NovelToon NovelToon

Bukan Istri Ke_dua!

Bab 1

Hollaaa epribadeeehhh 🤗🤗

Ini Novel ke7 author, mohon dukungannya ya teman-teman 😘😘

Apalah daya novel ini tanpa dukungan dari kalian semua. Semua alur cerita dikemas sedemikian rupa agar dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Dan diharapkan novel ini dapat memberikan sedikit pembelajaran bagi para wanita hebat yang disebut, ISTRI.

Semoga kisah ini bisa memenuhi ekspektasi para readers sekalian 🥰 Jangan lupa Rate, like, komen 'n Vote kalian🙏🙏

Semua dukungan sekecil apapun, sangat bermanfaat bagi para penulis.

Salam kasih untuk pembaca semua, sehat dan selalu bahagia 😇🥰

...👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸...

Pagi yang cerah di sebuah perumahan kelas menengah atas perum Rose Garden, yang sangat terkenal di kota itu. Terasa begitu menyejukkan hati para penghuni di setiap rumah megah yang ada di sana. Namun sayang, suasana pagi seindah itu tak begitu menarik perhatian bagi sepasang suami istri, yang tinggal di sebuah rumah mewah dua lantai yang sangat luas di perumahan tersebut.

Terlihat seorang wanita tengah berkutat di dapur kotor, guna menyiapkan sarapan pagi seperti biasanya. Kegiatan rutin setelah dirinya menyandang gelar mulia, yaitu gelar ISTRI. Setelan baju tidur dari bahan katun bermotif batik, menjadi seragam favoritnya setiap hari.

Seorang pria tampan nan gagah juga terlihat tengah menuruni anak tangga. Dia menapaki kaki pertamanya dengan langkah tegap menuju ruang makan.

Tak ada sapaan selamat pagi, tak ada selorohan ala pasangan pengantin yang nampak berbahagia. Semua tampak datar dan biasa-biasa saja. Dan sepertinya, situasi seperti itu sudah menjadi hal lumrah bagi keduanya.

Itu terlihat dari bagaimana keduanya saling acuh satu sama lain.

Di atas meja tersaji dua piring nasi goreng, dengan porsi yang sama. Terlihat telur ceplok yang menggugah selera di atasnya, dengan irisan ayam serta potongan mentimun sebagai pelengkapnya.

Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sementara kedua insan tersebut makan dengan lahap dalam diam, tanpa sepatah katapun.

"Hari ini aku mungkin tidak akan pulang lagi." Suara berat memecahkan keheningan diantara mereka.

Hanya anggukan kepala seperti biasanya, dengan sedikit senyuman yang sudah mulai memudar. Tak selebar dahulu, itulah yang Kent lihat saat ini. Semakin hari senyum itu tak lagi secerah saat-saat awal pernikahan.

Namun Kent tak ingin ambil pusing. Mungkin ini lebih baik bagi keduanya. Terutama dirinya yang merasa sangat tersiksa dengan pernikahan toxic ini.

"Aku sudah menaruh uang nafkah untukmu di tempat biasa. Aku harap cukup. Aku juga memiliki kebutuhanku sendiri, kau tau itu. Jika mama kembali datang dan menerormu perkara momongan. Abaikan saja. Semua orang tua memang selalu seperti itu tanpa mau tau, apa yang anak-anak mereka hadapi." Ujar Kent panjang lebar.

Lagi, Jess hanya mengangguk paham. Kali ini dengan senyuman yang sedikit lebih lebar. Sudut bibir yang selalu menampilkan lubang kecil seperti lesung pipi, terlihat begitu indah di sana. Kent memalingkan wajahnya ke arah lain.

Setelah kepergian Kent, Jess bersiap untuk pergi juga. Tentu saja setelah mengganti atributnya. Tak ada aturan dalam pernikahan mereka. Kemanapun dan di manapun keduanya bepergian, tak pernah ada salah satu dari mereka yang akan sibuk saling mencari.

