Rapat Darurat

Bab 2 Rapat Darurat

“Serius?” kaget Fross. Mata besarnya di atas kepala hampir melompat keluar. Katak itu berenang sampai berada di depan teman angsanya. Memasang wajah penasaran.

Ia kira masih ada beberapa tahun lagi. Ia pikir bukan tahun ini. Fross sangka masih ada beberapa waktu lagi untuk mereka berharap.

“Kau lihat pohon beringin itu-!” Fayre menunjuk sebuah pohon beringin lebat di pinggir danau, dengan sayap hitamnya yang menawan. “Hitunglah! Setiap tahun berganti, aku selalu menandai batang pohon itu. Dan kini, adalah tahun terakhir aku boleh berharap.” Pandangan mata Fayre tak berubah tapi tertangkap nuansa sendu.

Bola matanya bergetar. Sedih, frustasi dan putus asa sedang ia atasi sendiri dengan bungkam. Fayre membangun dingin dan sunyi, agar ia semakin terbiasa dengan kehidupan di sana. Dalam kesendirian. Dan mungkin, ia tak akan bisa kembali pada dunia asalnya. Pada wujudnya yang semula.

Fross melompat ke arah batu besar di dekat sana. Lantas membekap mulut yang hendak menyuarakan kaget berbalut kepedihan. Begitu sedih dan pedih hatinya sebagai seorang teman.

Hampir semua binatang yang ada di sana dulunya adalah manusia. Mereka berubah wujud karena ulah para penyihir. Dan hanya Fayre dan Fross yang seorang peri, karenanya mereka memiliki umur dan masa kutukan yang lebih lama dibandingkan yang lain.

Fross memiliki masa hukuman selama 60 tahun. Sekitar sepuluh tahun lagi ia akan bisa terlepas dari kutukannya. Beruntungnya, hal itu bisa terjadi tanpa syarat.

Sedangkan Fayre, karena bukan penyihir yang memberinya hukuman. Maka, jika ingin hukumannya hilang, Fayre harus menemukan seseorang yang dapat mencintainya tulus apa adanya.

Sebelum masa hukumannya lewat, sebelum seratus tahun ini berganti. Karena jika tidak, Fayre selamanya akan hidup sebagai seekor angsa hitam. Ia tidak akan bisa lagi kembali ke dunianya berasal.

“..., 97, 98, 99....” Fross selesai menghitung dengan keempat jari kataknya. Lalu menatap Fayre lagi dengan tak percaya. “Benar, Fayre! Tahun ini-.” Suara Fross nampak tercekat.

“Ha-.” Dibuka Fayre merahnya, membuang napas pasrah ke samping.

Fross buru-buru melompat ke air. Ia berenang mendekati teman angsanya. Lalu melompat lagi dan naik ke punggung Fayre. Fross memeluk leher panjang Fayre begitu erat.

“Tenang saja, Fayre! Masih ada waktu, masih ada 4 bulan lagi sebelum tahun berganti. Aku yakin, kau pasti akan menemukan cinta sejatimu.” Mata Fross memejam. Menahan air mata agar tak luruh dan membasahi bulu-bulu halus milik temannya.

Ia tak ingin Fayre tahu bahwa ia begitu sedih karena kenyataan itu. Dia saja yang hanya mendengar berita itu, bisa menjadi begitu sedih. Lalu, bagaimana dengan Fayre sendiri yang mengalaminya? Pantas saja, jika setahun belakangan teman angsanya itu berubah dingin dan muram.

Fross pikir, daripada menunjukkan empati dan menyelami apa yang Fayre rasakan saat ini. Lebih baik dirinya memberi semangat dan keceriaan pada si angsa hitam.

Nanti, jika ia ingin menangis, akan ia lakukan jika Fayre sudah kembali ke sarangnya. Ia akan menangis sepuasnya sampai kulit kataknya berubah warna.

“Tidak usah menghiburku! Aku sudah cukup kuat untuk menerima kemungkinan terburuk, sekali pun.” Dengan paruhnya, Fayre angkat tubuh katak hijau besar yang duduk di atas punggung. Lalu, meletakkan tubuh Fross di atas permukaan air lagi.

"Jangan melihatku dengan begitu menyedihkan!" pinta Fayre setengah memerintah. "Aku tak suka dikasihani!" ungkapnya lagi bernada dingin.

