3

3

"Gue udah cegah Dy!! Tapi Cantas ninggalin Gue gitu aja, bahkan tidak mengakui janin ini adalah darah dagingnya," ucap Rara mengadu.

"Dasar buaya!!" teriak Dyah semakin keras dan nampak sekali kekecewaan dan kekesalannya pada Cantas. Apa yang dilakukan Cantas benar-benar sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Mengambil kesempatan dalam kesempitan dan merusak semuanya dengan alasan cinta.

"Sudah Dy," ucap Rara lirih. Rara sangat tahu persis bagaimana sifat Dyah yang sesungguhnya. Dyah, sahabatnya itu bukan tipe perempuan lemah dan menurut seperti Rara. Dyah, wanita kuat dan tegar karena kemandiriannya. Dyah tidak segan-segan melabrak dana mendatangi siapapun yang mengganggu dirinya, keluarganya, sahabatnya serta teman-teman dekatnya.

"Gue bingung sama Loe, Ra!! Loe itu bodoh apa pura-pura bodoh?!" ucap Dyah dengan nada tinggi.

Rara menghembuskan napasnya, lalu duduk di kursi kerjanya.

"Gue sayang sama Cantas, Loe tahu kan Dy, apapun Gue lakukan semua dia. Apapun Gue turutin permintaan dia untuk membeli ini dan itu, karena Gue pikir, hubungan kita sudah sejauh itu, dan kita sudah tinggal bersama. Cantas pun sudah datang ke rumah orang tua Gue," ucap Rara pelan dan terhenti saat Dyah menyela ucapannya.

"Cantas minta Loe ke orang tua Loe, Ra?!" tanya Dyah ketus dan penasaran.

Rara menggelengkan kepalanya pelan.

"Enggak Dy, cuma main saja," ucap Rara pelan dan menundukkan kepalanya kembali.

"Ra?! Terus untuk apa Cantas ke rumah Loe? Gue pikir dia mau lamar Loe?" ucap Dyah semakin kesal.

"Waktu itu dia belum siap, karena masih menganggur," bela Rara pelan. Rara yang sudah hanyut dalam cinta suci kepada Cantas pun sudah tidak bisa digoyahkan lagi.

Kesalahan Cantas seperti tidak berarti apa-apa bagi Rara. Malah Rara yang harus meminta maaf karena kekesalan atau kematian Cantas selama ini. Itu semua Rara lakukan demi keutuhan hubungannya dengan Cantas. Usia Rara sudah tidak muda lagi, ditinggalkan orang yang di sayangi adalah suatu ketakutan tersendiri bagi Rara, dan kini semuanya itu menjadi nyata setelah semua pengorbanan yang dilakukan Rara untuk Cantas dan berakhir dengan kesia-siaan saja.

"Bukannya sekarang dia sudah bekerja!! Lalu, dengan mudahnya dia ninggalin Loe gitu aja Ra!! Bodohnya, Loe cuma pasrah dan diam?!! Loe kayak gak ada harga diri tahu gak?!!" teriak Dyah semakin kesal.

Dyah ingin rasanya cepat pulang dan menemui Mas Hendra, suaminya dan meminta untuk mengantarkan ke rumah orang tua Cantas, mungkin dengan cara itu, Cantas mau bertanggungjawab dan tidak lari dari kenyataan hidup dengan masalah yang sedang mengujinya.

"Gue gak mau debat Dy, biarkan saja semua ini berakhir. Gue cuma minta bantuan Loe, bantu sembunyikan kehamilan Gue dari orang-orang kantor. Gue lagi cari solusi terbaik, apakah Gue harus resign dan membesarkan anak Gue dengan segala kemampuan Gue," ucap Rara pelan dengan sangat pasrah.

Mau marah sudah tidak ada gunanya lagi, mau kecewa juga untuk apa lagi, mau menangis, hal itu sudah dilakukan Rara hampir setiap hari bahkan setiap malam saat mau tidur.

Dyah memeluk erat kembali Rara, membawa kepala Rara dalam bahunya yang cukup bidang itu.

"Maafkan Gue, Ra. Jujur Gue begini, karena Gue peduli sama masalah sahabat Gue. Gue gak terima dengan perilaku Cantas ke Loe, itu juga membuat Gue, kesel, kecewa dan marah," ucap Dyah yang teramat kecewa. Amarahnya hanya bisa dipendam, saat melihat ketegaran dan keikhlasan Rara yang benar-benar sudah pasrah dengan keadaannya.

