bengkel yang buka. Motornya aku tinggal di lestoran bu"

"Ya sudah, cepat mandi sana. Sudah sholat belum?"

"Sudah bu. Ibu masak apa? aku lapar habis lomba lari tadi"

Bu Narti mengernyit mendengar perkataan Kamelia.

"Lomba lari dimana?"

"Di jalan tadi bu, aku lomba lari"

"Lomba lari gimana? sama siapa?"

"Lomba lari sama setan bu"

"Kamu tu ada ada aja" jawab bu Narti sambil tertawa mendengar jawaban Kamelia.

Kamelia masuk ke dalam kamar mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang berada di dapur. Selesai mandi ia duduk di kursi meja makan menyantap soto masakan ibunya yang sudah dipanasi lebih dulu oleh bu Narti.

"Mantap kali ini bu" kata Kamelia lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya.

"Haass hah anas" Kamelia mengipas-ngipasi mulutnya yang serasa terbakar karena makanan yang masih panas.

"Hati hati Lia itu masih panas" kata bu Narti mengingatkan.

Kamelia meringis mendengar perkataan ibunya. Selesai makan Kamelia masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya.

"Huuuhhhh enaknyaaa" teriak Kamelia sambil menggeliat dan menggulingkan badan ke kanan dan ke kiri.

"Huhhh semoga aku tidak akan ketemu lagi sama orang itu, hhiiiii menakutkan"

Kamelia memejamkan matanya, masuk ke alam mimpi mengistirahatkan badannya yang lelah karena beraktifitas seharian.

...----------------...

Kamelia merenggangkan otot otot tubuhnya yang terasa kaku.

Bergelung dalam selimut tebal menghalau dingin. Tangannya menutup mulut yang menguap, dengan malas dia menyibak selimut menurunkan kaki dan melangkah meninggalkan kasur hangatnya menuju kamar mandi.

Teng teng teng suara benturan spatula dengan penggorengan terdengar nyaring. Asap mengebul dari panci berisi masakan berbau harum membangkitkan nafsu makan.

"Masak apa bu?" tanya Kamelia dengan mata yang belum terbuka sempurna dan tubuh bersender di depan pintu kamar mandi.

"Sholat dulu sana, lalu mandi. Ibu masak oseng kangkung kesukaanmu"

Dengan malas Kamelia memasuki kamar mandi.

Sarapan sudah tertata dengan rapi di meja makan. Oseng kangkung dan sambal teri menjadi menu sarapan keluarga Kamelia pagi ini tak lupa krupuk sebagai pelengkapnya.

"Adi berangkat ya bu" pamit Adi adik Kamelia.

"Iya, hati hati"

Setelah mencium tangan sang ibu Adi berangkat ke sekolah dengan naik ojek langganan. Bu Narti memang menyuruh anaknya itu untuk naik ojek saat berangkat ke sekolah agar tidak terlambat sedangkan untuk pulang Adi akan naik angkot.

Kamelia yang juga sudah rapi dengan seragam kerjanya memakan sarapannya dengan lahap.

"Masuk pagi Li?"

"Iya bu, sebenarnya sih hari ini free. Tapi aku harus menggantikan temanku yang sedang sakit"

"Pelan pelan makannya Li nanti tersedak" ingat bu Narti pada putrinya, pasalnya Kamelia makan seolah tidak makan selama beberapa hari.

"Aku harus makan banyak bu, agar nanti cukup energi untuk mendorong motorku ke bengkel"

"Ya sudah terserah kamu"

Akhirnya bu Narti menyerah tidak ingin mendebat putrinya. Bu Narti tidak ingin menjadi panjang jika harus terus berdebat dengan Kamelia.

"Ibu ke pasar naik apa?"

"Ibu nanti naik angkot aja"

"Mau aku anter?"

"Anter naik gundulmu, kan motormu ada di tempat kerjamu" jawab bu Narti sambil memandang Kamelia sengit.

Sedangkan Kamelia hanya nyengir setelah berhasil membuat ibunya dongkol.

Terlihat bu Narti sudah bersiap siap pergi ke pasar. Setelah suaminya meninggal bu Narti menyewa sebuah ruko di dalam pasar tradisional untuk berjualan baju. Dari hasil berjualan itulah dia bisa membiayai sekolah Kamelia dan adiknya, hingga Kamelia lulus sekolah menengah atas dan bisa bekerja membantu perekonomian keluarga. Membantu sang ibu mencicil hutang yang dulu untuk biaya berobat almarhum ayahnya waktu sakit.

"Ibu berangkat dulu Li assalamu'alaikum"

"Iya bu, wa'alaikumsalam"

Setelah bu Narti berangkat Kamelia pun segera bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya.

Bab 2

Kamelia berjalan keluar rumah. Berdiri di luar pagar menunggu angkot yang lewat. Rumah Kamelia memang terletak di pinggir jalan raya yang di lalui jalur angkot. Kamelia mengernyit melihat sebuah mobil hitam terparkir di sebrang jalan, matanya memicing sambil mengingat ingat dimana ia pernah melihat mobil mewah itu.

"Kayak pernah lihat tu mobil"

gumam Kamelia.

Saat Kamelia sibuk dengan ingatannya ada sebuah angkot yang berhenti di depannya. Kamelia lalu masuk ke dalam angkot tak mau perduli lagi dengan mobil itu.

Kamelia turun di persimpangan jalan karena angkot yang ia tumpangi tidak melewati jalan depan restoran tempatnya bekerja. Kamelia berjalan kaki hampir satu kilo meter untuk bisa sampai ke restoran.

"Huh!! untung tadi sarapan banyak, kalau enggak udah pingsan di tengah jalan aku" gumam Kamelia sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan telapak tangan.

"Haduh gimana mau cantik kalau pagi pagi udah keringetan gini, luntur dah bedak di pipi, bentar lagi ni ketek juga bau asem. Nasiiib nasib"

Kamelia sampai di restoran segera masuk lewat pintu belakang. Tanpa ia sadari sedari tadi ada orang yang mengikuti dan memantau semua gerak geriknya.

...----------------...

"Hallo. Dia seorang pegawai di restoran xxx bos. Sampai saat ini belum ada tanda tanda dia akan melapor ke polisi tentang kejadian di jalan kenanga tadi malam"

"(..............)"

"Ia bos, saya mengikutinya dari semalam. Dia tinggal bertiga dengan ibu dan adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kata tetangganya ayah gadis itu sudah meninggal dunia sekitar lima tahun yang lalu, nanti saya akan kirim alamatnya ke bos"

"(.................)"

"Baik bos"

Sebuah mobil mewah dengan warna hitam meninggalkan area restoran, menerobos jalanan yang sudah mulai ada sedikit kemacetan.

...----------------...

"Lia kamu antar hidangan ini ke ruang VIP no sembilan" di saat jam makan siang seperti ini restoran memang sangat ramai pengunjung.

"Baik kak"

Dengan lincah Kamelia mendorong troli nampan menuju ruangan VIP.

Sampai di ruangan yang di tuju Kamelia meletakkan hidangan satu per satu di atas meja. Ada lima laki laki dan empat perempuan di ruangan itu. Satu laki laki yang tidak di dampingi seorang perempuan menatap Kamelia tanpa kedip, dia tersenyum miring melihat ke arah Kamelia. Tanpa Kamelia sadari laki laki yang memandangnya tanpa kedip itu adalah laki laki yang mengejarnya tadi malam. Karena kondisi malam yang gelap Kamelia tidak begitu jelas dengan wajah laki laki itu.

"Silahkan dinikmati hidangannya tuan. Saya permisi" Kamelia menunduk akan segera meninggalkan ruangan.

"Tunggu!" cegah Vincent laki laki yang sedari tadi menatap Kamelia tanpa kedip.

"Ada yang mau di pesan lagi tuan?" tanya Kamelia sopan.

"Aku memesan dirimu" ucap Vincen sambil tersenyum remeh.

