'Kenapa gue kayak gini ya? Bikin malu aja. Dan ini jantung kenapa lagi? Kenapa harus jedag-jedug gini sih,' batin Dominic melangkahkan kakinya ke sisi jembatan.
***
"Hmmmm.. Ma.. Maafkan saya. Saya.. Saya tidak bermaksud untuk....," ucap Khadijah terputus dan gelagapan.
"Ah, tidak masalah. Bukan salah lo. Oh ya, kenalin, nama gue Dominic. Nama lo siapa?" ucap Dominic memperkenalkan dirinya.
"Saya.. Saya Khadijah. Kamu, kenapa kamu mau mengakhiri hidupmu?" jawab Khadijah sembari mempertanyakan maksud dan tujuan Dominic mengakhiri hidupnya.
"Hhhhhhh, panjang ceritanya. Bagaimana kalau kita cari cafe atau tempat lainnya yang agak teduh. Disini panas soalnya," ucap Dominic mengibas-ngibskan tangannya.
"Baiklah," jawab Khadijah menganggukkan kepalanya sembari berjalan kembali naik ke taksinya.
"Eh lo mau kemana?" tanya Dominic heran.
"Katanya mau cari tempat berteduh. Kamu jalan saja duluan, biar saya yang ikutin kamu dari belakang," jawab Khadijah membuat Dominic terhibur.
"Haha.. Buat apa. Lo naik mobil gue saja. Gue janji nggak bakal apa-apain lo," jawab Dominic membuka pintu mobilnya.
"Tapi barang-barang saya masih ada di taksi ini," ucap Khadijah lagi.
"Hhhhhhh, ya sudah, hmmmm pak, tolong pindahin barang ke mobil saya semua. Dia akan pergi bersama dengan saya," perintah Dominic kepada supir taksi tersebut.
"Ayo masuk. Panas nih," perintah Dominic setelah semua barang milik Khadijah berpindah ke mobil miliknya.
"Tapi kamu janji kan tidak akan berbuat jahat kepada saya?" tanya Khadijah memastikan.
"Haha.. Ya nggak lah. Lo udah nolongin gue, masak gue harus jahat sama lo. Lagi pula nih ya, tipe perempuan gue itu bukan cewe tertutup seperti lo. Gue ini non muslim, dan gue nggak suka cewek berhijab. Mereka itu sama sekali nggak menarik," jawab Dominic seenaknya.
"Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah, ayo jalan," balas Khadijah merasa lega.
"Astaga, gue lupa," ucap Dominic menepuk jidatnya.
"Kenapa?" tanya Khadijah heran.
"Ban gue kan pecah. Kenapa gue sampe lupa gini ya?," tanya Dominic pada dirinya sendiri.
"Terus gimana?" tanya Khadijah juga ikutan bingung.
"Gini aja, lo tunggu dulu sebentar, gue akan ganti bannya dengan ban serap. Gimana?" usul Dominic yang di balas dengan anggukan oleh wanita bercadar itu.
Dua puluh menit kemudian, Dominic pun selesai mengganti ban mobilnya. Kini mereka sudah berada di dalam mobil dan siap untuk pergi.
.
.
"Oh ya, tadi nama lo siapa?" tanya Dominic setelah mobilnya melaju menuju jalan raya.
"Nama saya Khadijah. Khadijah Azzahra, dan saya seorang muslim," jawab Khadijah yang di balas anggukan oleh Dominic.
"Oh Khadijah. Nama yang indah. Terus lo mau kemana dan dari mana? Kenapa lo bawa barang sebanyak itu?" tanya Dominic lagi.
"Saya baru saja pulang dari pesantren. Kamu sendiri, dari mana dan mau kemana? Kenapa memiliki niat untuk bunuh diri?" tanya Khadijah setelah menjawab pertanyaan Dominic.
"Hhhhhh, gue tadi dari kampus mau pulang. Tapi, di tengah jalan ban gue pecah dan kepala gue pun bertambah pusing.
Di kampus sendiri, gue terancam nggak lulus lagi. Ini udah tahun ke empat gue nggak lulus jika gue benar-benar nggak lulus untuk tahun ini.
Selain itu, pacar gue yang sangat gue sayangi dan gue jaga, ternyata mengkhianati gue dengan laki-laki lain yang ternyata adalah sepupu gue sendiri, dan parahnya lagi, dia hamil anak dari sepupu gue itu. Padahal, asal lo tau, gue sama sekali nggak pernah nyentuh pacar gue selama ini. Bahkan ciuman bibir pun nggak pernah," jelas Dominic panjang lebar.