Motor yang di kendarai Jess tiba di halaman rumah dua lantai yang cukup luas. Meski tak sebesar rumah yang dia tempati saat ini bersama suaminya.

Terlihat anak-anak tengah bermain di sana sembari tertawa dan yang lainnya saling mengejar temannya yang lain.

Sungguh pemandangan yang menyejukkan hati. Jess tersenyum lebar melihat senyum ceria anak-anak tak berdosa tersebut.

Wanita itu turun lalu mengangkat beberapa kantong plastik, juga sebuah dus ukuran sedang. Salah seorang remaja berlari ke arahnya sambil tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.

Kehadiran Jess selalu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan. Bukan soal apa yang selalu wanita itu bawa. Namun lebih pada perhatian dan kasih sayang nya yang tuluslah, yang membuat seisi panti tersebut selalu bersuka cita menyambutnya.

"Kemarikan kak, biar aku yang membawanya." Ujar remaja laki-laki tersebut mengarahkan kedua tangannya hendak meraih dus di pelukan Jess.

"Aku masih bisa membawanya sendiri, Kevin. Tapi baiklah, jika kau memaksa." Kevin terkekeh mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Jess. Wanita cantik yang sangat dia kagumi itu.

"Momo sudah tidak mogok-mogok lagi, kak?" Tanya Kevin melirik sekilas ke arah motor Jess.

Motor yang di beri nama Momo tersebut adalah motor kesayangan Jess. Motor yang dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri tiga tahun yang lalu.

Jess ikut melirik ke arah Momo yang sedang terparkir gagah di samping mereka.

"Dia memahami kesulitanku, jadi dia berusaha bersikap baik belakangan ini. Aku harap dia tak pernah sakit lagi. Aku sudah tak sanggup membayar biaya perawatannya yang tidak bisa ku cover dengan asuransi pemerintah." Tutur Jess sedikit tertawa kecil.

Mereka berjalan beriringan menuju pintu samping langsung ke arah dapur. Ibu panti terlihat tersenyum sumringah ketika melihat kedatangan Jess. Wanita itu lekas mengelap kedua tangannya kemudian bergegas menyongsong kehadiran Jess di muka pintu.

"Kenapa kau baru kemari, Jess. Kau tau, adik-adikmu selalu menanyakanmu setiap hari. Mereka merindukanmu, sayang. Apa hari ini kau datang sendirian lagi?" Jess tersenyum mendapatkan cecaran dari ibu angkatnya tersebut.

Maria, wanita itu masih terus menatap ke arah belakang tubuh mungil Jess. Berharap kali ini dia melihat pengunjung lain, selain putri angkatnya tersebut. Namun sayang, harapan nya hanyalah sebuah harapan kosong.

Suami dari putrinya tak nampak di sana. Gurat kekecewaan terlihat jelas di wajah yang tak lagi muda itu. Hati Jess jelas sakit. Namun sebisa mungkin wanita itu menampilkan senyum terbaiknya dihadapan sang ibu angkat.

"Kent menitipkan salam dan hadiah kecil ini. Tadinya dia berencana untuk mengantarku kemari, namun saat akan berangkat, ada panggilan mendadak dari kantor yang tidak bisa dia tinggalkan. Suamiku itu pria yang sangat hebat. Ibu harus bangga telah memilihkan suami terbaik untuk putrimu ini." Ujar Jess tersenyum hangat.

Ibu Maria menatap netra wanita muda di hadapannya dengan perasaan sulit. Dia tau putrinya itu tengah berkata tentang sebuah dusta. Namun ibu Maria membalas senyum hangat Jess, dengan pelukan hangat penuh kerinduan.

Padahal baru satu minggu yang lalu, Jess berkunjung ke sana. Namun kerinduannya serasa menumpuk begitu dalam.

Setelah berbincang di dapur, kedua wanita itu masuk ke ruang keluarga. Di sana terlihat beberapa anak tengah menonton televisi sambil berbaring di karpet lantai.