"Maaf tuan, maksudnya bagaimana tuan?" tanya Kamelia dengan wajah bingung.

"Aku memesan dirimu untuk nanti malam. Bagaimana? bisa?"

"Owh maaf tuan, jam saya bekerja hanya sampai sore tuan, untuk nanti malam sudah ada pegawai lain yang dapat jatah shif malam tuan" jawab Kamelia dengan sopan.

Sontak mereka yang ada di ruangan itu kompak tertawa kecuali Kamelia. Kamelia melihat mereka yang tertawa dengan wajah bingung. "di kasih tau malah tertawa, ya aku nggak mungkinlah kerja dari pagi sampai malem emang aku robot" gumam Kamelia dalam hati.

"Sudahlah keluar sana!" ucap Vincent masih dengan tertawa renyah.

"Baik tuan" Kamelia menunduk sekilas lalu keluar ruangan dengan mendorong nampan troli di depannya.

Sore hari Kamelia mendorong motornya keluar dari parkiran karyawan restoran. Nafasnya ngos ngosan berjalan sambil mendorong motor.

"Mau gue bantuin Li?" triak salah seorang teman kerjanya menawarkan bantuan.

"Nggak deh makasih, aku bisa sendiri"

"Yakin nih, nggak mau di dorong?"

"Nggak, nggak usah"

"Ya udah gue duluan ya"

Kamelia mengangkat satu jempolnya sebagai jawaban, dan temannya langsung melesak pergi.

Lima ratus meter Kamelia mendorong motornya hingga sampai ke sebuah bengkel kecil di pinggir jalan yang menyediakan jasa tambal ban.

"Tambal pak" triak Kamelia sambil mengusap keringat di dahinya.

" Iya neng"

Kamelia duduk sambil mengipas-ngipasi lehernya dengan telapak tangan menunggu ban rodanya yang sedang di tambal.

Sedang dari kejauhan mobil hitam masih terus memantau gerak gerik Kamelia.

"Sepertinya gadis itu tidak akan lapor ke polisi tuan. Saya yakin, aman"

"Kita ikuti sampai rumahnya terlebih dulu"

"Baik tuan"

Vincent sang bos memberi perintah agar mengikuti Kamelia kemana pun ia pergi karena Kamelia menjadi saksi pembunuhan empat orang musuh mereka malam itu di tengah jalan yang sepi. Dan sore ini vincent ikut serta membuntuti Kamelia saat Kamelia pulang dari restoran menuju rumahnya. Vincen tertawa saat melihat dari dalam mobilnya Kamelia menguap lalu tertidur dengan posisi duduk di bengkel itu. "Dia lucu juga" gumam Vincent dalam hati.

"Neng, bangun neng! nambalnya udah beres" pemilik bengkel membangunkan Kamelia.

"Owh iya Pak" Kamelia bangun dengan dengan tergagap lalu bangkit dari duduknya. Setelah membayar Kamelia lalu pergi.

Sedangkan Vincent yang melihatnya dari kejauhan terkekeh melihat ekspresi Kamelia yang kaget karena dibangunkan oleh tukang tambal ban.

"Ikuti dia" perintah Vincent

"Baik tuan"

...----------------...

Sampai di rumah Kamelia memarkirkan motornya di teras bergegas masuk dan membersihkan diri. Setelah badannya segar habis mandi Kamelia menuju ruang makan membuka tudung saji.

"Bu.... kok nggak ada makanan?" triak Kamelia.

"Masak atu kak biar ada makanan" jawab adi adik Kamelia.

"Bu.... nggak masak?" triak Kamelia lagi.

"Brisik!! ibu nggak di rumah lagi bezuk ke tetangga yang sakit"

"Ih kenapa nggak bilang dari tadi" jawab Kamelia sewot.

Adi mengedikkan bahu acuh pada kakanya.

Tok tok tok

Mendengar bunyi pintu di ketuk Kamelia keluar untuk melihat.

"Iya, mau cari siapa?" tanya Kamelia sopan.