"Gue tahu Dy, Loe emang sahabat terbaik. Cuma Loe yang selalu peduli dengan keadaan Gue," ucap Rara pelan sambil mengendurkan pelukannya kepada Dyah.

"Langkah Loe apa sekarang Ra?" tanya Dyah pelan menyandarkan tubuhnya di meja kerja itu dan berdiri menghadap Rara yang sudah duduk di kursi kebesarannya.

Rara menggelengkan kepalanya, "Gue juga belum tahu."

Dyah ikut iba dengan keadaan Rara sekarang. Tentu jika masalah ini sampai ke blow up, pasti semuanya akan mencibir dan mengghibahkan Rara sebagai leremouan bodoh dan tidak benar.

"Perut Loe itu makin lama pasti makin membesar. Loe harus punya planning, mungkin Loe harus menikah atau yang lainnya," ucap Dyah pelan sambil mengusap pelan perut Rara yang masih rata.

Ada makhluk kecil yang tumbuh disana, malaikat kecil tanpa dosa atas kesalahan dan dosa besar kedua orang tuanya.

"Gue bertahan dulu, Gue mau cari usaha dan Gue mau mengajukan resign," ucap Rara pelan, namun terdengar dengan tegas dan mantap.

"Loe yakin mau resign?! Karir Loe disini sudah bagus, cari solusi lain, mungkin menikah dengan yang lain, yang mau terima Loe apa adanya?" tanya Dyah denagn sedikit memberikan saran dan nasihat kepada Rara untuk memikirkan kembali dan tidak mengambil keputusan dengan cepat dan tergesa-gesa.

"Membuka hati yang masih sakit dan kecewa itu gak semudah itu Dy," ucap Rara pelan sambil menghapus sisa air matanya dengan tissue.

"Apa Loe masih berharap dengan Cantas? Berharap dia datang lagi, dan mengakui anak itu sebagai darah dagingnya, dan Loe mau luluh gitu aja dengan semua itu?" tanya Dyah semakin kesal kepada Rara yang tidak bisa melupakan Cantas.

Rara hanya mengangguk pasrah. Satu bulan ini, Rara memang masih berharap Cantas untuk kembali dalam kehidupannya dan menikahinya seperti janjinya dahulu.

"Loe gila Ra!! Lupakan Cantas!! Loe harus bangkit, Gue bakal bantu Loe, asal Loe lupakan Cantas!! Laki-laki itu tidak pantas untuk ditangisi, tidak lantas untuk ditunggu kembali lagi, tidak pantas untuk di maafkan jika kembali, dan tidak pantas untuk dikasihani untuk kamu ambil menjadi berharga kembali," ucap Dyah dengan tegas.

Bagi Dyah semua sudah cukup, pengorbanan Rara pun dirasa sudah twrlalu banyak untuk Cantas. Kinj tiba saatnya Rara harus bahagia bersama anaknya atau dengan lelaki yang mencintai dia sepenuhnya dengan tulus dan menerima apa adanya Rara.

"Bantu Gue melupakan Cantas, Dy. Gue siap melupakan Cantas tapi tidak membuka hati kembali, karena Gue gak mau sakit hati dan kecewa lagi, Gue gak mau kepahitan itu terulang kembali," ucap Rara sendu dan menatap nanar ke arah Dyah.

Dyah tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya lalu memegang pundak Rara.

"Sebagai sahabat Gue pasti bantu Loe, Ra," ucap Dyah pelan dan memeluk erat tubuh Rara kembali dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih Dy. Gue gak mau terpuruk lagi, dan Gue gak mau hancur lagi. Cukup sekali Gue ngerasain hal yang begitu menyakitkan," ucap Rara pelan setengah berbisik kepada Dyah.

Dyah bisa bernapas dengan lega, Dyah sangat tahu dengan sikap dan sifat Rara. Mereka bersama sejak masuk ke perusahaan jasa tersebut, saling menjaga dan saling menghargai serta saling berbagi satu sama lain.

Penyesalan Dyah adalah mengenalkan Cantas pada Rara yang berakhir pada kekecewaan dan sakit hati pada Rara. Dyah benar-benar menyesal dengan semua ini, Dyah merasa tidak bisa menjaga Rara dengan baik.

Setelah banyak hal kejadian yang dialami Rara dalam hal kisah percintaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!