"A-aku..., tidak melakukannya!" sangkal Fross buru-buru dan gelagapan. "Aku hanya sedang melihat betapa cantiknya angsa hitam kebanggaan Danau Kerr kami." Lalu buru-buru mendekat dan mengusap bulu-bulu hitam berkilau milik Fayre.

"Aku memang cantik!" acuh Fayre berkata sembari mengepakkan kedua sayap indahnya.

Dengan begitu, Fross jadi terhempas. Terguling ke samping, hampir saja tenggelam karena hilang keseimbangan.

"Ch! Kau cantik, tapi jahat!" decak katak itu. Dengan wajah jeleknya ia melompat ke batu tadi lagi. "Fayre!" Tapi kemudian ia memanggilnya dengan lembut dan penuh perhatian.

"Apa?" sahut si angsa dingin.

Sekali lagi, ia tak suka dikasihani. Bahkan jika itu adalah suara atau pandangan mata sekali pun. Ia tak semenyedihkan itu. Dia bukan akan mati. Ia tetap hidup, tapi bagai makhluk yang sudah mati. Hatinya mati.

"Setidaknya, tunjukkan senyummu yang dulu lagi. Kami semua sangat merindukannya-," pinta Fross penuh permohonan.

Harapan dari setiap semua teman binatang yang sedih melihat perubahan Fayre dalam beberapa waktu belakangan.

"Hh, entahlah, Fross! Sepertinya, aku lupa bagaimana caranya untuk tersenyum." Angsa hitam itu langsung berenang lagi ke tepian.

Mendekati pohon beringin tempat dirinya mengkalkulasi masa hukuman yang sudah ia alami hampir satu abad ini.

“Jangan minta aku untuk tersenyum lagi. Paruhku terlalu kaku untuk diajak tersenyum. Lagipula, dengan paruh ini, apa kau bisa membedakan mana saatnya aku sedang tersenyum atau tidak?” ucap Fayre membelakangi Fross. Ia pandangi pohon beringin itu dengan tatapan dalam.

“Ch! Angsa hitam itu masih bisa bercanda rupanya!” Fross tersenyum kecil.

Benar juga, apa bedanya, ya, saat dia tersenyum atau tidak? Paruh kaku seperti itu, mana bisa dibuat melengkung seperti binatang yang lain ketika tersenyum.

Fross jadi pusing sendiri membayangkannya!

Kembali pada Fayre yang masih menatap lamat-lamat pohon beringin dengan akar gantung menjuntai. Setiap goresan yang ia buat, dipandanginya satu persatu.

Ternyata, sudah begitu lama, ya, sejak ia menggores batang pohon itu pertama kali! Tatapannya berubah nanar.

Benar! Khusus bagi Fayre, yang memiliki syarat untuk lepas dari kutukan yang menimpanya. Angsa hitam itu harus menemukan cinta sejati.

Akan tetapi, bagaimana caranya ia menemukan cinta sejati itu, jikalau dirinya saja hanya diberi waktu tujuh hari di setiap bulan.

Bagaimana ia akan menemukan cinta sejati itu? Bagaimana ia akan mempertahankan cinta untuk menjadi sejati, jika dia telah menemukannya?

Semua itu terhalau dengan masa berubah wujudnya yang amat singkat. Pada akhirnya, akankah Fayre bisa terlepas dari hukuman itu sendiri?

Angsa hitam itu bahkan tidak yakin sama sekali. Ia telah melewati masa-masa putus asa dan frustasi. Dengan berdiam diri dan membungkam mulutnya sendiri. Tanpa yang lain ketahui bahwa Fayre sedang mengalami masa-masa sulit.

Maka kini, ia telah mencapai batas pasrah. Berserah pada takdir yang akan datang padanya. Entah itu tetap berada di sana sebagai angsa hitam, atau bisa kembali ke wujudnya semula dan pulang ke dunia peri.

Dipandangi Fayre pohon beringin yang batangnya telah ia gores berulang kali, dengan nanar dan penuh ironi.

Melihat dari kejauhan, Fross juga memandang sahabatnya itu dengan tatapan nanar. "Tenang saja, Fayre!" Mengembuskan napas penuh keyakinan. "Kami, keluargamu pasti akan membantumu menemukan cinta sejati untukmu." Katak itu pun berbalik. Melompat ke air lagi, lantas berenang menuju teman-teman binatangnya yang lain.

Nampaknya, mereka mesti melakukan rapat darurat saat ini juga. Selagi Fayre sibuk dengan kesendiriannya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!