Situasi Darurat

Bab 5 Situasi Darurat

Selama beberapa hari belakangan, tanpa sepengetahuan Fayre, para binatang mengendurkan sistem keamanan mereka terhadap Hutan Rahasia dan Danau Kerr.

Beberapa perangkap yang sebelumnya selalu terpasang, mereka bongkar. Ada pula yang masih berjaga di sekitar perangkap besar yang sulit dibongkar. Seperti jebakan parit dalam dan yang lainnya.

Beberapa binatang akan mengarahkan orang-orang yang hendak memasuki tempat tinggal mereka, agar tidak terkena jebakan.

Tentu saja, hanya orang-orang terpilih yang mendapat kebaikan hati para penghuni Hutan Rahasia itu. Mereka yang sejak awal memiliki niat buruk saat memasuki Hutan Rahasia, tetap saja akan bernasib sial.

Maka, ini adalah jawaban, bagaimana perubahan wujud Fayre bisa diketahui orang lain. Selain teman-temannya, para binatang yang tinggal di sekitar Danau Kerr.

“Ini, kan..., jejak kaki manusia-.” Sepasang mata indah Fayre menilai.

Bibirnya mengerucut sembari menelengkan kepala ke kiri dan kanan, menimbang-nimbang hal apa yang sedang dilihatnya.

Angsa yang telah menjelma menjadi wanita cantik itu baru saja bangun. Lalu hendak berkeliling guna mencari buah-buahan untuk sarapannya.

Tapi siapa sangka, bahwa ia akan mendapati hal yang amat sangat langka.

“Jika diingat-ingat...., sepertinya sudah lama sekali tidak ada manusia yang bisa menginjakkan kaki sampai ke sini,” gumam wanita bergaun hitam itu lagi.

Benar! Memang sudah sepuluh tahun belakangan tidak satu manusia pun yang berhasil menembus sistem keamanan yang dibuat oleh Fayre dan teman-temannya.

Terlebih, terdapat sihir yang mengelilingi Danau Kerr tempatnya tinggal. Seolah-olah siapapun bisa tersesat dan tak dapat menemukan jalan menuju danau. Namun hal itu hanya berlaku bagi para tamu yang datang. Para binatang pun sudah mengetahui hal itu.

Telapak kaki telanjang Fayre yang bersih, putih dan semulus sutra menginjak bekas jejak kaki yang ia lihat. Wanita itu mengukur dengan ukuran kakinya sendiri.

“Ini sepatu boot seorang pria. Jika dilihat dari ukuran kakinya, sepertinya dia memiliki perawakan yang tinggi besar.” Wanita itu menilai dengan melihat betapa kaki mungilnya hanya setengah dari jejak kaki tersebut.

“Kalau begitu, ini adalah situasi darurat. Aku harus segera memberi tahu Fross dan yang lain.”

Beberapa meter dari tempat Fayre berada, nyatanya Blaster tengah bersembunyi. Kelinci itu benar-benar gugup dan harus menahan napas beberapa kali agar keberadaannya tidak diketahui oleh Fayre.

Awalnya, kelinci belang itu sedang jalan-jalan pagi sambil mencari tumbuhan untuk ia sarapan. Sebab wortel tak mudah ia cari di hutan itu.

Kemudian tanpa sengaja ia mendengar suara Fayre. Blaster pun memutuskan untuk menghentikan langkah kakinya, lalu mengintip dengan siapa angsa yang sudah berubah  menjadi manusia itu bicara.

Jantungnya pun langsung berdegub dengan cepat saat mengetahui Fayre sedang meneliti beberapa langkah jejak kaki manusia.

Keempat kaki Blaster yang biasanya lincah pun mendadak lemas. Kelinci itu sempat berbalik dan bersandar sebentar pada batang pohon tempatnya mengintip. Tubuhnya pun merosot ke bawah. Tapi kemudian ia berdiri lagi.

“Aku..., hh... hh..., harus bertemu dengan Fross lebih dulu, sebelum Fayre.” Tersengal-sengal suaranya, saking gugup dan takut menghadapi situasi itu.

Semuanya sudah dijalankan dengan baik. Rencana mereka sejauh ini sudah terlaksana dengan baik. Tapi juga masih belum bisa percaya bahwa ada yang secepat itu bisa sampai di sana.

Blaster harus bertemu dengan Fross lebih dulu, supaya mereka bisa mempersiapkan alasan ketika Fayre melaporkan penemuannya pada yang lain.

Mereka harus mempunyai alasan yang sama.

Kelinci belang itu melihat ke arah Fayre lagi yang masih sibuk memperhatikan jejak kaki besar. Ia sungguh berpikir keras mencari akal untuk menunda Fayre pergi dari sana.

“Ahh-.” Ide pun datang.

Akan tetapi, baru saja Blaster hendak maju untuk menjalankan idenya, wanita bergaun hitam ringan itu sudah mengeluh lebih dulu.

“Oh, astaga! Kenapa harus sekarang-!” Dipegangi Fayre perutnya. Blaster melihat wanita itu memiliki wajah tidak baik.

“Ya, ampun! Aku benci sekali momen seperti ini!” Pipi mulus Fayre menggembung. Seperti menahan sesuatu. Dan ia semakin kencang memegangi perutnya. “Jika saja, aku masih menjadi angsa...,” erangan yang tertahan disambar suara nyaring dari bagian belakang.

Preettt!! Dddutttt!!!!

