Bab 4.

"Ssssttt." Areta meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai kode agar Raisya tak bersuara. Wanita itu menghela napas panjang kemudian menggeser tombol hijau pada layar ponsel pintarnya.

"Hallo Areta, lama banget sih angkat teleponnya. Nanti Ibu sama Vanya mau makan malam di tempat kamu. Ibu lagi males masak." Terdengar suara cempreng Bu Lastri yang membuat Areta sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Iya, Bu. Boleh kog." Jawab Areta pelan.

"Yaudah jangan lupa kamu siapin makanan yang enak dan yang banyak. Jangan kayak kemaren, beli lauk cuma seuprit." Perintah Bu Lastri tanpa dosa.

"Iya, Bu." Jawab Areta singkat kemudian panggilan dimatikan secara sepihak oleh Bu Lastri. Dengan wajah kesal, Areta memasukan kembali ponselnya ke dalam tas

"Siapa yang telepon?" Tanya Raisya penasaran siapa gerangan yang telah membuat wajah sahabatnya kembali masam.

"Ibu Lastri Hadiningrat, mertua aku yang paling luar biasa sosialita." Jawab Areta kemudian memdengus kesal.

"Hahaha.... Ngapain itu emak-emak ajaib, tumben telepon pagi-pagi gini?" Tawa Raisya pecah mendengar jawaban dari sahabatnya.

"Mau makan malam di rumah dan beliau minta makanan yang enak dan juga banyak tentunya." Lagi-lagi jawaban Areta membuat sahabatnya tertawa geli.

"Iyalah dia minta yang banyak, kalau sisa biar bisa dia bawa pulang." Ujar Raisya membuat Areta kembali memutar bola matanya malas.

"Tapi kenapa kamu sewot gitu sih, Reta? Biasanya kamu santai aja kalau mertua dan adik iparmu itu makan di rumahmu." Tambah Raisya penasaran pada sikap sahabatnya yang lain dari biasanya.

"Raisya cantiiiik, hari ini Mas Andrias gajian. Sudah pasti Bu Lastri minta jatah dan sudah tentu lebih besar dari uang belanja bulanannku." Balas Areta menampilkan wajah melasnya.

"Ya ampun, gercep banget itu ibu mertuamu kalau soal duit." Heran Raisya.

Sementara itu di tempat lain, Andrias sedang sibuk dengan setumpuk berkas laporan di meja kerjanya.

Drrttt.... Drrrttt.... Drrrttt.....

Terasa handphone di saku kemejanya bergetar, lelaki itu segera menggeser tombol hijau saat melihat nama kontak sang ibu tertera di layar.

"Hallo Bu, Assalamualaikum." Sapa Andrias mengucap salam.

"Hallo anak Ibu yang ganteng, hari ini kamu gajian kan?" Tanya Bu Lastri di ujung telepon.

"Eh itu, iya Bu. Hari ini gajian, ada apa?" Balas Andrias dengan sedikit gugup.

"Kog ada apa sih!! Ya jatah Ibu donk, kasih Ibu separuh kayak biasa ya. Besok ibu mau arisan, harus beli baju sama tas baru." Pinta Bu Lastri pada anak lelakinya.

"Tapi..."

Tuuttt.... Tuuuttt..... Tuuuuttt.....

Pangilan diputus oleh Bu Lastri sebelum Andrias menyelesaikan kalimatnya.

"Sialll!!! Mana tadi pagi udah janji bakal lebihin jatah Areta lagi, bisa perang dunia ini nanti." Gerutu Andrias lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

...****************...

Hari telah beranjak sore, Raisya dan Areta beriringan keluar dari kantornya.

"Ra!!" Panggil Areta pada sahabatnya.

"Iya, kenapa Areta cantik?" Balas Raisya sembari memasang helmnya.

"Bingung nih, mau beli makanan apa! Mana ada mertua minta makan enak lagi." Keluh Areta membuang napasnya kasar.

"Ya ampun Areta, kenapa pake bingung segala sih. Beliin aja mertuamu itu sop iga sapi sama kasih tambahan lauk perkedel. Ntar kalau sop iganya nggak habis suruh angkut mertuamu sama panci-pancinya sekalian." Saran Raisya membuat Areta terkekeh geli.

"Hish... Ngawur, sayanglah panciku kalau dibawa sama Bu Lastri." Ucap Areta kemudian tertawa renyah.

"Yaudah sono, aku mau pulang. Anakku pasti udah nungguin di rumah, kamu naik motornya jangan kenceng-kenceng. Inget lagi hamil muda." Pesan Raisya kemudian melajukan kuda besinya.

