Jangan lupa tinggalkan jejak ya gauy🤗🙏
Favorit, komen n like gak berbayar kok👌🤭😘😘
👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸
Tak terasa, dua bulan lebih telah berlalu. Jess sudah terbiasa tanpa kehadiran Kent di rumah mereka. Wanita itu jadi lebih leluasa bepergian kemanapun dia inginkan.
Seperti saat ini, Jess tengah berbelanja kebutuhan pokok untuk anak-anak di panti. Wanita itu terlihat berkutat di bawah terik matahari di parkiran sebuah pasar induk.
"Belanja bulanan neng?" Sapa sang tukang parkir ramah. Pak Jamal sudah mengenal wanita itu sejak sekolah menengah pertama. Jess kerap kali menemani sang ibu berbelanja ke pasar tersebut, dan bertemu dengan pak Jamal di sana.
"Ya pak. Kebetulan lagi ada rejeki mau ada acara syukuran kecil-kecilan untuk anak-anak." Jelas Jess balas tersenyum ramah.
Setelah mengikat dus hingga dua susun di jok belakang. Pak Jamal membantu menaikkan satu dus lagi di bagian depan juga dua kantung plastik besar di sisi kirinya. Cantolan yang sengaja di buat oleh Jess di sebuah bengkel reparasi.
"Udah neng. Ini yakin kuat?" Ujar pak Jamal terlihat khawatir. Jess melirik plastik besar tersebut dengan perasaan sedikit ragu. Namun motornya sudah sarat akan muatan. Hanya di cantolan itulah tempat terkahir yang bisa di gunakan.
"Aman deh sepertinya. Atau satu kantung plastik naik sini aja pak, bair tidak terlalu berat." Usul Jess yang di setujui oleh pak Jamal.
Setelah di rasa aman, Jess meninggalkan lahan parkir pasar. Sebelumnya wanita itu sudah menyelipkan uang di dalam tas butut milik pak Jamal, karena pria itu yang selalu menolaknya. Pria paruh baya itu tau jika keuangan Jess tak jauh berbeda dengan kehidupannya yang serba cukup. Cukup makan dan cukup mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari bagi mereka yang pandai bersyukur.
Di lampu merah, Jess terlihat gelisah. Dus di belakang punggungnya terasa menghimpit. Belum lagi beban bawaannya yang ada di jok depan.
Di dalam sebuah mobil mewah, seorang pria menatap nanar ke arah motor yang sangat dia kenali tersebut. Terlihat seorang wanita beberapa kali menyeka keringatnya melalui celah helm.
Terik siang itu memang membuat sebagian orang enggan untuk bepergian menggunakan kendaraan roda dua. Namun Jess tak punya pilihan lain. Hanya kendaraan itulah yang dia miliki, selain memang dia tak bisa menyetir mobil.
"Apa kau sudah mengurus mobil yang aku minta?" Adit yang juga sejak tadi terus menatap ke arah sang nyonya tersentak kaget.
Dengan gugup pria itu menjawabnya.
"Itu..sudah tuan. saya sudah memesannya, akan tiba sebelum surat cerai di tandatangani." Sahut Adit kembali melirik sang nyonya, yang entah kenapa terlihat begitu seksi dengan menunggangi motor gedenya.
Jangan tanya kenapa Jess bisa memiliki motor tersebut. Motor itu dia dapatkan dengan membelinya melalui sales dealer motor seken. Seorang teman yang bekerja di sana menawarkan motor tersebut, kala ada seorang yang datang menjualnya di dealer tempatnya bekerja.
Dia tau Jess sangat menyukai motor, Jess pernah beberapa kali ikut balap liar ketika masih sekolah dengan meminjam motornya atau teman yang lain. Wanita itu tak pernah kalah, kepiawaiannya dalam menunggangi kuda besi tersebut patut di acungi jempol.
Semua demi selembar kertas yang berfungsi untuk menyambung hidup adik-adiknya di panti asuhan.
Kembali pada Kent dan Adit. Kedua pria itu tak memalingkan pandangan mereka barang sekejap. Seakan pemandangan di di depan mereka adalah hal yang sangat indah untuk di pandang mata.
Ketika lampu lalu lintas mulai berubah warna, adit tanpa sadar berdecak kesal. Dan itu terdengar jelas oleh Kent.
Membuat kerutan di kening Kent berlipat bagai lemak perut. Ada rasa jengkel mendengar suara decakan dari lidah Adit. Sangat terlihat jika sang asisten mengagumi istrinya. Sungguh Kent tak suka.
🌹
🌹
Melisa telah pada keputusan bulatnya. Wanita itu tengah menumpang sebuah mobil travel bersama sang anak menuju ibukota.
Tujuannya jelas, untuk menyambangi kediaman Kent. Sudah dua bulan ini Kent tak pernah datang mengunjungi mereka. Pria itu hanya rutin mengirimkan sejumlah uang dan sesekali menelpon sang anak. Itupun butuh waktu yang cukup membuat emosi jiwa, karena panggilan baru akan di angkat ketika sudah belasan bahkan puluhan kali.
Melisa tak lagi dapat mentolerir rasa abai Kent terhadapnya dan Alissa. Pria itu telah mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah bagi putri semata wayang mereka.
"Eli, ingat apa yang mama katakan di rumah tadi?"
"Ingat ma, Eli harus merengek sama papa sampai papa mengijinkan kita tinggal bersama di rumah papa di Jakarta. Begitu'kan ma?" Jawab Alissa polos sambil menatap wajah sang ibu.
Melisa tersenyum puas kemudian mengangguk mantap. Di ciumnya kening sang anak, yang menjadi sumber kebahagiaan juga pokok uangnya.
Sementara Melisa tengah dalam perjalanan, Jess tengah sibuk berkutat bersama ibu Maria dan beberapa tetangga dekat mereka di dapur sederhana milik panti tersebut.
Semua anak-anak yang sepantaran, akan di samakan tanggal ulang tahunnya. Itu karena mereka tidak mengetahui pasti, kapan anak-anak itu di lahirkan.
Di kantor, Kent masih terus di bayangi oleh pertemuan tak sengajanya dengan sang istri tadi. Sungguh dia berusaha menghindari pertemuan dengan wanita itu, namun semesta seolah sengaja mempertemukan mereka.
Tok tok tok
Perhatikan Kent teralihkan dari kaca besar di hadapannya.
Terlihat Adit masuk dengan ekspresi wajah yang tak karuan. Kent sedikit heran. Tak ada masalah kantor setaunya hingga membuat sang asisten harus menghadapi situasi Sulit.
"Maaf tuan, saya hanya ingin mengabarkan. Jika...jika nyonya..." Adit meraup nafas dalam-dalam. Kent tak suka di buat penasaran.
"Katakan dengan jelas, Dit. Kau tau aku bukan orang yang sabar." Adit mengangkat wajahnya. Berusaha untuk menyampaikan berita yang mungkin saja akan menambah beban pikiran sang atasan.
"Nyonya Melisa, sedang dalam perjalanan ke kota ini bersama nona Alissa. Mereka menuju rumah kediaman nyonya Jess menggunakan mobil travel." Lega! Satu kata yang dapat mewakili goncangan jiwanya saat ini. Namun juga dapat menjadi petaka bagi seorang Aditya.
Andai Kent dapat mendengar suara isi hati sang asisten. Mungkin Adit akan mendapatkan SP terakhir tanpa melewati SP 1 dan 2 terlebih dahulu.
Kent berbalik kembali menatap jalanan nun jauh di bawah sana. Helaan nafas berat terdengar hingga ke telinga Adit. Membuat pria itu serba salah sekaligus takut.
"Bagaimana bisa Melisa mengetahui alamat rumahku? Aku bahkan tak pernah mengobrol panjang dengan wanita itu. Apalagi membahas soal alamat rumah dan lainnya." Suara berat Kent cukup membuat nyali Adit ciut seketika.
Dengan gugup pria itu mengakui satu dosa besarnya pada sang atasan.
"Se... sebenarnya... Seminggu yang lalu nyonya Melisa mengirimkan pesan kepadaku tuan. Nyonya meminta alamat rumah tuan dengan mengatakan pesan yang tuan kirim terhapus oleh nona Eli. Jadi meminta ulang kepadaku, karena tak enak mengganggu tuan bekerja." Terang Adit dengan nada penuh ketakutan.
Kent kembali mendesah panjang. Inilah yang dia tak sukai dari Melisa. Wanita itu pandai memonopoli keadaan.
"Berapa lama kau bekerja padaku, Dit? Kenapa kau masih belum memahamiku dengan baik?" Aditya tak mampu menjawab. Dia di teror oleh pesan Melisa juga panggilan yang menggangu meetingnya dengan seorang klien. Untuk itu tanpa pikir panjang, Aditya pun mengirim alamat sang tuan.
"Pastikan Jess tidak sedang berada di rumah. Aku akan mengatasi Melisa. Cancel semua jadwalku siang hingga Sore hari ini. Kau tangani masalah kantor, aku akan menuntaskan masalah yang kau ciptakan." Lanjut Kent dengan nada datar.
Gluk!
Adit meneguk ludah kasar, serasa menelan biji duren.
"Ba..baik tuan. Sekali lagi kaafkan kecerobohanku." Sesal Adit menunduk dalam. Rasa bersalah menyeruak dalam hatinya sekarang. Bagaimana bisa dia menyelamatkan perceraian kedua majikannya, jika dia sendiri telah menciptakan masalah baru di antara keduanya.
"Dasar kau asisten bodoh, Dit! Bagaimana bisa kau kembali terperdaya oleh nyonya Melisa. Dasar bodoh! Dungu! Goblok! idiot!" Umpat Adit sepanjang lorong menuju pantry.
Risma menatap ngeri melihat tingkah aneh sang asisten. Wanita itu bergidik kemudian berjalan cepat mendahului Adit yang ada di hadapannya.
"Apa dia sudah mulai gila? Bisa-bisanya dia mengumpati dirinya sendiri dengan begitu bersemangat seperti itu. Dasar tidak waras." Gerutu Risma terheran-heran.
Kent berniat menghubungi Jess, namun teringat jika dirinya bahkan tak memiliki nomor ponsel wanita itu. Kent merutuki kebodohannya.
"Dasar asisten ceroboh! Sudah berapa kali Melisa memperdayainya dan masih saja dia mudah mempercayai wanita itu begitu saja." Kesal Kent terdengar geram.
Cengkramannya dikemudi semakin kencang. Itu karena Kent tengah dilanda kecemasan luar biasa. Entah mengapa dia begitu khawatir jika Jess mengetahui tentang Melisa dan putrinya. Padahal bukan begini seharusnya.
Lebih cepat wanita itu mengetahui tentangnya, maka rencananya untuk meninggalkan Jess semakin mudah.
Tapi apa ini, dia malah merasa ketakutan jika wanita itu meninggalkannya dan terluka. Sungguh semua rencana Kent buyar seketika.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lope lope para kesayangan buna Qaya 🥰🥰😚😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
he...he..he...seru juga...
2023-06-04
1
Mommy Ghina
semoga Jess tahu
2023-02-04
1
✓^p€m|_|£@✓
dasar tukang hasut
2023-02-03
1