"Ini ada paket buat mbk"

"Buat saya?" Kamelia mengernyit "saya nggak pesan atau beli apapun"

"Tapi ini buat mbk, kamu mbk Kamelia kan?"

Kamelia mengangguk sambil menerima paket itu.

"Saya permisi" laki laki yang mengantar paket itu lalu pergi.

Kamelia berjalan masuk ke dalam kamar untuk melihat isi dari paket itu.

" Tidak ada pengirimnya" gumam Kamelia, ia lalu membuka nya.

Kamelia mengernyit melihat isi paket itu hanyalah selembar kertas.

"Iseng banget sih, kalau cuma selembar kertas kenapa nggak di masukin ke amplop. Capek deeh"

Kamelia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Jangan coba coba melapor pada polisi atau menceritakan kepada orang lain tentang kejadian tadi malam!!!! atau aku akan mencabut nyawamu. Cukup simpan di ingatanmu tanpa harus membocorkan ke orang lain atau ingatanmu yang akan aku buat bocor"

Kamelia begidik ngeri membaca surat kaleng yang diterimanya.

"Gara gara ban bocor jadi sial hidupku, haahh padahal baru aja kepikiran mau cerita ke ibu tentang kejadian tadi malam eh sudah di kasih peringatan. Hiiiii ngeri deh. Tunggu! darimana orang itu tau alamat dan namaku aduuuhhh berarti aku di mata matain dong"

Kamelia berjalan mondar mandir sambil menggigit kukunya karena takut.

"Bagaimana ini, aku takut kalau mereka membunuh ku. Tapi tidak, aku kan tidak lapor polisi. Ya yang penting aku tidak lapor polisi dan tidak cerita dengan orang lain pasti mereka tidak akan menyakitiku"

Kamelia membuka jendela kamarnya celingak celinguk mengarahkan pandangannya ke sekitar, ia lalu ia menutup jendelanya dengan cepat dan jantung berdetak kencang karena takut, ia melihat mobil hitam yang ia lihat malam itu di depan pagar rumahnya.

"Itukan mobil yang.....hiii" Kamelia bergidik ngeri.

Bab 3

Vincent tertawa melihat gadis yang habis di terornya itu mengintip di balik jendela kamarnya. Melihat wajah panik dan takut gadis itu menjadi hiburan tersendiri bagi Vincent.

"Jalan!" ucap Vincent kepada Harto sang assisten.

"Baik tuan"

"Kau sudah cari tau, besok dia kerja jam berapa?"

"Sudah tuan. Gadis itu besok mendapat shif sore tuan, bekerja dari jam tiga sore sampai jam sebelas malam"

"Aku ingin bertemu dengannya saat ia pulang kerja besok malam"

"Baik tuan"

...----------------...

Jam setengah tiga sore kamelia berangkat bekerja, setelah berpamitan dengan ibunya gadis yang akrab di panggil Lia itu segera menjalankan motornya menuju restoran tempatnya bekerja.

"Baru datang Li?" tanya Vana teman akrab Kamelia.

"He em"

"Li besok anterin aku ke mall ya, mau beli kado buat sepupu aku yang lagi ulang tahun"

"Iya, jam berapa?"

"Agak siangan deh, kamu kan kalau lagi libur bangunnya siang"

Lia hanya terkekeh menggapai ucapan Vana.

"Aku mau berusaha bangun pagi walaupun hari libur"

"Tumben???!!!" jawab Vana sambil memicingkan mata curiga.

"Iya, aku mau belajar bangun pagi setiap hari, siapa tau dengan bangun pagi setiap hari Tuhan segera kasih jodoh ke aku"

"Iddiiihh nggak ikhlas banget, mau bangun pagi karena ada maunya" cibir Vana.

Ha ha ha ha ha tawa Lia meledak melihat wajah Vana yang nyengir aneh saat mencibirnya.

Jam sebelas malam restoran sudah tutup, para karyawan satu per satu mulai meninggalkan restoran pulang untuk mengistirahatkan badan.

"Sampai ketemu besok ya Van"

"Iya, jangan lupa aku jemput jam sebelas"

"Nanggung amat, habis dzuhur sekalian aja!"

"Iddih! nanti pulangnya kemaleman, aku jemput jam sepuluh deh"

"Oke deh. Daaa"

Kamelia dan Vana berpisah pulang ke rumah masing masing.

Dengan kecepatan sedang Kamelia menjalankan motornya, tapi ia memacu motornya dengan kecepatan yang tinggi saat melewati jalan yang sepi. Kejadian malam itu masih menyisakan ketakutan pada dirinya. Bahkan setelah kejadian malam itu hidup Kamelia menjadi tidak tenang karena teror yang di layangkan padanya. Kamelia menekan erat handle remnya saat tiba tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Jantungnya berdetak kencang, dia hampir saja menabrak mobil di depannya itu. Jarak roda depan motor Kamelia dengan mobil itu tidak lebih dari sepuluh centimeter.

"Huuuhhh untuuung nggak sampai nabrak, mobil mewah itu cuy mau ganti pakai apa kalau sampai lecet" gumam Kamelia, belum hilang keterkejutan Kamelia sudah keluar dua orang laki laki berbadan tinggi dan besar mendekatinya. Tubuh Kamelia bergetar hebat karena ketakutan.

"Maaf Pak eh om eh tuan saya nggak sengaja. Tapi mobilnya belum ketabrak kok masih utuh. Aman" Ucap Lia dengan terbata karena ketakutan.

Terang saja Kamelia saat ini ketakutan, tidak ada seorang pun di jalan itu selain dirinya dan pengendara mobil di depannya. Dia berada di jalan yang sepi dan gelap. Penerangan lampu jalan yang berada agak jauh dari tempat di mana Kamelia berhenti membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah dua laki laki yang ada di depannya.

Tidak ada jawaban dari dua laki laki yang ada di depannya membuat Kamelia bertambah takut ia memundurkan motornya dengan kedua kakinya bersiap akan pergi, tapi nasib Kamelia malam ini tidak seberuntung malam itu yang bertemu tukang sate. Kali ini tidak ada siapa siapa yang bisa di jadikan Kamelia untuk menyelamatkan diri. Salah satu dari dua orang itu memegang stang motor Kamelia dan mencabut kunci motornya, sedangkan yang satunya lagi menyeret Kamelia membawa nya masuk ke dalam mobil.

"Maaf tuan ampuni saya, sungguh saya belum menabrak mobil tuan"

Orang itu mendorong tubuh Kamelia masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu mobil. Ternyata sudah ada seorang laki laki yang berada di dalam mobil bagian belakang dan seorang lagi laki laki yang menyetir mobil. Kamelia menoleh ke belakang, terlihat olehnya dua laki laki tadi menaiki motornya mengikuti mobil.

"Ampun tuan, maaf tolong lepaskan saya. Saya anak orang miskin tuan, ibu saya tidak akan sanggup untuk membayar tebusan kalau anda menculik saya. Percayalah tuan, saya takut nanti anda kecewa. Ibu saya tidak punya uang untuk membayar tebusan. Ibu saya hanya seorang janda miskin. Saya mohon lepaskan saya tuan" Kamelia sudah hampir menangis saat mobil yang membawanya berhenti tepat di depan rumahnya.

Kamelia masih belum sadar kalau dia sudah sampai di depan rumahnya karena panik.

Vincent yang duduk di sampingnya dan mendengar semua perkataannya menahan bibirnya sekuat tenaga agar tidak tertawa mendengar racau Kamelia. Dengan gemas Vincent memegang wajah Kamelia dengan satu tangannya dan mengunci tatapan Kamelia mengarah kepadanya dengan jarak wajah yang sangat dekat.

"Kamu mau aku lepaskan?"

Kamelia mengangguk cepat.

"Kamu ingat paket berisi selembar surat yang di kirim untuk mu?"