Areta segera bergegas menaiki motornya kemudian mengikuti saran Raisya untuk membeli sop iga sapi dan beberapa tambahan lauk.

...****************...

Baru saja Areta membelokan sepeda motornya ke halaman rumah, nampak Andrias, Bu Lastri dan Zevanya sudah duduk manis di teras rumahnya.

"Kog pada di luar, kenapa nggak masuk ke dalem aja?" Sapa Areta yang baru saja turun dari sepeda motornya dengan menenteng bungkusan sop iga yang dibelinya tadi.

"Iya, lagi nungguin kamu pulang. Ini Ibu sama Zevanya pengen makan bareng di sini katanya." Ujar Andrias membuat Areta manggut-manggut.

"Yaudah, yuk masuk. Biar aku siapin makanannya dulu." Ajak Areta kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Setelah membersihkan diri dan berganti baju, Areta segera memanaskan sup iga sapi yang ia beli lalu menatanya di atas meja makan bersama nasi dan lauk lainnya. Wanita itu melangkah ke ruang tamu dimana keluarganya sedang berkumpul.

"Yuk, kita makan!" Ajak Areta, ketiganya segera beranjak dan berjalan beriringan menuju ke meja makan.

"Kamu cuma beli ini aja Areta?" Tanya Bu Lastri yang sudah terlebih dahulu mengambil nasi.

"Eh, iya Bu. Tadi Reta buru-buru soalnya." Jawab Areta seadanya.

"Yaudahlah, ntar kalau ada sisanya ibu bawa pulang aja ya. Ibu nggak masak, biasanya kalau malem si Vanya suka lapar. Kasian kan kalau nggak ada lauk." Ujar Bu Lastri sembari memasukan nasi ke dalam mulutnya. Areta tak menanggapi, hanya saling melempar pandangan dengan sang suami.

Usai makan, Areta membereskan meja makan dan mencuci piring tanpa tawaran bantuan dari Bu Lastri ataupun Zevanya.

"Areta, udah belum nyuci piringnya? Buruan sini!!" Panggil Andrias dengan setengah berteriak, dengan langkah gontai wanita itu berjalan ke ruang tamu.

"Ini udah kog, ada apa?" Tanya Areta yang menghenyak di samping sang suami.

"Areta, hari ini kan anak Ibu gajian. Ibu lagi butuh duit buat arisan, jadi separuh gajinya buat ibu. Nih yang satu juta buat kamu, yang lima ratus ribu tadi udah diambil Andrias buat jatah rokok." Cicit Bu Lastri mengulurkan sepuluh lembar uang merah pada menantunya. Areta menerima uang itu tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Oh ya, sup iga tadi masih ada kan? Bungkusin, biar ibu bawa pulang aja." Perintah Bu Lastri pada Areta.

"Mau ditaroh plastik atau dibawa sekalian pancinya, Bu?" Tanya Areta iseng sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Heh, mantu kurang ajar. Kamu mau bikin saya malu dengan nenteng panci dari rumah kamu?" Kesal Bu Lastri mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir menantunya.

"Bukan gitu, Bu. Maksut Reta kan kalau dibawa sama pancinya, itu sup iga bisa tetep hangat setelah sampai di rumah nanti." Bohong Areta sembari menahan tawa.

"Nggak usah, nanti Ibu bisa hangatin setelah sampai di rumah." Balas Bu Lastri, Areta mengangguk kemudian menuju ke dapur dan kembali dengan sebuah kantong kresek berisi sup iga yang diminta oleh Bu Lastri.

"Ini, Bu." Areta mengulurkan bungkusan itu pada mertuanya.

"Ada perkedel sama kerupuknya juga nggak ini?" Tanya Bu Lastri mengintip isi kantong kresek di tangannya.

"Ada, Bu. Semuanya Areta bungkusin buat Ibu, termasuk sambel sama jeruk nipisnya juga." Jawab Areta dengan seuntai senyum yang dipaksakan.

"Yaudah kalau gitu Ibu sama Zevanya pulang dulu." Ujar Bu Lastri kemudian melangkah keluar dari rumah itu bersama Zevanya tanpa mengucap salam ataupun terima kasih.

Areta menatap suaminya dengan pandangan kesal kemudian hendak melangkah ke kamar.

"Areta!!"

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Areta mestinus taro oralit dlm sup iga biar itu si rakus BABterus. kelewatan aja mertua ngk jelas

2023-06-15

2

Neulis Saja

Neulis Saja

kalau ada di dunia nyata itu muka ditaruh dimana hanya utk mengisi perut saja hrs menjadi peminta-minta itu harga diri terjun bebas cuuuuuuuyyyyyy

2023-03-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!