Bukan Wanita Bodoh
Sang bagaskara telah menampakkan sinarnya, menggantikan gulita malam menjadi terangnya pagi. Seorang wanita cantik yang telah rapi dengan setelan kerja dan wajah yang dipoles dengan make up natural tengah mematut dirinya di depan cermin, memastikan jika penampilannya telah sempurna hari ini.
"Reta!!!" Suara bariton yang terdengar dari arah pintu berhasil mengagetkan Reta hingga membuatnya sedikit berjingkat.
"Iya, Mas. Ada apa?" Tanya Reta pada Andrias, suaminya.
"Kamu masak apa hari ini?" Balas Andrias yang baru saja selesai mandi.
"Aku cuma bikin nasi goreng aja tadi sama telur mata sapi, ayo makan!" Ajak Reta sembari menggandeng tangan sang suami. Andrias hanya menurut saja ketika tangannya ditarik oleh sang istri menuju ke meja makan. Pasangan suami istri itu menikmati sarapan mereka dalam keadaan hening.
"Reta, apa kamu nggak mau berhenti kerja? Kamu kan lagi hamil?" Tanya Andrias setelah seluruh isi piring berpindah ke dalam perutnya.
"Nanti aku pikirkan dulu ya, Mas. Lagian kandungan aku baru jalan tiga bulan, dan orang hamil itu bukan orang sakit yang harus istirahat total di rumah kan." Tolak Reta secara halus. Sejak tahu Reta hamil, Andrias memang selalu mendesak Reta untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai staff di salah satu perusahaan property.
Bukan Reta tak mau menuruti keinginan sang suami. Hanya saja Reta ragu akan kehidupannya setelah berhenti bekerja nanti. Suaminya yang suka mabuk ditambah dengan mertua yang selalu meminta gaji Andrias, membuat wanita itu tak yakin jika kehidupannya setelah berhenti bekerja nanti akan baik-baik saja.
"Kamu tu susah banget ya disuruh nurut apa kata suami!" Kesal Andrias kemudian melangkah meninggalkan meja makan.
Braaakkk!!!
Suara pintu yang dibanting dengan keras oleh Andrias. Lelaki itu berangkat bekerja tanpa pamit pada istrinya. Reta hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang suami.
"Enak aja nyuruh orang berhenti kerja, dia aja ngasih uang dapur selalu kurang. Belum lagi biaya periksa ke dokter kandungan." Gunam Reta sembari membereskan bekas sarapan mereka tadi.
Reta berangkat bekerja dengan perasaan kesal, wanita itu melajukan sepeda motor maticnya dengan kecepatan sedang untuk membelah padatnya jalanan pagi. Suasana kantor masih lumayan sepi saat Reta memasuki ruangan tempatnya bekerja. Hanya ada sahabatnya, Raisya yang masih asik mengaplikasikan make up di wajah ayunya. Perhatiannya sedikit teralihkan kala melihat wajah masam milik Areta.
"Ya ampun, Reta. Kog pagi-pagi itu wajah udah ditekuk aja, ada apa?" Tanya Raisya sembari menyimpan kembali alat make upnya.
"Biasalah, malas buat bahasnya." Kesal Areta yang mulai menyalakan komputernya.
"Yakin nih kamu nggak mau cerita sama aku? Apa mau cerita sama mertua dan adik iparmu yang BPJS itu?" Goda Raisya sembari menaik turunkan kedua alisnya. Ya, Raisya adalah satu-satunya teman curhat Areta dalam segala hal. Bahkan Raisya juga sudah hafal dengan sikap mertua dan adik ipar Areta yang selalu menjadikan ia tumbal agar keinginan mereka bisa terpenuhi.
"What? BPJS? Apa itu BPJS?" Tanya Areta dengan kedua alis yang bertaut.
"Budget Pas-pasan Jiwa sosialita." Jawab Raisya membuat tawa Areta pecah.
Apa yang dibilang oleh Raisya tidaklah salah, Bu Lastri dan Zevanya. Mertua serta adik ipar Areta memanglah seperti itu. Suka menghamburkan uang hanya untuk memenuhi gengsi agar bisa bergaya layaknya sosialita, padahal kehidupan mereka pas-pasan. Andrias yang bekerja di salah satu perusahaan retail mendapatkan gaji tiga juta rupiah setiap bulannya, namun hanya satu juta yang ia berikan pada Areta. Sedangkan Bu Lastri selalu meminta setengah dari gaji Andrias dengan alasan untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah Zevanya.
Uang satu juta yang diberikan Andrias pun tak jarang akan diminta lagi oleh Andrias karena ia kehabisan uang dan dengan alasan untuk membeli rokok. Tentu saja uang gaji Areta yang akhirnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan dapur.
