MAHAR 33 RIBU
1
"Cantas, aku hamil, lihat alat pendeteksi kehamilan ini, ada di garis merah disana," ucap Rara sambil memegang alat pendeteksi kehamilan itu untuk di perlihatkan kepada Cantas, pacarnya yang sudah dipacarinya selama atau tahun terakhir ini.
Cantas membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Cantas baru saja bekerja di salah satu bank swasta sekitar satu bulan yang lalu setelah beberapa bulan menganggur karena kontrak kerja di perusahaan asuransi sudah selesai.
Selama ini, Cantas ikut menumpang hidup kepada Rara hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan baru pun Cantas masih ikut tinggal di kontrakan Rara. Rara merasakan sudah terlambat datang bulan sejak dua bulan yang lalu, dan sering merasakan mual dan muntah bila mencium wangi ynag agak menohok di indera penciumannya.
"Aku belum siap menikahi kamu, Ra!! Apalagi menjadi seorang Ayah, kamu tahu, aku baru saja bekerja, tidak mungkin aku menikahinya," ucap Cantas dengan mudahnya mencari alasan tak pasti.
Ucapan Cantas sangat membuat Rara menjadi murka, lalu selama ini berhubungan untuk apa jika tidak ada keseriusan.
"Lalu!! Kamu mau lari dari tanggung jawab kamu!!" ucap Rara semakin galak.
Cantas tersenyum kecut. Kedua matanya membalas tatapan Rara.
"Lalu, kamu mau minta pertanggungjawaban aku? Maaf, aku tidak bisa dan aku tidak mau, Ra!!" ucap Cantas dengan santainya sambil mengambil koper besarnya dari atas lemari pakaian dan memasukkan semua pakaian dan barang-barang miliknya ke dalam koper besar itu.
Rara melihat itu langsung merampas koper besar itu dengan cepat.
"Mau kemana kamu!!" teriak Rara dengan suara keras.
"Aku mau pergi!! Aku sudah bosan hidup sama kamu, aku sudah jenuh sama kamu!! Kita itu banyak perbedaan!!" teriak Cantas dengan suara keras.
PLAK ...
Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Cantas. Rasanya mungkin sangat perih sekali, terlihat jelas cetakan tangan Rara dan wajah yang memerah karena marah.
"Kamu sudah gila, Cantas!! Ini anak kamu!!" teriak Rara semakin lantang.
"Kalau aku tidak mau bertanggung jawab, lalu kamu mau apa?!" tanya Cantas dengan ketus dengan tatapan bagaikan elang.
"Aku ingin kamu tanggung jawab Cantas. Bukankah kamu janji akan menikahi kau?!" ucap Rara kesal.
"Itu dulu Ra, sekarang sudah tidak lagi, masih banyak wanita yang mau denganku, hang lebih segalanya dari kamu!!" jawab Cantas ketus.
"Apa bedanya dulu dan sekarang!! Buktinya aku sudah hamil, kita sudah tidur bersama satu tahun ini!!" ucap Rara makin kesal dan keras.
"Lalu!!" tegas Cantas.
"Ya, kita harus menikah, aku sudah hamil, Cantas," ucap Rara melemah. Tindakan Cantas yang tidak peduli sudah membuat Rara kecewa dan menyesali semuanya.
Begitu bodohnya Rara dengan semua rayuan gombal Cantas yang hanya ingin menghisap madu Rara dan membutuhkan harta Rara untuk kehidupan Cantas selama menganggur kemarin.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?!" ucap Cantas mengejek.
"Oh, mudah seklai kamu bilang tidak mau. Sudah berapa habis uangku untuk membayar kebutuhanmu selama kamu menganggur!! Lalu sekarang aku dibuang dan dicampakkan begitu saja!!" teriak Rara frustasi.
"Terus!!" teriak Cantas keras mendekatkan wajahnya kepada Rara.
Cantas menatap tajam wajah Rara dengan sangat marah. Kedua tangan Cantas pun secara spontan mencekik leher Rara dengan sangat keras.
"Bunuh saja aku, Cantas kalau itu membuatmu bahagia. Bunuh aku!! Bunuh juga anakmu yang sedang aku kandung ini," ucap Rara menyentak dan tampak frustasi.