Kehadiran Jess membuat atensi mereka teralihkan. Sorak Sorai terdengar kala mata mereka melihat siapa yang datang. Pelukan bertubi-tubi Jess dapatkan dari anak-anak tersebut. Sungguh hatinya sangat bahagia. Melupakan sejenak rasa sakit yang dia alami.

"Apa kalian sudah makan? Kau? Ku rasa sekarang berat badanmu sedikit lebih berat." Seloroh Jess menggendong seorang bocah perempuan yang berusia sekitar 3 tahunan.

Dengan tersenyum malu-malu khas anak-anak, gadis kecil tersebut mengangguk kemudian menyembunyikan wajahnya di bahu Jess. Membuat wanita itu tertawa renyah. Tawa yang membuat semua hati terasa damai kala melihatnya.

"Kenapa kakak baru datang lagi? Bukankah minggu lalu kakak berjanji akan datang satu atau dua hari setelah kakak pulang?" Sela seorang bocah laki-laki.

Jess menurunkan gadis kecil dari gendongannya kemudian duduk di karpet bersama anak-anak lainnya.

"Kakak sedikit sibuk, lagipula Momo sedang kurang enak badan kemarin. Jadi terpaksa kakak harus merawatnya di bengkel terlebih dahulu. Maaf..." lirih Jess dengan wajah penuh penyesalan. Rasa bersalah karena merasa telah berbohong pada anak-anak malang itu.

Bukan kehendaknya, namun sang mertua mengundang mereka untuk menginap selama dua hari di rumah besar. Membuat ruang gerak Jess sangat terbatas. Wanita itu bahkan kesulitan meski hanya sekedar bermain ponsel.

"Sudah, sudah. Sekarang kakak kalian telah datang. Jangan menanyakan sesuatu yang tidak perlu." Sela ibu Maria menengahi. Dia tau posisi sang anak tidaklah mudah setelah menikah. Putrinya punya tanggung jawab lain, selain terus meluangkan waktu untuk mengunjungi mereka.

"Bersiaplah untuk makan siang, kakak kalian membawakan kita lauk pauk yang sangat banyak. Kevin, Yulia, panggilkan adik-adik kalian yang lain. Jangan lupa bantu membasuh kedua tangan mereka hingga bersih." Perintah ibu Maria kepada kedua remaja di ruangan itu.

Dia tak ingin Jess terus di cecar oleh pertanyaan dari adik-adiknya.

Kevin sejak tadi hanya diam. Menyimak percakapan tanpa menyela. Dia tau ada sesuatu yang tak beres pada pernikahan sang kakak. Namun memilih untuk diam.

Keduanya hanya mengangguk kemudian keluar untuk memanggil adik-adik mereka, yang tengah bermain di halaman depan. Dibawah pohon rindang. Tempat favorit Jess, ketika masih tinggal di sana.

......................

Lope lope para kesayangan buna Qaya 🥰🤍🥰

bab 2

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya guys🤗🤗

Komen, favorit, like, n vote. Oke😘😘

👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸

POV Kevin

Sejak kedatangan kak Jess. Aku tau wanita kesayangan kami itu sedang tidak dalam kondisi hati yang baik. Senyum lebarnya terlihat begitu suram di mataku yang cukup jeli, melihat perubahan tersebut.

Aku tau ada sesuatu hal yang terjadi pada kakak perempuanku itu. Wanita hebat yang mengabdikan diri pada panti asuhan, di mana aku dan adik-adikku yang lain tinggal.

Tempat para anak-anak yang tidak diinginkan oleh para orang tua.

Dulu tempat ini bukanlah sebuah panti asuhan. Hanya sebuah rumah minimalis dua lantai, dengan sepasang suami istri yang hidup bahagia di dalamnya.

Namun di suatu pagi yang cerah. Suara tangisan bayi mencuri perhatian keduanya. Dan bayi mungil itu adalah kakakku, Jess. Ibu Maria dan Ayah Yusuf pun akhirnya merawat bayi itu sebagai anak mereka. Kebetulan hingga tahun kelima pernikahan mereka, ibu Maria tak kunjung diberikan kepercayaan untuk mendapatkan anugrah sebagai seorang ibu.