Kamelia mengangguk, badannya gemetar hebat karena takut.

"Akulah pengirimnya. Turuti semua permintaan ku kalau kau ingin selamat"

"Iya tuan, saya tidak akan lapor polisi saya juga tidak akan bercerita dengan siapapun termasuk ibu saya tuan. Sumpah tuan, saya janji" ucap Kamelia dengan suara gemetar.

Vincent menyusuri wajah Kamelia dengan jari tangannya.

"sial kenapa wanita ini terlihat menarik, aku jadi menginginkannya" gumam Vincent dalam hati.

"Kau"

"I i iya tuan?" jawab Kamelia gagap.

"Kau tau, kau harus membayar atas kelancanganmu melihat kejadian malam itu"

"Sumpah tuan, saya tidak sengaja melihatnya. Malam itu saya hanya kebetulan lewat tuan. Sumpah saya tidak bohong" Kamelia sudah hampir menangis saat Vincent mengeluarkan sebilah pisau kecil dari balik kemejanya.

"Kau harus membayar ketidak sengajaan mu itu"

"Maaf tuan, saya tidak punya uang. Saya hanya pelayan restoran yang gajinya cuma seuprit tuan. Sumpah tuan, saya tidak punya uang" air mata sudah mulai menetes di pipi mulus Kamelia.

Vincent mengerucutkan bibir menahan tawa.

"Kau akan membayar nya dengan cara lain. Nanti akan aku kasih tau kamu"

Vincent mengusap bibir Kamelia dengan ibu jarinya, dia menatap bibir mungil Kamelia.

Vincent mendekatkan bibirnya ke telinga Kamelia dan berbisik,

"besok aku jemput kamu jam empat sore, tidak boleh terlambat sedetikpun!" Vincent lalu menjauhkan wajahnya dari Kamelia. Dan memasukkan kembali pisau kecil yang sempat di gunakan Vincent untuk menelusuri pipi Kamelia.

"Hah! Kamelia bingung dengan apa yang di maksud Vincent.

Pasalnya Kamelia belum sadar kalau dia sudah berada di depan rumahnya.

" Keluar!" perintah Vincent

"Si siap pa yang keluar tuan?"

tanya Kamelia dengan terbata.

"Kamu. Keluarlah! besok sore kita ketemu"

"Ta tapi tuan, motor saya di bawa____"

Belum selesai Kamelia bicara kepalanya di pegang oleh Vincent dan di putranya ke samping sehingga kini Kamelia bisa melihat rumahnya dan motornya yang sudah terparkir di halaman rumah Kamelia.

"Hah... kapan sampainya?" gumam Kamelia.

"Masih belum sadar? apa aku perlu menyadarkanmu?" ucap Vincent sinis.

"Ti tidak tuan. Trimakasih sudah mengantar saya pulang, trimakasih sudah tidak jadi menculik saya" secepat kilat Kamelia keluar dari mobil Vincent sebelum sang empunya mobil berubah pikiran.

Turun dari mobil Vincent Kamelia segera membuka pintu rumahnya, memasukkan motor dan segera menutup pintu dan menguncinya.

Kamelia segara lari ke kamar mengganti bajunya lalu menyelinap masuk ke dalam selimut. Kali ini dia tidak mandi terlebih dahulu. Energinya sudah terkuras habis untuk berhadapan dengan Vincent tadi, tubuhnya lemas tak bertenaga walau hanya sekedar untuk mandi.

Tring! handphone Kamelia berbunyi tanda ada pesan yang telah masuk. Kamelia meraih handphone nya dan membuka pesan.

"Jangan lupa untuk besok!!! jam empat sore"

Kamelia merinding membaca pesan dari nomor yang tak di kenal.

"Bahkan dia tau nomor kontak ku. Add duuuh hhh" pekik Kamelia tertahan. Dia tidak mau kalau sampai ibu dan adiknya bangun mendengar teriakannya.

Dia lalu menutup tubuhnya dengan slimut sampai ke kepala, berusaha memejamkan matanya di tengah rasa takut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!