Cekikan pada lehernya pun semakin keras dan semakin mencekik hingga Rara pun tidak bisa berteriak dan mengeluarkan suara.
"Jangan suka mengatur aku!! PAHAM!! Aku paling benci diatur oleh orang. Gugurkan kandungan kamu, karena sampai kapan pun aku tidak akan mau bertanggung jawab atas anak yang kamu kandung!! Bisa saja itu bukan anakku tapi anak dengan lelaki lain!!" ucap Cantas dengan suara pelan yang begitu tajam dan ketus.
Rara hanya bisa menitikkan air matanya hingga jatuh ke pipi. Cekikan itu sudah tak terasa lagi sakitnya dibandingkan dengan sakit hati yang dirasakan oleh Rara saat ini. Rara merasa dirinya sudah tidak berguna, dianggap sebagai wanita murahan yang mau tidur dengan siapa saja.
"Cuma nangis, bisanya hanya begitu, wanita itu!!" teriak Cantas keras sambil melepaskan cekikan itu dari leher Rara.
Tubuh Rara sudah lemas dan luruh begitu saja dilantai kamar kontrakannya sambil menangis tersedu-sedu.
"Ke ... na ... pa ka ... mu ti ... dak per ... ca ... ya," ucap Rara lirih dan terbata-bata.
Sakit sekali saat Rara harus mengugurkan kandungan kandungannya dari orang yang selama ini dicintainya, dan lelaki itu tidak peduli bahkan tidak mau bertanggung jawab. Ucapan Rara pun hanya dianggap angin lalu dan seolah tidak ada sama sekali.
Cantas kembali merapikan bajunya ke dalam koper dan menutup koper itu dan di letakkan di bawah. Koper itu sudah siap di tarik untuk dibawa pergi. Cantas mengambil jaket dari belakang lintu dan memakainya llau mengambil kunci mobil di atas nakas dekat ranjang tidurnya.
Kakinya sudah melangkah, lalu tubuhnya berputar menatap kedua mata Rara yang menatap nanar kepergian Cantas.
"Jangan pernah hubungi aku lagi!! Anggap tidak pernah mengenal aku!! Lupakan aku untuk selamanya!! Gugurkan dia!!" teriak Cantas keras dan tegas menunjuk ke arah perut Rara.
Cantas berlalu begitu saja, bagaikan meninggalkan sampah yang sudah tidak berguna lagi bagi kehidupannya, bagaikan lebah yang meninggalkan bunganya karena hisapan madu itu telah habis.
BRAK!!
Suara pintu depan di tutup dengan cara dibanting dengan sangat keras.
Rara ingin berteriak dengan keras mencegah lelaki yang dicintainya itu pergi dari kehidupannya, namun semua itu sia-sia lelaki itu bahkan tidak punya hati untuk mengasihani Rara yang benar-benar terpuruk saat itu. Lelaki yang dianggap baik dan sayang kepadanya itu, ternyata hanya penuh kemodusan dan kepalsuan.
Suara mobil Cantas terdengar sudah menjauh, lelaki itu benar-benar pergi dan meninggalkan Rara sendirian dengan sejuta masalah yang harus dihadapinya sendiri. Lelaki itu tidak akan mungkin kembali lagi untuk dirinya.
Hanya menangis dan menangis saja yang bisa dilakukan dengan merasakan rasa sakit di sekita leher yang ternyata terlihat bekas jari-jari disana.
'Kenapa kamu seperti ini, kenapa aku harus dipertemukan dengan lelaki buaya seperti dia,' lirih Rara dalam isak tangisnya.
Hidupnya seolah berhenti, impiannya untuk menikah dan berumah tangga pun seolah sudah tidak bisa digapai lagi. Tubuhnya kini sudah berbadan dua oleh lelaki yang hanya ingin menikmati kesenangan bersamanya hingga semua itu hanya bisa disesali dan ditangisi saja tanpa tahu solusi apa yang harus dilakukan oleh Rara.
Tubuhnya terasa sakit semua, Rara mencoba berdiri dan menggapai ranjang tidur yang ada di sebelahnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya itu. Selimut tebal itu ditarik untuk menutupi tubuhnya yang sudah tidak suci lagi bahkan ada malaikat kecil yang harus di jaganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-03-12
0