Bab 5

"Khadijah, lo kenapa nggak buka penutup wajah lo saat makan? Emang lo nggak repot ya jika makan seperti itu?" tanya Dominic sedikit kesal.

"Nggak sama sekali," jawab Khadijah tersenyum.

***

"Khadijah, gue penasaran dengan wajah lo. Kira-kira hidung lo mancung apa pesek?" tanya Dominic bercanda.

"Haha.. Apaan sih Dom. Rahasia perusahaan," jawab Khadijah bercanda.

"Haha.. Ada-ada aja lo. Oh ya, ini nama lo kepanjangan banget. Gue jadi susah manggilnya. Gimana kalo gue manggil lo dengan sebutan Kha saja," ucap Dominic menaik turunkan alisnya.

"Hehe. Terserah kamu saja. Ayo dimakan makanannya, kamu bicara terus. Nggak capek apa?" ucap Khadijah diiringi tawa kecilnya.

"Hehe. Ya abis gimana lagi. Gue sangat penasaran sama lo. Oh ya Kha, lo kan baru lulus SMA nih. Rencananya lo mau masuk universitas apa? Udah kepikiran belum?" tanya Dominic kali ini serius.

"Sudah dong," jawab Khadijah singkat.

"Dimana?" tanya Dominic penasaran.

"Hmmmm, di universitas bakti bangsa," jawab Khadijah seketika membuat Dominic tersedak.

"Kamu kenapa? Kamu nggak papa kan?" ucap Khadijah memberikan segelas air kepada Dominic.

"Nggak. Gue nggak papa. Lo.. Lo serius mau kuliah di sana?" tanya Dominic lagi.

"Iya. Memang kenapa? Masalah?" tanya Khadijah lagi.

"Ya nggak. Tapi, apa alasan lo milih kuliah di sana?" tanya Dominic lagi.

Ia tidak mau memberitahukan kepada Khadijah jika dia adalah mahasiswa abadi di sana.

"Ya karena sahabat aku Alina yang juga tamat tahun ini juga sekolah di sana," jawab Khadijah semakin membuat Dominic terkejut.

"A.. A.. Alina? Maksud lo Alina Cristiani?" tanya Dominic gelagapan.

"Iya. Alina Cristiani. Kamu kenal?" tanya Khadijah yang kini terkejut karena Dominic seolah mengenal sahabatnya itu.

"Ya.. Ya kenal lah. Alina itu adik kandung gue. Jadi, lo dan Alina sudah kenal sejak kapan? Kenapa gue nggak tau kalo Alina punya sahabat kayak lo?" tanya Dominic lagi. Ia benar-benar terkejut saat tau adiknya bersahabat dengan Khadijah.

"Kami sahabatan itu sudah lama sekali. Sejak kelas empat SD malahan. Setelah tamat SD, aku pun lanjut ke sekolah islam tingkat SMP, sedangkan Alina tetap sekolah di SMP yang masih satu yayasan dengan SD kami. Dan setelah lulus sekolah islam, aku pun langsung mondok dan nggak pulang-pulang selama tiga tahun.

Tapi, meskipun begitu, hubungan ku dan Alina tidak pernah terputus. Kami masih komunikasi melalui ponsel, meskipun jarang," jelas Khadijah panjang lebar.

"Oh, pantesan. Jadi, lo dan adik gue memutuskan untuk masuk ke universitas yang sama gitu?" tanya Dominic lagi.

"Iya, kamu benar sekali. Kamu sendiri kuliah dimana? Apakah di universitas bakti bangsa juga?" tanya Khadijah balik.

"Iya. Gue kuliah di sana juga," jawab Dominic menundukkan kepalanya.

"Haha.. Jadi kamu mahasiswa abadi di universitas bakti bangsa?" ledek Khadijah.

"Mulai ngeledek lo ya," ucap Dominic manyun.

"Haha. Nggak lah. Jadi gimana? Apa kamu masih akan tetap bunuh diri setelah ini?" tanya Khadijah dengan senyuman yang tak dapat dilihat oleh Dominic.

"Hmmmm kayaknya nggak, asal lo mau jadi teman gue," jawab Dominic menatap wajah yang hanya melihatkan mata indah itu.

"Ok. Asal kamu tidak jadi bunuh diri, aku akan mau jadi teman mu," balas Khadijah lalu meminum minumannya.

"Ok. Ya sudah. Mulai detik ini, kita temanan. Mana sini, kasih gue nomor ponsel lo," ucap Dominic mengeluarkan ponselnya.

