The Curse Of Black Swan

The Curse Of Black Swan

Monster Penunggu Danau Kerr

Bab 1 Monster Penunggu Danau Kerr

Terdapat sebuah hutan belantara yang gelap dan suram. Bahkan ketika siang, cahaya matahari kesulitan menelusup ke dalam. Demi memberi terang.

Namanya Hutan Rahasia, karena hutan itu menyimpan begitu banyak rahasia. Salah satu rahasianya adalah sebuah danau yang terletak di sisi barat hutan itu.

Sisi tergelap dan paling menyeramkan yang jarang sekali tersentuh oleh tangan manusia. Dingin, gelap dan berkabut. Maka penduduk sekitar hutan menyebutnya Danau Kerr.

Bahkan, rumor berkembang bahwa di sana terdapat monster hitam besar penunggu danau tersebut. Ia memiliki moncong merah dan mata menyala.

Monster itu selalu berada di permukaan air, seolah waspada pada setiap manusia yang mendatangi tempat itu. Ia siap menerkam siapapun yang mendekati danau.

Rumor itu terus berkembang, hingga membuat wilayah sekitar Danau Kerr menjadi tak terjamah manusia. Karena terkenal angker dan seram.

Banyak ksatria dan para pemburu yang datang karena penasaran, tapi tak satu pun dari mereka yang pulang dalam keadaan baik-baik saja.

Mereka memang selamat, tetapi akan keluar dari Hutan Rahasia dalam keadaan terluka. Tidak hanya itu, mereka juga kapok untuk datang kembali ke sana.

"Karena semua itu..., adalah ulah kita!" Terbahak-bahak seekor katak hijau besar disusul beberapa binatang yang lain.

Sepasang rusa, tiga ekor gagak hitam, sekawanan kera abu-abu, seekor kelinci bercorak hitam putih, dan masih banyak yang lain.

Benar! Rumor yang berkembang serta orang-orang yang keluar dari Hutan Rahasia dalam keadaan celaka, adalah ulah binatang-binatang itu.

Akan tetapi, mereka melakukannya bukan tanpa alasan. Demi menjaga dan melindungi Hutan Rahasia serta Danau Kerr tercinta mereka, para binatang itu tak membiarkan siapapun masuk dengan niat tidak baik.

Di pinggir danau, seekor angsa hitam tak ikut tertawa tetapi hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya sedang begitu senang.

Rasanya, ia perlu berterima kasih pada mereka semua. Sebab, belakangan ini, sedang santer sebuah sayembara. Bahwa yang bisa menangkap monster penunggu Danau Kerr, akan diberikan hadiah satu juta koin emas oleh sang raja.

Sedangkan, monster penunggu danau yang dimaksud adalah dirinya.

Fayre Olaf. Ia pandangi cerminan dirinya pada permukaan air danau. Cahaya matahari yang terang membuat air danau yang jernih jadi berkilau.

Danau Kerr yang sebenarnya adalah sebuah wilayah yang asri dan hijau. Berada di ketinggian, membuat hawa di sekitar danau terasa sejuk. Dan karena tak terjamah manusia, daerah itu jadi terasa aman, nyaman dan tentram.

Danau Kerr yang gelap, angker dan suram bukanlah sebuah kebohongan. Akan tetapi, hal itu akan nampak pada setiap mana manusia yang penuh dengan ambisi dan pikiran buruk.

Seluruh Hutan Rahasia dipenuhi banyak sihir. Terutama di area barat, di mana Danau Kerr berada. Adalah ulah para penyihir selama 100 tahun belakangan. Yang tidak menginginkan seorang manusia pun menginjakkan kakinya ke sana.

Ada hal yang harus selalu mereka sembunyikan. Dan itu adalah Fayre, Fayre Olaf. Seekor angsa hitam penunggu Danau Kerr, selama 100 tahun belakangan ini. Sebab, jika keberadaan Fayre dianggap membahayakan keselamatan nyawa para penyihir.

Leher panjangnya melengkung, membuat bentuk lingkaran ketika paruhnya yang berwarna merah hendak membersihkan bulu-bulu di bagian sayap.

Fayre adalah seekor angsa yang begitu cantik dan menawan. Ukurannya lebih besar dibandingkan ukuran angsa pada umumnya. Dia memiliki paruh merah terang serta bulu-bulu hitam yang berkilau.

Gambaran monster yang tersebar melalui rumor kepada para penduduk, sebenarnya kurang lebih mengambil bentuk identik Fayre yang lebih besar dari pada angsa yang lain. Para binatang melebih-lebihkan, supaya tak ada yang berani mendatangi danau.

Sebagai penanda bahwa dia adalah seorang peri, terdapat mahkota kecil di kepalanya. Tiara indah berkilau yang akan menyesuaikan bentuk, ketika Fayre berubah menjadi manusia. Mahkota itu akan selalu ada di atas kepalanya.