"Jadi gimana nih? Mau curhat nggak, mumpung kantor masih sepi nih?" Tawar Raisya pada sahabatnya itu.
"Biasalah, Mas Andri minta gue berhenti kerja." Jawab Reta seadanya.
"Jangan Ta, suami kamu aja masih suka mabok gitu. Duit juga banyakan dikasih ke emaknya, kalau kamu berhenti kerja terus gimana dengan biaya lahiran kamu nanti?" Balas Raisya menatap wajah masam sang sahabat.
"Itu juga yang aku pikirin, Ra. Gimana nasib anak aku nanti kalau aku udah nggak kerja? Kalau buat biaya lahiran sih ada, kan Mas Andrias nggak tahu kalau selama ini gaji aku lima juta. Dia taunya gaji aku cuma tiga juta dan selalu habis buat kebutuhan dapur sama keperluan pribadi aku. Jadi aku bisa nabung dua juta setiap bulan." Terang Areta pada Raisya yang manggut-manggut tanda mengerti.
"Nah, kalau gitu kamu jangan mau berhenti kerja. Nanti aja ngambil cuti yang lama pas lahiran, karena asal kamu tahu aja ya Reta. Wanita yang tidak memiliki penghasilan tidak akan dihargai oleh suami dan mertua. Apalagi mertuamu udah jelas-jelas nggak suka sama kamu sedari awal kalian menikah." Nasehat Raisya untuk sahabatnya.
"Emank bener kayak gitu ya, Ra? Apa kamu dulu juga ngalamin hal itu sampai kamu milih buat berpisah sama mantan suami kamu?" Tanya Areta pada sahabatnya. Raisya menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari Areta.
"Iya Reta, dulu aku cuti melahirkan dan Riko minta aku untuk resign sekalian dengan alasan kasihan liat aku capek kerja sama ngurus bayi. Dan kamu tahu kan? Akhirnya banyak masalah yang timbul karena aku nggak punya penghasilan, bahkan Riko sampai tega buat main tangan sama aku." Tutur Raisya sembari mengingat pahitnya masa lalu.
"Beruntung, saat aku terpuruk dan butuh pekerjaan ada kamu yang bantu aku sampai aku bisa kerja disini." Tambah Raisya sembari menyeka sudut matanya yang berair. Areta yang melihat kesedihan sahabatnya segera mendekat dan memeluk tubuh Raisya.
"Maafin aku ya, udah buat kamu ingat sama kenangan buruk itu." Bisik Areta di telinga Raisya.
"Nggakpapa Reta, sekarang kita kerja dulu yuk. Tanggal satu nih, waktunya gajian." Ujar Raisya sembari mengurai pelukan sahabatnya.
Keduanya mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan masing-masing hingga suara notifikasi pesan dari handphone keduanya membuat konsentrasi Raisya buyar. Wanita cantik itu segera mengambil gawainya, seketika senyum terbit di bibirnya saat melihat notifikasi pesan yang masuk. Ekor matanya mengarah pada sosok Areta yang masih fokus pada layar komputer.
"Reta!!" Panggil Raisya yang berhasil mengalihkan perhatian sahabatnya itu hingga menoleh ke arahnya.
"Apa sih Raisya, kerjaanku masih banyak ini." Gerutu Reta.
"Itu, buka hapemu. Notifikasi gaji udah masuk plus bonusnya." Balas Raisya membuat mata Areta membola. Dengan buru-buru wanita itu segera membuka gawainya.
"Waaa.... Bonusnya lumayan ini, Ra. Kebetulan hari ini aku lagi malas masak, ntar mau beli makanan aja lah buat makan malam." Sorak Areta kegirangan kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
...****************...
Areta pulang dengan senyum yang tergambar di wajah ayunya, tak lupa ia mampir ke restoran terlebih dahulu untuk membeli beberapa lauk kesukaan andrias, kemudian kembali melajukan sepeda motornya ke arah jalan pulang. Wanita itu memarkirkan motornya di teras rumah kemudian melangkah untuk masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa kantong kresek yang berisi makanan. Alis Areta bertaut kala mendapati pintu rumahnya yang tak terkunci. Dengan perlahan ia membuka pintu agar tak menimbulkan suara, seketika mata Areta membola kala mendapati apa yang ada di depan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nurmalia Irma
salam kenal othoor....nama kita sama ternyata ☺
2023-06-12
0
mama oca
salam.kenal kak...baru nemu sehabis baca kisah arum
2023-05-18
1
Neulis Saja
masih nyimak
2023-03-29
0