Namun beberapa tahun sejak kedatangan kak Jess. Bayi malang lain terus bermunculan. Termasuk diriku juga Yulia. Hingga jadilah tempat ini sekarang, sebagai wadah penampungan anak-anak yang tidak diinginkan oleh para orang tua jahanam.

Ibu Maria menyambut kak Jess dengan senyum sumringah. Terlihat jelas kerinduan di mata ibu asuh kami tersebut namun berusaha dia pendam seorang diri.

Ibu Maria menyambut kak Jess dengan cecaran pertanyaan, juga tatapan mata yang sedang mencari keberadaan seseorang.

Ya, ibu Maria sedang mencari keberadaan kakak ipar kami, Kent. Namun seperti biasa, pria itu tak pernah muncul meski sekedar menyapa kami ke tempat ini.

Aku dapat melihat gurat kekecewaan di wajah tuanya. Wanita itu nampak sedih namun tetap memasang senyum terbaiknya. Memeluk kak Jess dengan erat, seolah kak Jess sudah pergi dalam waktu yang cukup lama.

Padahal baru saja minggu lalu kak Jess mengunjungi kami, dengan membawa berbagai rupa jenis makanan seperti yang dia lakukan saat ini.

Kakakku itu selalu meluangkan waktunya untuk mengunjungi kami. Seperti janjinya sebelum pernikahan. Kami tetap akan menjadi prioritas utamanya meski telah berumah tangga.

Dan kak Jess menepati janjinya. Meski harus ingkar terkadang waktu jika dia sedang dalam kesulitannya sendiri, yang tidak kami ketahui.

Hari ini, melihat kak Jess turun dari motor kesayangannya. Dapat kulihat bagaimana muramnya wajah cantik itu. Namun ketika menatap adik-adik kami bermain di taman depan, senyum itu mengembang sangat manis dan indah.

Hatiku mencelos sedih. Aku tau senyum manis itu hanyalah senyum pelipur lara. Ada perkara yang coba kak Jess pendam seorang diri.

POV end

Jess merebahkan tubuh pelahnya di atas ranjang kayu miliknya tepat sebelum dirinya menikah. Ada kerinduan untuk bisa kembali ke sana, namun takdirnya sudah berbeda.

Ada sebuah tanggung jawab meski bukanlah sebuah keharusan. Menjadi seorang istri dari pria tampan dan mapan bernama Kent Rahardjo.

Pria blesteran keturunan Jawa Eropa. Sang ibu yang berkebangsaan Rusia, sedangkan sang ayah asli keturunan Jawa, Jogjakarta.

Klek

Kevin tersenyum kala melihat sang kakak tengah memejamkan kedua matanya. Dia tau jika wanita itu tidaklah sedang tidur.

Jess membuka ke-dua matanya lalu tersenyum hangat ke arah Kevin. Wanita itu kemudian duduk bersandar di punggung ranjang.

Kevin duduk di sisi ranjang yang di tepuk pelan oleh Jess.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" Kevin sejenak terdiam. Menghela nafas panjang kemudian menatap manik coklat Jess dengan tatapan sukar.

"Bagaimana pernikahan kakak? Apa kakak bahagia? Jika tidak, maka pulanglah kemari. Kami tak apa kehilangan donatur, asalkan kita bisa kembali bersama seperti dulu. Aku, Yulia dan Ben juga sudah bekerja walau hanya setengah hari. Paling tidak cukup untuk membuat asap dapur panti tetap mengepul. Aku tak bisa membiarkan kakak berkorban lebih banyak lagi. Ini tidak adil." Kevin terisak ketika menyelesaikan kalimatnya.

Hati Jess berdenyut hebat, kala melihat air mata kesedihan yang begitu dalam mengalir deras di pipi mulus sang adik.

Jess meraih tubuh Kevin yang terlihat berguncang. Wanita itu menepuk pelan bahu Kevin untuk meredakan tangisnya.

Dia tak ingin ibu Maria mendengar suara tersebut dan mulai memikirkan banyak hal.

"Shhuutttt...kakak tak apa. Semua baik-baik saja terlepas dari bahagia atau tidak. Kebahagiaan itu relatif dari mana kita memaknainya. Kakak bahagia karena memiliki kalian. Apapun alasan pernikahan ini terjadi, bukan semata karena kalian. Jadi tak perlu memikirkan hal yang terlalu berat. Fokus saja pada sekolah dan pelajaran kalian. Berhentilah bekerja, kalian akan menghadapi ujian akhir untuk kelulusan sekolah. Kakak ingin kalian mendapatkan nilai terbaik. Kau mengerti, hmmm?"

Kevin tak mampu bersuara, hanya anggukan kecil yang bisa dia berikan.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada sepasang telinga yang mendengarkan percakapan tersebut. Hatinya sakit bagai di remas. Kekeliruannya telah membuat salah satu anaknya menderita. Sungguh sesal yang mengoyak hatinya.

Langkah mundur, membawanya ke taman belakang. Duduk di kursi gazebo sembari mengenang masa silam. Di mana sang suami masih ada. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Dengan banyak anak-anak yang lucu dan menggemaskan.

Kini semua tinggal kenangan. Nyatanya dialah yang menjerumuskan sang anak dalam lubang hitam, tanpa sedikitpun celah untuk melihat setitik cahaya di ujung jalan.

Di tempat lain, Kent keluar dari mobilnya di sambut oleh teriakan penuh nada girang dari seorang bocah perempuan.

Senyum pria itu terbit sempurna, merentangkan kedua tangannya untuk menyambut gadis kecil tersebut.

Pelukan hangat penuh kerinduan dia berikan pada si bocah perempuan. Seorang wanita berjalan menghampiri keduanya dengan senyum sumringah.

Meraih tangan Kent untuk di ciumnya sebagai tanda bakti.

"Kenapa baru datang? Alissa merengek hampir setiap hari menanyakan tentang papanya." Keluh si wanita sedikit merajuk.

"Maaf, urusanku tak bisa aku tinggalkan begitu saja. Ayo masuk, aku lapar. Apa kau masak makanan kesukaanku?" Si wanita Tersenyum manis kemudian mengangguk.

Ketiganya berjalan menuju teras depan dengan Kent yang tengah menggendong gadis kecil tadi, juga menggandeng lengan si wanita. Sungguh keluarga kecil yang nampak bahagia dan sempurna.

Selesai makan siang, Kent menidurkan sang anak di kamarnya di lantai atas. Setelah memastikan si anak tidur pulas, Kent kembali turun ke bawah.

Terlihat wanita muda tadi duduk di sofa ruang keluarga seperti sengaja menunggu kehadiran Kent di sana.

Senyumnya tak pernah pudar. Padahal Beberapa hari ini, wajahnya penuh dengan kemuraman.

"Eli sudah tidur?" Kent mengangguk seraya menjatuhkan bokongnya di sofa tunggal. Membuat senyum si wanita sedikit memudar.

"Bagaimana pernikahanmu? Apa dia sudah tau tentang aku dan Eli?" Tanya di wanita di tengah keheningan. Berdua bersama Kent selalu membuatnya canggung. Terlebih mereka jarang bertemu. Kent hanya akan menunjukkan kehangatan jika saat bersama Alissa putrinya.

Namun jika mereka hanya berdua, Kent akan kembali pada sikap aslinya. Dingin dan datar.

"Aku belum sempat mengatakannya. Mungkin lain kali saja, lagipula dia tak bertanya apapun tentangku sejak kami menikah. Kurasa tak perlu memulai pertikaian, jika bisa berdamai dengan keadaan tanpa harus memberitahunya." Gurat kekecewaan terlihat jelas di wajah si wanita.

Ada rasa tak rela namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Aku hanya khawatir jika istrimu itu tanpa sengaja bertemu saat kita sedang bersama. Aku akan di cap sebagai pelakor. Aku tak mau mental putriku terganggu karena permasalahan orang dewasa." Ujarnya mulai terisak pelan.

Kent menghela nafas panjang. Menatap wanita yang tengah menunduk dalam di tempat duduknya.

"Mel, cobalah untuk bersikap dewasa. Aku tak bisa serta merta mengatakan perihal hubungan kita. Terutama kedua orang tuaku saja tak mengetahui tentangmu dan Eli. Mereka hanya tau Jess lah istriku satu-satunya. Aku tak akan melupakan kalian, aku sangat menyayangi Eli." Kent beranjak meninggalkan Melisa dalam isaknya seorang diri.

Wanita itu terlihat kesal, karena Kent tak berniat untuk membujuknya sedikitpun.

"Kau milik kami Kent. Kau ayah dari putriku Alissa. Tak akan aku biarkan parasit itu merebutmu dariku dan Eli." Gumam Melisa menatap pintu kamar Kent yang baru saja tertutup rapat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siapakah wanita dan anak kecil itu gengs🤔

Apakah Kent sudah menikahi wanita lain sebelum menikah dengan Jess???

Kuy terus simak kelanjutannya 🤗🙏

Lope lope kesayangan buna Qaya 🥰🤍🤍🥰

Bab 3

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, favorit, komen n likenya, oke😘😘🙏🙏

Jejak kalian merupakan penyemangat bagi author untuk rajin update 👌👌😚😚

👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸

Isadora menatap layar ponselnya berkali-kali. Berharap seseorang yang dia hubungi mengangkat panggilannya. Namun hingga panggilan kelima, panggilannya tak kunjung mendapatkan jawaban.

Meski kecewa, namun wanita itu tetap berpikir positif. Mungkin sang menantu sedang sibuk, begitulah pikirnya.

"Kok muram mam? Tidak di angkat sama Jess?" Tebak sang suami menatap iba pada sang istri.

Anggukan lesu itu menjelaskan arti dari wajah cemberut istrinya. Wajah bule yang cantik itu membuatnya tak mampu untuk berpaling, meski kini usianya tak lagi muda.

"Mungkin Jess berkunjung ke panti. Mama tau bagaimana Jess sangat menyayangi adik-adiknya di sana. Rumah mereka pasti sepi jika Kent berangkat bekerja. Semoga saja kita segera mendapatkan kabar baik satu dua bulan ke depan." Hibur sang suami menenangkan hati istrinya.

"Papa benar. Entah kenapa mereka tidak ingin menempatkan pekerja di rumah. Jadi Jess tak akan merasa sangat kesepian di rumah besar itu." Tomo hanya tersenyum sembari menggeleng pelan. Istrinya selalu protes jika berkunjung ke rumah anak menantu mereka.

Kent dan Jess sengaja hanya menyewa pekerja harian. Alasan privasi, keduanya sepakat untuk tak memperkejakan ART tetap yang tinggal di rumah.

"Apa menurut papa pernikahan mereka baik-baik saja pap? Mama hanya sedikit khawatir, takut salah mengambil keputusan. Perjodohan ini terlalu mendadak meski Kent tak menolak sama sekali." Tutur Isadora terlihat cemas.

Tomo mengusap Surai berwarna kuning keemasan tersebut dengan sayang.

"Mereka akan beradaptasi dengan baik. Butuh waktu tapi mereka baik-baik saja. Jangan terlalu mencemaskan sesuatu yang belum terjadi, itu bisa menjadi seperti doa jika terlalu sering di pikirkan. Jess terlihat baik saat terakhir berkunjung ke rumah. Artinya pernikahan mereka tak ada masalah." Isadora mengangguk membenarkan.

Namun jauh di dalam lubuk hatinya, wanita itu masih meragukan makna kata baik-baik saja tersebut. Dia yakin Jess menantunya, sedang menyembunyikan sesuatu di balik senyum teduhnya, yang terlihat menenangkan.

🌹

🌹

Alissa terlihat menangis tergugu di gendongan sang ayah. Gadis kecil itu tak ingin ayahnya pergi lagi. Namun Kent harus tetap pulang. Jika dulu sebelum menikah dengan Jess, dia bisa saja menginap di sana hingga berhari-hari. Namun sekarang statusnya telah berbeda.