“Orrghhh! Ini benar-benar memalukan-!” Satu tangan memegangi perut, lalu tangan kirinya memegangi bokong seolah menahan sesuatu. Wajah Fayre pun menghijau.

Di balik pohon, Blaster membekap mulut dengan amat keras. Tawanya sudah memberontak minta dikeluarkan. Sudah hendak pecah berantakan dengan suara terbahak yang sangat keras.

Kapan lagi melihat angsa yang biasanya nampak anggun dan menawan terlihat konyol seperti sekarang ini! Tingkah Fayre sungguh menggelikan!

“Ternyata, dia tidak ada bedanya dengan kami!” gumam Blaster masih sambil berusaha keras menahan tawa.

Ia pikir, karena Fayre seorang peri lalu dalam kesehariannya juga selalu keliahatan anggun, maka wanita itu tidak akan pernah mengalami hal-hal konyol seperti mereka, makhluk hidup pada umumnya.

Tapi ternyata....

“Hha..., hh....” Tawa kecil pun tak sengaja lolos, tapi kemudian Blaster berhasil mengontrol mulutnya lagi. Kembali dibekap mulut mungil dengan dua gigi menonjolnya.

Preeettt!!!

“Oh, sungguh! Ada kalanya aku rindu menjadi angsa....” Wanita itu pun berlari setelah bunyi ledakan kedua terdengar dari bokongnya.

Begitu Fayre melesat, Blaster langsung keluar dari persembunyian. Ia juga sudah sangat tidak tahan untuk terbahak.

“Hha... hha... hhaa... hhaaa... hhaaaaa....”

Demi apa Blaster tertawa sampai berguling-guling di tanah. Saking terbahaknya pula matanya sampai berair. Perutnya pun sungguh sakit menahan geli setiap kali mengingat hal tadi.

Kelinci belang itu tertawa puas sekali, sampai tak sadar seseorang tengah berjalan mendekati dirinya.

Bugh!

“Aawww!!!” pekiknya yang terkejut juga kesakitan.

Sambil berdiri Blaster pegangi bokongnya yang barusan ditendang dengan keras oleh seseorang.

“Ugh, siapa yang menendangku barusan?!” geram kelinci itu lalu melihat tersangka utamanya. “Kau-!” Bibirnya yang kecil pun langsung nyinyir.

“Ku pikir kau kerasukan, lalu berubah jadi kelinci gila. Makanya ku tendang supaya kau cepat sadar,” acuh Lory ketika memberi alasan.

Lidya, si betina, hanya mengangguk ringan. Mendukung alibi kekasihnya.

“Kau yang gila, karena sudah menendang orang sembarangan!”

“Memangnya kau orang-manusia?! Hey, sadarlah! Kau itu masih jadi kelinci belang, tahu!”

“Dan..., sedikit gila!” Lidya menambahkan sahutan sang kekasih.

Kedua rusa itu pun tertawa bersama. Senang sekali bisa mengerjai dan meledek Blaster.

“Sepertinya, kalian yang gila!” sungut Blaster masih mengusap bokongnya yang kesakitan. Meskipun begitu, kelinci itu juga membenarkan bahwa ia masih belum berubah jadi manusia.

Oh, kenapa juga ia bisa lupa! Membuat malu saja!

“Daripada bicara omong kosong dengan pasangan gila itu, lebih baik aku segera menemui Fross!”

“Oh, kau juga mau bertemu dengan Fross?” Lidya langsung menyambar dan menghentikan Blaster yang sudah melakukan lompatan pertama.

“Ya! Memangnya, kalian juga?”

“Hemh! Kami ingin melaporkan sesuatu padanya.” Suasana pun berubah serius.

“Barusan, para kera abu-abu bilang, semalam mereka melihat seorang pria berhasil masuk sampai ke area ini.” Lidya melaporkan.

Blaster mengangguk-angguk seraya berpikir. “Berarti benar-!”

“Apanya yang benar?” Lory penasaran.

“Barusan juga, Fayre menemukan jejak kaki manusia di sana.” Dalam mode wajah serius, ketiganya pun bergerak menuju titik yang ditunjuk Blaster. Mereka melihatnya dengan wajah kaget.

“Fayre..., Fayre sudah melihat hal ini?” Lidya sedikit gemetar.

“Benar! Makanya aku ingin segera bertemu dengan Fross,” angguk si kelinci belang.

Tanpa menunggu lama, Lory gigit kecil punggung Blaster lalu melemparkannya ke atas. Meski sedikit terkejut, tapi kelinci belang itu menikmati dirinya yang sempat melayang di udara untuk beberapa saat. Blaster tersenyum senang.

Gigitan Lory tidak menyakitinya sama sekali. Kelinci belang itu pun berhasil mendarat di punggung si rusa jantan dengan baik.

“Pegangan yang kuat! Kita harus menemui Fross lebih dulu sebelum Fayre menemuinya!” titah Lory sembari mengambil ancang-ancang.

Blaster berdiri di punggung lebar dan kekar rusa jantan itu. Lalu, ia berpegangan pada kedua tanduk panjangnya yang kokoh.

“Ayo-!”

Lidya membalas anggukan sang kekasih. Lantas ketiganya melesat meninggalkan debu-debu yang membuat seekor kura-kura terbatuk-batuk.

“Dasar anak muda! Tidak bisakah mereka lebih santai sedikit!” Land menggerutu sambil berusaha meredakan batuknya yang keras. “Uhukk... uhukkk....” Sambil berpegangan pada tongkat kayu andalan yang biasa ia gunakan untuk menopangnya ketika berjalan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!