Cinta Lintas Agama
Khadijah Azzahra, seorang gadis cantik yang selalu menutupi wajahnya menggunakan cadar semenjak ia masuk ke pondok pesantren yang membuat ia semakin mendalami ilmu agamanya.
Kini berakhir sudah perjalanan Khadijah di sana setelah tiga tahun lamanya menempuh pendidikan di pondok pesantren tersebut.
Hari ini Khadijah akan melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas di kota kelahirannya.
Ya, hari ini ia akan pulang dan akan bertemu kembali dengan kedua orang tua dan adiknya setelah tiga tahun tidak bertemu.
"Khadijah, kamu di panggil ke ruangan Ustadz Zaki sekarang," ucap Ustadzah Marwa yang merupakan penjaga asrama bagian putri.
"Baik Ustadzah. Saya akan segera menemui Ustadz Zaki," jawab Khadijah menghentikan pekerjaannya.
Ia segera bergegas menuju ruangan ustadz Zaki, dan tiga menit kemudian, Khadijah pun tiba di depan pintu ruangan Ustadz muda itu.
Tok
Tok
Tok
"Masuk," perintah Ustadz Zaki yang sudah tau siapa yang akan menemuinya itu.
"Assalamualaikum, Ustadz memanggil saya?" tanya Khadijah menundukkan pandangannya.
"Walaikum salam. Iya. Saya memanggilmu. Silahkan duduk," jawab Ustadz Zaki mempersilahkan muridnya itu duduk.
"Baik Ustadz, terima kasih," balas Khadijah lalu duduk di hadapan Ustadz Zaki yang masih fokus dengan laptopnya.
Beberapa saat kemudian, Ustadz Zaki tampak menutup laptopnya dan memandang Khadijah cukup lama sebelum ia buka suara.
"Khadijah," panggil ustadz Zaki sedikit memajukan wajahnya ke depan.
"Iya ustadz, ada yang bisa saya bantu?" jawab Khadijah lembut dengan pandangan kebawah.
"Apa kamu akan pulang hari ini juga?" tanya Ustadz Zaki yang di balas anggukan oleh Khadijah.
"Baiklah. Khadijah, langsung saja. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengatakan hal ini kepadamu. Tapi, saya memilih untuk menundanya hingga hari kelulusan kamu. Sudah lama sekali saya menaruh hati kepadamu, bahkan semenjak awal kamu menginjakkan kakimu di pondok pesantren ini. Khadijah, saya mau melamar kamu menjadi istri saya. InsyaAllah, jika kamu menerima lamaran saya, saya dan keluarga saya akan langsung melamar mu kepada kedua orang tua mu," ucap Ustadz Zaki seketika membuat Khadijah terkejut dan sempat mengangkat pandangannya menatap ustadz tampan itu lalu kembali menundukkan nya kembali.
Khadijah sendiri tidak menyangka jika ustadz tampan itu melamarnya. Bagaikan mimpi, karena popularitas ustadz Zaki begitu tinggi di sekolah itu.
Banyak kaum hawa yang sudah mengidolakannya dan berharap akan di lamar dan diminta menjadi istrinya selama ini.
"Tapi Ustadz, saya.. Saya ini masih kecil dan belum ada niatan ke arah sana. Saya masih ingin kuliah dan melanjutkan cita-cita saya," jawab Khadijah tetap menundukkan pandangannya.
"Kamu tenang saja Khadijah. Saya berjanji tidak akan membatasi mu dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-citamu. Saya hanya mau kamu menjadi istri saya dan ibu dari anak-anak saya jika waktunya nanti sudah tepat," ucap Ustadz Zaki lagi.
Ia masih terus berusaha untuk mendapatkan hati wanita cantik itu.
Khadijah tampak diam. Ia tidak tau harus menjawab apa untuk saat ini.
"Begini saja. Kamu pulanglah dan bicarakan ini semua kepada kedua orang tuamu. Jika mereka memberikan restunya dan kamu pun bersedia menikah dengan saya, segera hubungi saya kembali. Saya akan selalu setia dan sabar menunggu jawaban darimu Khadijah," ucap Ustadz Zaki memberikan keringanan untuk Khadijah.
Ia tidak mau mendesak Khadijah dan membuat gadis cantik bercadar itu menjadi terbebani karena lamarannya.
"Baiklah ustadz. Terima kasih. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," pamit Khadijah berdiri dan meninggalkan ruangan itu.
"Walaikumsalam. Semoga saja kamu menerima lamaran saya Khadijah," gumam ustadz Zaki berharap banyak.
"Khadijah," panggil ustadzah Marwa setelah Khadijah tiba di kamarnya.
"Ya Dzah? Kenapa?" tanya Khadijah balik.
"Urusanmu sama Ustadz Zaki sudah selesai?" tanya ustadzah Marwa penasaran.