Dia tak ingin menambah daftar masalah baru, namun rupanya sang anak tak memahami keadaannya.

"Papa akan kembali lagi besok, oke?" Namun perkataan Kent hanyalah angin lalu di telinga sang anak. Gadis kecil itu semakin menangis kencang.

Kent menatap Melisa berharap wanita akan membantunya untuk membujuk Alisa. Namun Melisa seolah sengaja membiarkan Alisa terus menangis.

"Mel? Cobalah bujuk Eli. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Besok pagi-pagi sekali aku ada meeting penting dengan klien." Pinta Kent memohon pengertian wanita itu.

Melisa menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya mencoba meraih tubuh sang anak dari gendongan Kent.

"Sama mama aja yuk. Papa harus kembali bekerja, supaya bisa belikan Eli mainan dan baju princess yang banyak." Namun Eli lagi-lagi menolak dan sedikit berontak hingga nyaris terjatuh jika saja Kent tak sigap.

"Aku tak bisa memaksanya Kent, kenapa tak kau ajak saja Eli bersamamu. Mungkin dengan kehadiran Eli bisa sedikit membantumu untuk menjelaskan tentang keberadaan kami pada Jess." Kent menatap tajam pada Melisa.

Pria itu merasa Melisa sudah mulai lancang mengaturnya. Dan Kent tak suka wanita pembangkang.

"Maaf." Cicit Melisa menunduk takut.

Mendengar kalimat sang ibu, sontak membuat tangis Eli sedikit mereda. Gadis itu merengek agar di bawa serta. Dalam diamnya, Melisa menarik sudut bibirnya samar.

Kent mendesah panjang. Tak mungkin dia membawa Alissa pulang ke rumahnya, di mana Jess juga tinggal di sana.

"Tidak bisa sayang, rumah papa masih belum di renovasi. Masih berantakan dan di sana tidak ada kamar untukmu. Di sini saja, Eli memiliki kamar yang bagus, bukan? Pergilah ke mall, beli apa saja yang Eli inginkan. Bagaimana?" Gadis itu terdiam meski sesekali masih terlihat sesegukan.

Menatap sang ibu yang terlihat kecewa akan penolakan Kent terhadap putrinya. Namun wanita itu tetap mengangguk sembari tersenyum, menatap wajah yang sama kecewanya dengan dirinya.

Alissa akhirnya mau berpindah ke gendongan sang ibu. Kent bernafas lega. Pria itu berpamitan seperti biasanya. Setelah mencium wajah sang anak, Kent tak lupa mencium kening Melisa.

Setelah mobil yang membawa Kent tak lagi terlihat, Melisa terlihat menghubungi seseorang.

Sedangkan Eli menagih janji untuk berbelanja sepuasnya seperti ucapan sang ayah. Keduanya pergi tak lama setelah Kent meninggalkan kediaman mereka.

Sepanjang jalan, Kent merenungi jalam hidupnya yang tak semulus karirnya.

Banyak hal terjadi di luar kendalinya, dan dia seakan membiarkan itu terjadi begitu saja. Seperti menerima pernikahannya dengan Jess meski tak pernah mengenal wanita itu sebelumnya.

Kent memutuskan keputusan sepihak tersebut, tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan Melisa. Dan kini dia terjebak situasi yang rumit. Antara Jess istrinya, juga putrinya dan Melisa.

Tanggung jawabnya otomatis bertambah. Ada Jess di dalam lingkaran hidupnya sekarang yang tak dapat di abaikan begitu saja. Namun di kota lain, ada sang anak dan seorang wanita yang setia menanti kedatangannya dengan penuh kerinduan.

"Kita mampir tuan?" Kent tersentak dari lamunannya. Menatap ujung jalan yang rupanya daerah rest area.

"Mampir sebentar, aku perlu ke kamar kecil." Sang sopir mengangguk patuh.

