Bab 4 Hari Ketujuh
Di lain sisi,
Sudah hampir satu kilometer Lidya dan Lory berlari menyusuri hutan. Mereka pun akhirnya sadar setelah merasakan kesunyian.
"Sayang! Sepertinya, hanya kita berdua saja yang berlari." Lory pun menoleh ke belakang.
"Benar, Sayang! Hanya kita berdua!" beo si pejantan. Keduanya pun berhenti.
"Ke mana ya teman-teman kita?" tanya Lidya berbalut takut dan khawatir.
"Mereka pasti sedang melarikan diri juga, Sayang!"
Lidya mengangguk. Tapi sebuah kekhawatiran muncul dalam benaknya. "Jangan-jangan...," desahnya ketakutan sembari melirik ke kanan kiri dengan hati-hati. "Jangan-jangan, mereka sudah dimangsa harimau, Sayang!" Ia pun menempel pada pejantannya dengan tubuh bergidik.
"Tidak mungkin, Sayang!" Meski mulut menyangkal, tapi tubuh Lory ternyata sudah menggigil ketakutan lebih dulu. Bahkan lebih kencang. "Bagaimana..., bagaimana kalau kita lari lagi, Sayang!"
"Oke, Sa-."
Dan ternyata kekasihnya sudah menghilang dari sisinya. Sudah berlari lagi, dan meninggalkannya di belakang. Saking takutnya, Lory menghilang seperti hantu. Padahal dia sendiri yang sedang sangat ketakutan.
"Dasar rusa jahat! Kenapa kau meninggalkan aku, Lory!" teriak Lidya kesal. Meskipun begitu, betina itu tetap menyusul jejak pejantannya. Ia tak mau nasibnya sial dimangsa harimau ganas.
***
Ketika malam, Danau Kerr memang berubah menjadi suatu tempat seperti yang digambarkan. Rumor tentang sebuah tempat di bagian barat Hutan Rahasia yang begitu gelap dan suram.
Pencahayaan hanya didapat ketika sedang terang bulan. Selebihnya, jika bulan tak memunculkan sinarnya, maka tempat itu hanya akan dipenuhi dengan gulitanya malam.
Memang, terkadang sekelompok kunang-kunang akan bermain di sekeliling Danau Kerr. Membuat pemandangan tepian danau menjadi indah, meskipun keadaannya sedang tak benderang.
Seekor angsa hitam tengah bersimpuh di pinggir danau. Berkaca pada pendaran cahaya bulan di permukaan air danau. Angsa itu tengah berdiam dan merenung. Mungkin sudah lewat beberapa waktu, tapi ia masih betah bergeming seperti itu.
Tak lama ia meringkuk. Menggulung leher panjangnya ke tubuh berbulu yang lebih hangat. Wajar saja, angin tengah malam ini begitu menusuk. Tetapi si angsa tetap keras kepala untuk berdiam di sana.
Angsa hitam cantik dan menawan yang tak lain adalah Fayre Olaf. Penunggu Danau Kerr yang disebut-sebut sebagai monster besar yang sangat menyeramkan.
"Ha..., sebentar lagi!" Paruhnya terbuka saat kepalanya sedikit menengadah menatap rembulan.
Biasanya, Fayre akan bersemangat atau bahkan tak peduli di saat-saat seperti ini. Ia akan menunggu dini hari datang bersama beberapa teman. Atau kadang ia akan tidur saja, lalu bangun dalam wujud baru serta perasaan senang.
Akan tetapi, kali ini Fayre nampak lesu dan tak bergairah. Tak ada euforia sedikit pun tentang perubahan wujudnya kali ini.
Mungkin sudah terjadi selama beberapa bulan belakangan. Namun, ini yang paling tak menggairahkan dibanding hari-hari lesu yang lain.
Angsa itu telah kehilangan semangat untuk kembali pada wujud aslinya yang cantik jelita. Harapannya untuk menghapus kutukan seolah telah musnah. Seakan ia telah menerima takdirnya untuk menjadi angsa hitam selamanya.
Lewat tengah malam, dini hari pun datang. Angsa itu masih terjaga. Tubuhnya sedang merasakan hal-hal tertentu sebelum perubahannya.
Bagaimanapun, Fayre yang tadinya bergelung lesu kini berdiri tegak dalam wujud angsanya. Ditatap Fayre bayangannya di permukaan air sambil sesekali memejam.
Kerlap kerlip cahaya mulai keluar dari tubuhnya. Sesuatu yang aneh tapi juga familiar dirasakan tubuh Fayre, sehingga ia memejamkan mata.
Kerlip cahaya semakin banyak dan semakin terang. Seolah cahaya-cahaya itu juga yang membuat tubuh angsa Fayre jadi melayang di udara.
Fayre memejamkan mata lebih lama. Merasakan sensasi luar biasa kala setiap bulu-bulu hitam cantiknya seperti ditarik paksa dari tubuh. Lalu melayang di sekelilingnya.
Berbarengan dengan itu, wujud angsa Fayre pun berubah menjadi wujud manusia. Menjadi seorang wanita cantik jelita.
