Bab 2

Kamelia berjalan keluar rumah. Berdiri di luar pagar menunggu angkot yang lewat. Rumah Kamelia memang terletak di pinggir jalan raya yang di lalui jalur angkot. Kamelia mengernyit melihat sebuah mobil hitam terparkir di sebrang jalan, matanya memicing sambil mengingat ingat dimana ia pernah melihat mobil mewah itu.

"Kayak pernah lihat tu mobil"

gumam Kamelia.

Saat Kamelia sibuk dengan ingatannya ada sebuah angkot yang berhenti di depannya. Kamelia lalu masuk ke dalam angkot tak mau perduli lagi dengan mobil itu.

Kamelia turun di persimpangan jalan karena angkot yang ia tumpangi tidak melewati jalan depan restoran tempatnya bekerja. Kamelia berjalan kaki hampir satu kilo meter untuk bisa sampai ke restoran.

"Huh!! untung tadi sarapan banyak, kalau enggak udah pingsan di tengah jalan aku" gumam Kamelia sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan telapak tangan.

"Haduh gimana mau cantik kalau pagi pagi udah keringetan gini, luntur dah bedak di pipi, bentar lagi ni ketek juga bau asem. Nasiiib nasib"

Kamelia sampai di restoran segera masuk lewat pintu belakang. Tanpa ia sadari sedari tadi ada orang yang mengikuti dan memantau semua gerak geriknya.

...----------------...

"Hallo. Dia seorang pegawai di restoran xxx bos. Sampai saat ini belum ada tanda tanda dia akan melapor ke polisi tentang kejadian di jalan kenanga tadi malam"

"(..............)"

"Ia bos, saya mengikutinya dari semalam. Dia tinggal bertiga dengan ibu dan adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kata tetangganya ayah gadis itu sudah meninggal dunia sekitar lima tahun yang lalu, nanti saya akan kirim alamatnya ke bos"

"(.................)"

"Baik bos"

Sebuah mobil mewah dengan warna hitam meninggalkan area restoran, menerobos jalanan yang sudah mulai ada sedikit kemacetan.

...----------------...

"Lia kamu antar hidangan ini ke ruang VIP no sembilan" di saat jam makan siang seperti ini restoran memang sangat ramai pengunjung.

"Baik kak"

Dengan lincah Kamelia mendorong troli nampan menuju ruangan VIP.

Sampai di ruangan yang di tuju Kamelia meletakkan hidangan satu per satu di atas meja. Ada lima laki laki dan empat perempuan di ruangan itu. Satu laki laki yang tidak di dampingi seorang perempuan menatap Kamelia tanpa kedip, dia tersenyum miring melihat ke arah Kamelia. Tanpa Kamelia sadari laki laki yang memandangnya tanpa kedip itu adalah laki laki yang mengejarnya tadi malam. Karena kondisi malam yang gelap Kamelia tidak begitu jelas dengan wajah laki laki itu.

"Silahkan dinikmati hidangannya tuan. Saya permisi" Kamelia menunduk akan segera meninggalkan ruangan.

"Tunggu!" cegah Vincent laki laki yang sedari tadi menatap Kamelia tanpa kedip.

"Ada yang mau di pesan lagi tuan?" tanya Kamelia sopan.

"Aku memesan dirimu" ucap Vincen sambil tersenyum remeh.

"Maaf tuan, maksudnya bagaimana tuan?" tanya Kamelia dengan wajah bingung.

"Aku memesan dirimu untuk nanti malam. Bagaimana? bisa?"

"Owh maaf tuan, jam saya bekerja hanya sampai sore tuan, untuk nanti malam sudah ada pegawai lain yang dapat jatah shif malam tuan" jawab Kamelia dengan sopan.

Sontak mereka yang ada di ruangan itu kompak tertawa kecuali Kamelia. Kamelia melihat mereka yang tertawa dengan wajah bingung. "di kasih tau malah tertawa, ya aku nggak mungkinlah kerja dari pagi sampai malem emang aku robot" gumam Kamelia dalam hati.

"Sudahlah keluar sana!" ucap Vincent masih dengan tertawa renyah.

"Baik tuan" Kamelia menunduk sekilas lalu keluar ruangan dengan mendorong nampan troli di depannya.

Sore hari Kamelia mendorong motornya keluar dari parkiran karyawan restoran. Nafasnya ngos ngosan berjalan sambil mendorong motor.

"Mau gue bantuin Li?" triak salah seorang teman kerjanya menawarkan bantuan.

"Nggak deh makasih, aku bisa sendiri"

"Yakin nih, nggak mau di dorong?"

"Nggak, nggak usah"

"Ya udah gue duluan ya"

Kamelia mengangkat satu jempolnya sebagai jawaban, dan temannya langsung melesak pergi.

Lima ratus meter Kamelia mendorong motornya hingga sampai ke sebuah bengkel kecil di pinggir jalan yang menyediakan jasa tambal ban.

"Tambal pak" triak Kamelia sambil mengusap keringat di dahinya.

" Iya neng"

Kamelia duduk sambil mengipas-ngipasi lehernya dengan telapak tangan menunggu ban rodanya yang sedang di tambal.

Sedang dari kejauhan mobil hitam masih terus memantau gerak gerik Kamelia.

"Sepertinya gadis itu tidak akan lapor ke polisi tuan. Saya yakin, aman"

"Kita ikuti sampai rumahnya terlebih dulu"

"Baik tuan"

Vincent sang bos memberi perintah agar mengikuti Kamelia kemana pun ia pergi karena Kamelia menjadi saksi pembunuhan empat orang musuh mereka malam itu di tengah jalan yang sepi. Dan sore ini vincent ikut serta membuntuti Kamelia saat Kamelia pulang dari restoran menuju rumahnya. Vincen tertawa saat melihat dari dalam mobilnya Kamelia menguap lalu tertidur dengan posisi duduk di bengkel itu. "Dia lucu juga" gumam Vincent dalam hati.

"Neng, bangun neng! nambalnya udah beres" pemilik bengkel membangunkan Kamelia.

"Owh iya Pak" Kamelia bangun dengan dengan tergagap lalu bangkit dari duduknya. Setelah membayar Kamelia lalu pergi.

Sedangkan Vincent yang melihatnya dari kejauhan terkekeh melihat ekspresi Kamelia yang kaget karena dibangunkan oleh tukang tambal ban.

"Ikuti dia" perintah Vincent

"Baik tuan"

...----------------...

Sampai di rumah Kamelia memarkirkan motornya di teras bergegas masuk dan membersihkan diri. Setelah badannya segar habis mandi Kamelia menuju ruang makan membuka tudung saji.

"Bu.... kok nggak ada makanan?" triak Kamelia.

"Masak atu kak biar ada makanan" jawab adi adik Kamelia.

"Bu.... nggak masak?" triak Kamelia lagi.

"Brisik!! ibu nggak di rumah lagi bezuk ke tetangga yang sakit"

"Ih kenapa nggak bilang dari tadi" jawab Kamelia sewot.

Adi mengedikkan bahu acuh pada kakanya.

Tok tok tok

Mendengar bunyi pintu di ketuk Kamelia keluar untuk melihat.

"Iya, mau cari siapa?" tanya Kamelia sopan.

"Ini ada paket buat mbk"

"Buat saya?" Kamelia mengernyit "saya nggak pesan atau beli apapun"

"Tapi ini buat mbk, kamu mbk Kamelia kan?"

Kamelia mengangguk sambil menerima paket itu.

"Saya permisi" laki laki yang mengantar paket itu lalu pergi.

Kamelia berjalan masuk ke dalam kamar untuk melihat isi dari paket itu.

" Tidak ada pengirimnya" gumam Kamelia, ia lalu membuka nya.

Kamelia mengernyit melihat isi paket itu hanyalah selembar kertas.

"Iseng banget sih, kalau cuma selembar kertas kenapa nggak di masukin ke amplop. Capek deeh"

Kamelia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Jangan coba coba melapor pada polisi atau menceritakan kepada orang lain tentang kejadian tadi malam!!!! atau aku akan mencabut nyawamu. Cukup simpan di ingatanmu tanpa harus membocorkan ke orang lain atau ingatanmu yang akan aku buat bocor"

Kamelia begidik ngeri membaca surat kaleng yang diterimanya.

"Gara gara ban bocor jadi sial hidupku, haahh padahal baru aja kepikiran mau cerita ke ibu tentang kejadian tadi malam eh sudah di kasih peringatan. Hiiiii ngeri deh. Tunggu! darimana orang itu tau alamat dan namaku aduuuhhh berarti aku di mata matain dong"

Kamelia berjalan mondar mandir sambil menggigit kukunya karena takut.

"Bagaimana ini, aku takut kalau mereka membunuh ku. Tapi tidak, aku kan tidak lapor polisi. Ya yang penting aku tidak lapor polisi dan tidak cerita dengan orang lain pasti mereka tidak akan menyakitiku"

Kamelia membuka jendela kamarnya celingak celinguk mengarahkan pandangannya ke sekitar, ia lalu ia menutup jendelanya dengan cepat dan jantung berdetak kencang karena takut, ia melihat mobil hitam yang ia lihat malam itu di depan pagar rumahnya.

"Itukan mobil yang.....hiii" Kamelia bergidik ngeri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!