"Haha.. Harus ya," balas Khadijah diiringi tawa renyahnya.

"Ya harus dong. Masak gue nggak punya nomor teman sendiri. Kan nggak seru," jawab Dominic lagi.

"Haha. Baiklah.. Baiklah," ucap Khadijah mencatat nomornya di ponsel Dominic.

"Oh ya, makanannya sudah habis nih. Gimana kalo kita pulang sekarang," ucap Khadijah yang di balas anggukan oleh Dominic.

Setelah membayar makanannya, Khadijah dan Dominic pun melangkahkan kakinya meninggalkan cafe tersebut. Tujuan mereka saat ini adalah ke rumah Khadijah.

Satu jam kemudian, mobil yang membawa Khadijah pun tiba di pekarangan rumah minimalis berlantai dua.

Setelah Khadijah turun dan mengetuk pintu, kedua orang tua dan satu adiknya pun langsung menyambut kedatangan penghuni rumah yang telah tiga tahun meninggalkan rumah tersebut.

"Assalamualaikum ibu, ayah, Habibi," sapa Khadijah langsung memeluk keluarga tercintanya satu persatu.

"Walaikum salam sayang. Kamu akhirnya pulang nak. Kami semua kangen sekali sama kamu Khadijah," jawab ibu dan juga bapaknya.

"Khadijah juga kangen bu, yah. Oh ya, kenalin, ini teman Khadijah, namanya Dominic. Dominic ini adalah kakak kandung dari Alina yah, bu," ucap Khadijah memperkenalkan Dominic yang membawa barang-barangnya turun dari mobil.

"Kakaknya Alina? Loh, kamu ketemu dimana nak? Apa kalian sama-sama sepanjang jalan dari pondok pesantren?" tanya ibu Siti, ibunya Khadijah.

"Ah, nggak kok bu. Kami baru saja tidak sengaja bertemu di jalan tadi," jawab Khadijah yang tidak mau ibunya itu salah paham.

"Ya sudah. Ayo masuk dulu nak Dominic. Kebetulan, di dalam juga ada Alina adikmu. Dia sudah dari sini berada disini, katanya mau menunggu kepulangan Khadijah," ucap Husin, ayahnya Khadijah.

"Apa? Alina.. Alina juga ada disini om, tante?" tanya Dominic terkejut.

"Iya, tapi dia lagi di toilet. Ayo masuk. Kami sudah masak banyak hari ini," jawab bu Siti mempersilahkan Dominic dan juga Khadijah masuk.

"Hmmmm, Kha, gue pulang aja ya. Gue nggak enak sama Alina. Nanti dia malah ngeledek gue lagi,' bisik Dominic pelan.

"Jangan. Kamu masuk dulu. Kita makan di dalam. Aku nggak enak jika kamu tidak masuk ke dalam," ucap Khadijah tidak mengizinkan Dominic untuk pulang.

"Iya nak Dominic. Setidaknya, minumlah dulu sebentar. Tidak baik lo menolak rezeki," tambah ibu Siti lagi.

"Ah, baiklah bu. Saya masuk," jawab Dominic lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Khadijah.

"Khadijah.. Kamu akhirnya pulang. Aku kangen banget sama kamu," teriak Alina berlari memeluk sahabatnya itu.

"Alina, aku juga kangen kamu. Kamu apa kabar?" tanya Khadijah balik.

"Aku baik. Baik sekali. Tunggu.. Tunggu. Khadijah, itu.. Itu..," ucap Alina melepaskan pelukannya.

"Loh, kak Dom? Lo ngapain disini?" tanya Alina heran sekaligus terkejut.

Dominic segera menundukkan kepalanya. Ia terlihat malu karena di tanya seperti itu oleh adik kandungnya sendiri.

"Kak, kok lo diam sih? Jawab dong. Lo kok disini?" tanya Alina lagi.

"Hmmmm, Alina, aku yang bawa kakak mu kesini. Tadi dia mau bunuh diri di jembatan sana," bisik Khadijah membuat Alina terkejut.

"Apa.. Bu....," teriak Alina. Untung saja, Khadijah segera menutup mulut sahabatnya itu.

"Kenapa Al?" tanya ibu Siti heran.

"Nggak kok bu. Nggak papa. Hehe," jawab Alina lalu menatap tajam ke arah kakaknya itu.

'Sial. Si Alina pasti tau nih kalo gue mau bunuh diri. Semoga saja dia nggak lapor sama mama,' batin Dominic cemas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!