Matanya masih memejam ketika bulu-bulu angsa yang mengelilinginya berubah pula menjadi gaun hitam. Gelap dan indah, seperti simfoni malam ini yang redup tapi juga terang oleh rembulan.
Kulit putih cerah bak musim semi. Tubuh proporsional indah idaman setiap wanita. Rambut hitam bergelombangnya berkibar saat angin dan cahaya masih menyapu seluruh tubuhnya.
Kemilau itu turut menerangi berpendar sampai ke sisi dalam hutan. Juga, sampai ke dalam danau. Para penghuni Danau Kerr tahu, bahwa ini adalah momen Fayre si angsa hitam berubah menjadi wujud manusia.
Mereka sudah hafal betul, cahaya yang menyilaukan ini akan datang setiap dua bulan sekali. Yaitu, ketika Fayre berubah dari angsa menjadi manusia, lalu satu lagi ketika ia akan kembali menjadi angsa hitam lagi.
Beberapa di antara binatang jadi terbangun dari tidur mereka. Beberapa di antaranya yang sudah terbiasa dan acuh, memilih untuk melanjutkan terlelap lagi.
Angin berembus kian pelan saat cahaya terang benderang itu semakin meredup. Udara pun turut membawa Fayre turun.
Sepasang kaki indah tertutup gaun hitam sampai di atas mata kaki akhirnya memijak tanah. Telapak kaki telanjangnya menyentuh dengan lembut permukaan tepian danau, dengan perlahan.
Lantas, ketika cahaya mulai hilang barulah Fayre menunjukkan bola matanya yang abu. Kontras dengan keseluruhan hitam legam yang membalut tubuh.
Meskipun begitu, sepasang bola mata abu itu malah makin indah karena dibingkai alis yang tidak terlalu tebal, serta bulu-bulu mata lentik bak sayap kupu-kupu.
Sepasang mata indah itu mengerjap pelan.
Disentuh Fayre mahkota yang tetap bertengger di kepala, meski ia berubah menjadi manusia. Mahkota kecil, manis, cantik itu pun menghilang seiring dengan benar-benar menghilangnya cahaya.
"Seperti biasa, benda itu akan mencolok jika terlihat orang lain!"
Masih ada sedikit kekuatan peri yang bisa ia gunakan untuk membuat mahkotanya tak terlihat orang lain. Bisa dibilang, hanya itu saja kekuatannya yang tersisa.
Mungkin para binatang sudah terbiasa melihatnya. Tetapi berbeda dengan para manusia yang tak biasa melihat benda berkilau di atas kepala seseorang.
Fayre Olaf, si angsa hitam yang kini sudah berubah menjadi wanita cantik seutuhnya. Hidungnya cukup mancung berhias bibir tipis berwarna merah muda alami.
Permukaan air danau diterangi cahaya bulan, bak cermin malam baginya. Bayangannya di sana Fayre pandangi sebentar. Dalam tatapan dalam dan kelam, seolah mengucapkan selamat tinggal.
Fayre dalam wujud manusia muda yang cantik, indah dan mempesona, berbalik begitu saja dengan acuhnya. Berjalan menuju gubuk kecil tak jauh dari sana.
"Hoaaamhhh!! Hh, ngantuk sekali!" Mulutnya yang menguap ia tepuk-tepuk kecil. "Pokoknya, aku ingin bangun siang!" ucap Fayre lagi seraya membuka pintu gubuk sederhana miliknya.
Ternyata, begadang semalaman memang tidak baik. Sungguh pun ia merasa amat mengantuk dan lemas sekarang.
Ada lentera kecil di atas meja, pematik api juga tersedia di sebelahnya. Seperti biasa, mulai hari ini sampai tujuh hari ke depan, gubuk di pinggir danau akan selalu terang ketika malam.
Fayre menyalakan lentera yang ia dapatkan di pasar, ketika ia sedang berjalan-jalan di desa. Lantas, wanita itu langsung merebahkan diri sembari menarik selimut yang juga ia dapatkan di sana.
Benda-benda seperti lentera, selimut, bantal, peralatan makan dan yang lainnya, sengaja Fayre kumpulkan setiap kali dirinya berubah wujud menjadi manusia.
Bagaimanapun kebutuhan sehari-harinya tetap harus ditunjang, meskipun hanya akan ia pakai dalam waktu beberapa hari saja.
"Semoga, bulan ini dipenuhi keberuntungan!" harap wanita itu sebelum matanya yang sayu mulai terpejam.
Sembari merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya sampai ke dada, Fayre pun tenggelam ke alam mimpi.
Sementara di luar, tepatnya di seberang danau tempat gubuk Fayre berada, sepasang mata tajam berkedip cepat di balik semak-semak. Pandangannya terus tertuju pada pintu gubuk yang sudah tertutup rapat.
"Jika, aku membawanya ke hadapan raja, apakah aku boleh kembali lagi ke istana?!" Bibir tegasnya mengeluarkan kalimat retorik yang tak memiliki jawaban.
Jawabannya, hanya bisa didapatkan setelah ia melakukannya. Semak tempatnya mengintip pun dirapatkan lagi, kemudian ia pergi membelah hutan pada dini hari yang belum terang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments