Bab 3

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, favorit, komen n likenya, oke😘😘🙏🙏

Jejak kalian merupakan penyemangat bagi author untuk rajin update 👌👌😚😚

👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸

Isadora menatap layar ponselnya berkali-kali. Berharap seseorang yang dia hubungi mengangkat panggilannya. Namun hingga panggilan kelima, panggilannya tak kunjung mendapatkan jawaban.

Meski kecewa, namun wanita itu tetap berpikir positif. Mungkin sang menantu sedang sibuk, begitulah pikirnya.

"Kok muram mam? Tidak di angkat sama Jess?" Tebak sang suami menatap iba pada sang istri.

Anggukan lesu itu menjelaskan arti dari wajah cemberut istrinya. Wajah bule yang cantik itu membuatnya tak mampu untuk berpaling, meski kini usianya tak lagi muda.

"Mungkin Jess berkunjung ke panti. Mama tau bagaimana Jess sangat menyayangi adik-adiknya di sana. Rumah mereka pasti sepi jika Kent berangkat bekerja. Semoga saja kita segera mendapatkan kabar baik satu dua bulan ke depan." Hibur sang suami menenangkan hati istrinya.

"Papa benar. Entah kenapa mereka tidak ingin menempatkan pekerja di rumah. Jadi Jess tak akan merasa sangat kesepian di rumah besar itu." Tomo hanya tersenyum sembari menggeleng pelan. Istrinya selalu protes jika berkunjung ke rumah anak menantu mereka.

Kent dan Jess sengaja hanya menyewa pekerja harian. Alasan privasi, keduanya sepakat untuk tak memperkejakan ART tetap yang tinggal di rumah.

"Apa menurut papa pernikahan mereka baik-baik saja pap? Mama hanya sedikit khawatir, takut salah mengambil keputusan. Perjodohan ini terlalu mendadak meski Kent tak menolak sama sekali." Tutur Isadora terlihat cemas.

Tomo mengusap Surai berwarna kuning keemasan tersebut dengan sayang.

"Mereka akan beradaptasi dengan baik. Butuh waktu tapi mereka baik-baik saja. Jangan terlalu mencemaskan sesuatu yang belum terjadi, itu bisa menjadi seperti doa jika terlalu sering di pikirkan. Jess terlihat baik saat terakhir berkunjung ke rumah. Artinya pernikahan mereka tak ada masalah." Isadora mengangguk membenarkan.

Namun jauh di dalam lubuk hatinya, wanita itu masih meragukan makna kata baik-baik saja tersebut. Dia yakin Jess menantunya, sedang menyembunyikan sesuatu di balik senyum teduhnya, yang terlihat menenangkan.

🌹

🌹

Alissa terlihat menangis tergugu di gendongan sang ayah. Gadis kecil itu tak ingin ayahnya pergi lagi. Namun Kent harus tetap pulang. Jika dulu sebelum menikah dengan Jess, dia bisa saja menginap di sana hingga berhari-hari. Namun sekarang statusnya telah berbeda.

Dia tak ingin menambah daftar masalah baru, namun rupanya sang anak tak memahami keadaannya.

"Papa akan kembali lagi besok, oke?" Namun perkataan Kent hanyalah angin lalu di telinga sang anak. Gadis kecil itu semakin menangis kencang.

Kent menatap Melisa berharap wanita akan membantunya untuk membujuk Alisa. Namun Melisa seolah sengaja membiarkan Alisa terus menangis.

"Mel? Cobalah bujuk Eli. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Besok pagi-pagi sekali aku ada meeting penting dengan klien." Pinta Kent memohon pengertian wanita itu.

Melisa menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya mencoba meraih tubuh sang anak dari gendongan Kent.

"Sama mama aja yuk. Papa harus kembali bekerja, supaya bisa belikan Eli mainan dan baju princess yang banyak." Namun Eli lagi-lagi menolak dan sedikit berontak hingga nyaris terjatuh jika saja Kent tak sigap.

"Aku tak bisa memaksanya Kent, kenapa tak kau ajak saja Eli bersamamu. Mungkin dengan kehadiran Eli bisa sedikit membantumu untuk menjelaskan tentang keberadaan kami pada Jess." Kent menatap tajam pada Melisa.

Pria itu merasa Melisa sudah mulai lancang mengaturnya. Dan Kent tak suka wanita pembangkang.

"Maaf." Cicit Melisa menunduk takut.

Mendengar kalimat sang ibu, sontak membuat tangis Eli sedikit mereda. Gadis itu merengek agar di bawa serta. Dalam diamnya, Melisa menarik sudut bibirnya samar.

Kent mendesah panjang. Tak mungkin dia membawa Alissa pulang ke rumahnya, di mana Jess juga tinggal di sana.

"Tidak bisa sayang, rumah papa masih belum di renovasi. Masih berantakan dan di sana tidak ada kamar untukmu. Di sini saja, Eli memiliki kamar yang bagus, bukan? Pergilah ke mall, beli apa saja yang Eli inginkan. Bagaimana?" Gadis itu terdiam meski sesekali masih terlihat sesegukan.

Menatap sang ibu yang terlihat kecewa akan penolakan Kent terhadap putrinya. Namun wanita itu tetap mengangguk sembari tersenyum, menatap wajah yang sama kecewanya dengan dirinya.

Alissa akhirnya mau berpindah ke gendongan sang ibu. Kent bernafas lega. Pria itu berpamitan seperti biasanya. Setelah mencium wajah sang anak, Kent tak lupa mencium kening Melisa.

Setelah mobil yang membawa Kent tak lagi terlihat, Melisa terlihat menghubungi seseorang.

Sedangkan Eli menagih janji untuk berbelanja sepuasnya seperti ucapan sang ayah. Keduanya pergi tak lama setelah Kent meninggalkan kediaman mereka.

Sepanjang jalan, Kent merenungi jalam hidupnya yang tak semulus karirnya.

Banyak hal terjadi di luar kendalinya, dan dia seakan membiarkan itu terjadi begitu saja. Seperti menerima pernikahannya dengan Jess meski tak pernah mengenal wanita itu sebelumnya.

Kent memutuskan keputusan sepihak tersebut, tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan Melisa. Dan kini dia terjebak situasi yang rumit. Antara Jess istrinya, juga putrinya dan Melisa.

Tanggung jawabnya otomatis bertambah. Ada Jess di dalam lingkaran hidupnya sekarang yang tak dapat di abaikan begitu saja. Namun di kota lain, ada sang anak dan seorang wanita yang setia menanti kedatangannya dengan penuh kerinduan.

"Kita mampir tuan?" Kent tersentak dari lamunannya. Menatap ujung jalan yang rupanya daerah rest area.

"Mampir sebentar, aku perlu ke kamar kecil." Sang sopir mengangguk patuh.

Kent turun menuju ke sebuah toko jajanan. Pria itu membeli beberapa jenis makanan khas daerah tersebut sebagai oleh-oleh untuk istrinya, Jess. Dia tau Jess sangat menyukai makanan tersebut. Kue semprong, keripik pisang dan dodol.

Ada seulas senyum terbit di bibirnya, kala mengingat tingkah konyol wanita itu. Jess secara sembunyi-sembunyi membeli makanan tersebut di sebuah lapak pinggir jalan, lalu mengatakan jika itu adalah pesanan ibu panti.

Nyatanya Jess hanya memberikan separuhnya, sisanya wanita itu simpan di dalam laci di kamarnya. Jess tak ingin membuat Kent malu dengan seleranya yang kampungan.

"Ada lagi tuan?" Kent menggeleng pelan kemudian mengambil kantung belanjaannya. Pria itu memberikan uang lebih kepada sang pedagang. Membuat wanita tua itu tersenyum senang dan berteriak mengucapkan terimakasih. Kent hanya mengangkat tangannya untuk merespon tanpa menoleh.

🌹

🌹

Jess tiba di rumahnya pukul 8 malam. Teringat jika Kent tak pulang, membuatnya sedikit lebih leluasa untuk pulang kapan saja.

Namun setibanya di rumah. Wanita itu di buat keheranan dengan keberadaan mobil suaminya. Meski hatinya ketar ketir, Jess tetap berusaha terlihat tenang.

Saat melewati ruang keluarga, sebuah suara membuat langkah Jess terhenti.

"Ku pikir aku saja yang baru tiba. Ternyata kau lebih sibuk dariku rupanya." Jess bergeming mendengar kalimat bernada sindiran tersebut. Toh bukan salahnya jika Kent pulang terlebih dahulu. Bukankah pria itu mengatakan tak akan pulang malam ini?

"Aku baru pulang dari panti. Ku pikir kau tak akan pulang seperti katamu tadi pagi. Apa kau sudah makan malam?" Jess mengalihkan topik, pembicaraan mereka hanya akan menciptakan rasa tak nyaman bagi keduanya.

"Menurutmu?" Jess menatap ke arah meja makan. Wanita itu mendesah panjang lalu berjalan menuju ke arah dapur.

Tak pernah Jess menanyakan perihal makanan kesukaan suaminya. Kent melahap apa saja yang tersaji di meja tanpa banyak tanya apalagi protes. Dan itu cukup membuat hati Jess tenang.

Setelah berkutat membuatkan makan malam sederhana, Jess menatanya di atas meja. Kent menghampiri seperti biasanya tanpa di minta. Entah hubungan seperti apa yang tengah mereka jalani. Semua serba kaku dan tak ada kehangatan di dalamnya.

"Aku membelikan mu sedikit oleh-oleh. Ku taruh di meja dapur." Jess melirik sekilas. Dia sudah melihatnya tadi namun tak bertanya apapun.

"Terimakasih." Jess hanya duduk menikmati susu coklat miliknya. Dia sudah kenyang, namun seperti biasanya. Jess akan menemani Kent makan hingga pria itu selesai. Tak ada kalimat tanya mengapa Jess tak ikut makan, seperti sudah menjadi hal yang lumrah terjadi.

Selesai makan malam, Kent meninggalkan meja makan tanpa kata. Menaiki anak tangga dengan langkah lebar namun kali ini terasa sedikit berat.

Ada hasrat untuk memulai percakapan dengan sang istri, namun suasana yang canggung dan kaku. Membuat Kent mengurungkan niatnya.

Sementara Jess membersihkan bekas makan sang suami. Dalam diamnya Jess berharap pernikahan mereka segera berakhir sesuai kesepakatan yang telah mereka tandatangani bersama. Dia tak sanggup lagi bertahan untuk waktu yang lama, rasanya seperti siksaan namun Jess tak dapat menjelaskan apa yang terjadi padanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa cintanya gengs😘😘🤗🤗

Lope lope para kesayangan buna Qaya 🥰🤍🤍🤍🥰

Terpopuler

Comments

Herlina M. Siman

Herlina M. Siman

mungkin itu bukan anaknya mungkin anak campur

2025-01-09

0

Mommy Ghina

Mommy Ghina

kasihan Alissa, seharusnya Kent gak usah menikahi Jess kalau sudah punya anak. berarti Jess istri kedua dong? kasihan si Jess

2023-02-04

3

✓^p€m|_|£@✓

✓^p€m|_|£@✓

suka suka lah

2023-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!