Kent turun menuju ke sebuah toko jajanan. Pria itu membeli beberapa jenis makanan khas daerah tersebut sebagai oleh-oleh untuk istrinya, Jess. Dia tau Jess sangat menyukai makanan tersebut. Kue semprong, keripik pisang dan dodol.

Ada seulas senyum terbit di bibirnya, kala mengingat tingkah konyol wanita itu. Jess secara sembunyi-sembunyi membeli makanan tersebut di sebuah lapak pinggir jalan, lalu mengatakan jika itu adalah pesanan ibu panti.

Nyatanya Jess hanya memberikan separuhnya, sisanya wanita itu simpan di dalam laci di kamarnya. Jess tak ingin membuat Kent malu dengan seleranya yang kampungan.

"Ada lagi tuan?" Kent menggeleng pelan kemudian mengambil kantung belanjaannya. Pria itu memberikan uang lebih kepada sang pedagang. Membuat wanita tua itu tersenyum senang dan berteriak mengucapkan terimakasih. Kent hanya mengangkat tangannya untuk merespon tanpa menoleh.

🌹

🌹

Jess tiba di rumahnya pukul 8 malam. Teringat jika Kent tak pulang, membuatnya sedikit lebih leluasa untuk pulang kapan saja.

Namun setibanya di rumah. Wanita itu di buat keheranan dengan keberadaan mobil suaminya. Meski hatinya ketar ketir, Jess tetap berusaha terlihat tenang.

Saat melewati ruang keluarga, sebuah suara membuat langkah Jess terhenti.

"Ku pikir aku saja yang baru tiba. Ternyata kau lebih sibuk dariku rupanya." Jess bergeming mendengar kalimat bernada sindiran tersebut. Toh bukan salahnya jika Kent pulang terlebih dahulu. Bukankah pria itu mengatakan tak akan pulang malam ini?

"Aku baru pulang dari panti. Ku pikir kau tak akan pulang seperti katamu tadi pagi. Apa kau sudah makan malam?" Jess mengalihkan topik, pembicaraan mereka hanya akan menciptakan rasa tak nyaman bagi keduanya.

"Menurutmu?" Jess menatap ke arah meja makan. Wanita itu mendesah panjang lalu berjalan menuju ke arah dapur.

Tak pernah Jess menanyakan perihal makanan kesukaan suaminya. Kent melahap apa saja yang tersaji di meja tanpa banyak tanya apalagi protes. Dan itu cukup membuat hati Jess tenang.

Setelah berkutat membuatkan makan malam sederhana, Jess menatanya di atas meja. Kent menghampiri seperti biasanya tanpa di minta. Entah hubungan seperti apa yang tengah mereka jalani. Semua serba kaku dan tak ada kehangatan di dalamnya.

"Aku membelikan mu sedikit oleh-oleh. Ku taruh di meja dapur." Jess melirik sekilas. Dia sudah melihatnya tadi namun tak bertanya apapun.

"Terimakasih." Jess hanya duduk menikmati susu coklat miliknya. Dia sudah kenyang, namun seperti biasanya. Jess akan menemani Kent makan hingga pria itu selesai. Tak ada kalimat tanya mengapa Jess tak ikut makan, seperti sudah menjadi hal yang lumrah terjadi.

Selesai makan malam, Kent meninggalkan meja makan tanpa kata. Menaiki anak tangga dengan langkah lebar namun kali ini terasa sedikit berat.

Ada hasrat untuk memulai percakapan dengan sang istri, namun suasana yang canggung dan kaku. Membuat Kent mengurungkan niatnya.

Sementara Jess membersihkan bekas makan sang suami. Dalam diamnya Jess berharap pernikahan mereka segera berakhir sesuai kesepakatan yang telah mereka tandatangani bersama. Dia tak sanggup lagi bertahan untuk waktu yang lama, rasanya seperti siksaan namun Jess tak dapat menjelaskan apa yang terjadi padanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa cintanya gengs😘😘🤗🤗

Lope lope para kesayangan buna Qaya 🥰🤍🤍🤍🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!