"Su. Sudah Dzah," jawab Khadijah diiringi dengan anggukan ringan.
"Kalau saya boleh tau, ada urusan apa kamu dengan Ustadz Zaki? Kenapa dia sampai memanggilmu ke ruangannya segala?" tanya ustadzah Marwa penasaran. Dia akan selalu penasaran dengan hal yang berkaitan dengan Ustadz Zaki. Masalahnya, ustadzah Marwa sudah lama sekali menaruh hati kepada ustadz tampan itu.
"Hmmmm itu. Baru saja ibu saya menghubungi beliau. Ibu bilang ponsel ustadzah tidak bisa dihubungi, maka dari itu, ibu saya menghubungi ustadz Zaki untuk menanyakan apakah saya jadi pulang hari ini atau tidak," jawab Khadijah sengaja berbohong.
'Maafkan saya Dzah, saya terpaksa berbohong. Tidak mungkin saya mengatakan jika Ustadz Zaki baru melamar saya, padahal saya sendiri tau jika ustadzah sangat mencintai Ustadz Zaki,' batin Khadijah merasa bersalah.
"Oh begitu. Saya kira ada hal lainnya," balas ustadzah Marwa lega.
Satu jam kemudian, Khadijah pun selesai mengepak semua pakaiannya. Setelah berpamitan kepada teman-teman yang juga menunggu jemputan dari keluarga masing-masing, Khadijah puh akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan area pondok pesantren tersebut.
Baru saja Khadijah akan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi taksi online, sebuah mobil sedan putih pun berhenti tepat di depannya. Khadijah sangat mengenali sekali mobil itu yang tak lain adalah Ustadz Zaki. Laki-laki yang baru saja melamarnya.
"Assalamualaikum," sapa Ustadz Zaki memperlihatkan gigi putih rapi dan gingsul nya di sebelah kiri.
"Waalaikum salam Khadijah. Kamu pasti mau ke terminal kan?" tanya Ustadzah Zaki menebak.
"I.. I.. Iya Ustadz," jawab Khadijah gugup.
"Ya sudah. Ayo naik. Biar saya yang mengantarmu," tawar Ustadz Zaki turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Khadijah.
"Hmmmmm, tidak usah Ustadz. Saya bisa kok ke terminalnya pake taksi online saja," tolak Khadijah.
"Sudah. Kamu jangan menolak. Anggap saja ini pertemuan terakhir kita setelah kamu lulus dari pondok," ucap Ustadz Gibran masih berusaha membujuk Khadijah untuk mau di antar sampai terminal.
"Tapi Ustadz saya tidak enak. Bagaimana kalau ada yang mengira yang tidak-tidak tentang kita?" tanya Khadijah khawatir.
"Sudah. Kamu tenang saja Khadijah. Bukannya kita berada di tempat umum, dan lagi pula, kaca mobil saya ini tidak gelap sama sekali. Ayo masuk, nanti kamu bisa ketinggalan bis," ucap Ustadz Zaki laku membawa barang-barang milik Khadijah masuk ke dalam mobilnya.
Beberapa perjalanan, Khadijah dan Ustadz Zaki hanya diam. Mereka nampak tengah menyesuaikan diri masing-masing dan larut dalam pikirannya masing-masing.
Baru kali ini baik Khadijah dan juga Ustadz Zaki berada di dalam satu mobil seperti ini.
"Khadijah!" panggil Ustadz Zaki membuyarkan lamunan gadis cantik bercadar itu.
"I.. I.. Iya. Ada apa Ustadz?" jawab gadus bercadar itu.
"Kamu tau, ini adalah hari yang sangat spesial untuk saya. Pasalnya, sudah lama saya menunggu hari ini hanya untuk mengantarmu ke terminal. Tapi, hari ini juga hari yang menyedihkan untuk saya karena kita mungkin tidak akan bertemu lagi. Maka dari itu, saya mau kamu simpan kenang-kenangan ini dari saya. Saya harap kamu selalu ingat dengan saya dan siapa tau kamu mau menerima lamaran saya tadi," ucap Ustadz Zaki nampak memberikan sebuah kotak perhiasan beludru berwarna biru.
"A.. Apa ini Ustadz?" tanya Khadijah penasaran.
"Buka saja. Itu untuk mu," singkat Ustadz tampan itu.
Dengan perlahan, Khadijah pun memutuskan untuk membuka kotak tersebut, sehingga matanya di buat terbelalak melihat sebuah kalung bermata seperti love.
"Maaf pak. Saya. Saya tidak bisa menerimanya," tolak Khadijah mengembalikan kotak berisikan kalung itu kepada pemiliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Tiwi Ramadhani
semangat thor karya mu sangat bagus sekali
salam kenal dari novel ku yang berjudul Izora ya
2023-02-07
0
Lara Shanty
author semangat untuk update nya.. penasaran sama ceritanya 🤭
2023-01-25
1