"Fayre!" panggil rusa betina bernama Lidya.

"Hm-." Dalam wujud angsanya, Fayre menoleh pelan.

Sungguh pun hal itu merupakan wujud keanggunan sejati meskipun si angsa sedang menoleh dengan malas.

"Sebentar lagi hari ketujuh bulan ini. Apa rencanamu kali ini saat kau berubah menjadi manusia?" tanya Lidya dan yang lain pun ikut penasaran.

Penduduk sekitar danau adalah para binatang yang bisa bicara. Mereka dulunya adalah manusia yang disihir menjadi binatang karena tak mau mengikuti perintah para penyihir.

"Apa kau akan pergi ke desa lagi? Bisakah aku ikut?" Si kelinci hitam putih bertanya dengan wajah lucu dan imut.

Hampir setiap siang, sekawanan hewan itu akan berkumpul di pinggir danau. Saling berbincang, berbagi makanan dan yang terutama adalah mengajak Fayre bicara. Karena meskipun ramah, angsa hitam itu lebih banyak diam jika tidak ditanya.

Pernah sekali waktu ia bicara pada katak hijau besar. Namanya Fros. Alasan ia jarang bicara adalah, karena bosan dan jenuh dengan keadaan yang sudah ia jalani selama seratus tahun belakangan ini.

Fros adalah binatang yang paling lama tinggal di danau itu, selain Fayre. Sudah hampir 50 tahun Fros tinggal di sana. Mereka berteman cukup lama, sehingga Fros sangat memahami perasaan Fayre saat ini.

"Entahlah-," jawab Fayre singkat.

Lalu, angsa hitam itu berenang menyusuri sisi permukaan danau yang lain. Ia pergi menjauh.

Suasana yang tadinya riang, saat para binatang sedang bercerita tentang pencapaian mereka yang bisa mempertahankan keamanan wilayah pun mendadak berubah muram.

Mereka semua saling pandang dengan wajah sedih.

Pada hari ketujuh di setiap bulan, Fayre akan berubah menjadi manusia selama 7 hari. Lalu setelah itu, ia akan berubah menjadi angsa hitam lagi.

"Padahal, dulu Fayre sangat ceria. Dia selalu bisa menghidupkan suasana. Senyum yang dulu indah, sekarang jadi jarang terlihat." Kelinci belang hitam putih bernama Blaster bercerita.

Yang lain membenarkan sambil memandang kepergian Fayre dengan tatapan nanar dan sendu. Sepertinya, Fayre sangat menikmati kesendiriannya.

"Ah, aku jadi menyesal sudah bertanya seperti itu!" sesal Lidya. Ia sandarkan kepalanya pada kepala pejantannya, Lory.

"Tidak apa-apa, Sayang! Itu bukan salahmu! Mungkin saja, Fayre sedang banyak pikiran." Lory menenangkan pasangannya. Menggesekkan wajahnya pada kepala Lidya, memberikan kenyamanan.

Wajah lucu Fross amat sedih memandang Fayre yang kian menjauh. "Aku akan bicara dengannya. Mungkin dia mau mengatakan sesuatu," ucapnya pada yang lain. Setelah itu ia menceburkan diri ke air. Menyusul Fayre dengan gerakan keempat kakinya yang membelah air danau.

"Fayre! Fayre-," panggil Fross sambil terus berenang menyusul.

Tak dihiraukan panggilan itu, si angsa hitam tetap melaju pelan. Ia yakin, si katak hijau pasti bisa menyusul.

Fross tambah kecepatan renangnya, semakin tak sabar karena Fayre malah mengacuhkannya. “Fayre, tunggu aku!”

Si angsa hitam menoleh sebentar saat Fross sudah tiba di sisinya. Mereka kini menyusuri permukaan danau beriringan.

“Sebenarnya, apa yang terjadi, Fayre? Apa kau sadar, sudah setahun belakangan ini kau terlihat murung. Kau bahkan bersikap dingin dan acuh pada teman-teman.”

Katak itu melayangkan protes, tapi tetap dengan nada lembut dan tak kencang. Ia tak ingin menyinggung teman angsanya itu sama sekali.

“Kami ini teman-temanmu, Fayre! Keluargamu! Katakan-ceritakan, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu! Mungkin kami bisa membantu, atau setidaknya kau bisa berbagi bebanmu dengan kami.”

Fayre berhenti berenang. Leher panjangnya bergerak pelan. Menoleh pada Fross yang sudah sampai di sampingnya.

“Fross!” panggil angsa itu pelan.

“Hm-?”

“Tahun ini-tepat seratus tahun setelah aku menerima kutukan.”

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!