"Astaghfirullah. Kamu yang sabar ya. Tapi ingat, semua agama melarang manusia untuk mengakhiri hidupnya. Dengan cara mengakhiri hidup sendiri, masalahmu tak akan selesai. Mereka yang tidak suka dengan mu akan tertawa girang melihat jenazah mu dan kekalahan mu nantinya.
Jika kamu ingin membalas mereka, kamu cukup tunjukkan padanya jika kamu mampu dan kamu baik-baik saja. Dengan begitu, kamu sudah bisa berhasil membalas mereka semua," jawab Khadijah membuat Dominic kembali bersemangat untuk menjalani hidup.
"Hhhhh, lo benar. Lo sangat benar sekali. Untung gue bertemu dengan lo. Jika nggak ada lo, maka entah bagaimana nasib gue sekarang.
Makasih ya Khadijah Azzahra," ucap Dominic menatap gadis bercadar itu.
"Sama-sama. Sudah seharusnya kita sesama manusia untuk mengingatkan, meskipun kita berbeda agama," jawab Khadijah menundukkan pandangannya.
"Lo benar. Oh ya, kalau gue boleh tau, apa lo nggak sesak gitu pake-pake penutup wajah itu? Tujuan lo buat make itu apa? Buat nutupin wajah lo dari sinar matahari atau buat nutupin wajah lo dari semua orang?" tanya Dominic yang sedari dulu penasaran dengan tujuan wanita yang menggunakan tutup wajah.
"Bukan dua-duanya. Saya mengenakan ini untuk menutupi aurat saya. Saya tidak mau masuk neraka karena saya mengumbar aurat saya yang dilihat oleh banyak laki-laki yang bukan mahram saya," jawab Khadijah membuat Dominic bingung.
"Kalo lo nutup wajah lo kayak gitu, gimana laki-laki akan tertarik sama lo? Memang lo nggak mau nikah seumur hidup lo ya?" tanya Dominic lagi.
"Jodoh, maut dan rezeki sudah di atur oleh Allah. Jadi, saya nggak perlu cemas akan semua itu. Dalam agama saya, wanita yang terhormat itu adalah wanita yang bisa menjaga tubuh dan kehormatannya untuk suaminya nanti. Cukup si suami saja yang boleh melihat semua anggota tubuh si wanita. Dengan begitu, tidak akan ada fantasi liar di laki-laki lain yang bukan mahramnya," jelas Khadijah membuat Dominic memiliki ketertarikan sendiri dengan wanita yang baru ia kenal itu.
"Ok.. Ok.. Gue salut sama lo. Betapa beruntungnya laki-laki yang menjadi suami lo suatu saat nanti. Hmmmm, ya sudah, kalo gitu kita makan di sana saja bagaimana?" ucap Dominic tak mampu lagi untuk berkata&kata.
"Boleh, terserah kamu saja," jawab Khadijah menurut saja.
Dominic sangat bersemangat sekali, karena dengan mengajak Khadijah makan, dia akan tau seperti apa wajah wanita yang menolongnya itu.
Tak butuh waktu lama, kini, Khadijah dan Dominic pun sudah tiba sebuah cafe yang pengunjungnya lumayan banyak.
"Lo mau pesan apa?" tanya Dominic bingung harus memanggil Khadijah dengan sebutan apa.
"Hmmmm, ini saja," jawab Khadijah menunjuk salah satu makanan yang ada di daftar menu.
"Ok. Pilihan yang bagus," ucap Dominic juga memesan makanan dan minuman yang sama dengan Khadijah.
Di saat makanan tiba, Dominic langsung menyantap makanannya, berbeda dengan Khadijah yang membaca doa terlebih dahulu.
Ia sudah tidak sabar untuk melihat wajah Khadijah.
Dominic berharap Khadijah adalah wanita yang cantik. Secantik matanya.
Namun, Dominic harus menelan kecewa karena saat makan, Khadijah tidak membuka cadarnya sama sekali. Ia makan dengan cara menaikkan sedikit cadarnya lalu menutupnya kembali setelah makanan tiba di mulutnya.
"Khadijah, lo kenapa nggak buka penutup wajah lo saat makan? Emang lo nggak repot ya jika makan seperti itu?" tanya Dominic sedikit kesal.
"Nggak sama sekali," jawab Khadijah tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments