Dengan perlahan, Khadijah pun memutuskan untuk membuka kotak tersebut, sehingga matanya di buat terbelalak melihat sebuah kalung bermata seperti love.
"Maaf ustadz. Saya. Saya tidak bisa menerimanya," tolak Khadijah mengembalikan kotak berisikan kalung itu kepada pemiliknya.
***
"Kenapa? Kenapa kamu tidak mau menerimanya? Anggap saja ini sebagai hadiah atas kelulusan mu," jawab ustadz Zaki berusaha membujuk Khadijah agar mau menerima pemberiannya itu.
"Hhhhh, baiklah ustadz," jawab Khadijah akhirnya memutuskan untuk menerima kalung tersebut.
"Terima kasih Khadijah. Ya sudah, kita lanjutkan lagi perjalanannya," ucap ustadz Zaki memamerkan lesung pipinya.
.
.
"Ustadz, terima kasih telah mengantar saya. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," ucap Khadijah tetap menundukkan pandangannya.
"Waalaikum salam. Hati-hati di jalan," balas ustadz Zaki melepas kepergian santrinya itu.
"Hmmmm Khadijah," panggil ustadz Zaki lagi di saat Khadijah akan menaiki bis tujuan Jakarta.
"Iya ustadz, ada apa?" tanya Khadijah membalikkannya badannya.
"Hmmmm jangan lupa untuk mempertimbangkan lamaran saya tadi," ucap ucap Zaki yang dibalas dengan anggukan oleh Khadijah.
"Semoga saja kamu menerima lamaran saya Khadijah," gumam ustadz Zaki lalu melajukan mobilnya meninggalkan terminal.
Sementara itu, di tempat lain, di sebuah kamar yang memiliki ukuran cukup luas, seorang pemuda masih saja tertidur di atas ranjang empuknya. Pemuda yang sudah beberapa kali gagal di wisuda.
"Dom.. Dominic bangun," teriak Leoni, wanita yang telah melahirkan laki-laki tampan itu beberapa tahun silam.
"Apa sih ma," lenguh Dominic yang masih betah dalam selimut tebalnya.
"Dominic bangun. Kamu nggak kuliah? Mau jadi siswa abadi lagi tahun ini?" ucap Leoni terus mengguncang tubuh putranya itu.
"Iya ini aku bangun. Nggak tau orang lagi tidur apa," umpat Dominic bangun dengan terpaksa.
"Ya sudah. Jangan tidur lagi. Mama mau ke Gereja sebentar. Ada acara pernikahan teman yang mau mama hadiri di sana," pamit Leoni meninggalkan kamar putranya itu.
Lima belas menit kemudian, Dominic pun selesai mandi dan ia kini tengah berpakaian dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.
Sebenarnya Dominic sangat malas sekali untuk berangkat kuliah. Sudah lama ia ingin sekali berhenti namun kedua orang tuanya tetap tidak memberi izin Dominic untuk memutuskan kuliahnya.
Berbeda dengan adiknya Alina yang selalu mendapat nilai tertinggi di sekolahnya. Dan sebentar lagi, ia akan menyusul sang kakak masuk ke Universitas yang sama.
Saat ini Alina dan Dominic tengah duduk di ruang makan dan sedang menikmati santap siangnya. Hanya ada mereka berdua, karena kedua orang tuanya baru berangkat ke gereja.
"Lo jadi dek kuliah di tempat gue?" tanya Dominic sembari menyalin lauk ke dalam piringnya.
"Ya jadilah kak. Memang kenapa sih?" tanya Alina balik.
Sudah berkali-kali Dominic selalu menanyakan hal yang sama kepada adik satu-satunya itu.
"Ya, nggak kenapa-kenapa sih. Mending lo cari kampus lain aja gimana?" usul Dominic membuat Alina menghentikan makannya.
"Lah, memang kenapa?" tanya Alina balik. Ia tampak sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh kakak satu-satunya itu.
"Gue nggak mau satu kampus sama lo Lin. Nanti, duluan lulus elo dari pada gue," ucap Dominic menundukkan kepalanya.
"Hahahaha.. Jadi itu alasannya lo nggak bolehin gue kuliah di tempat lo? Ya elah kak, tenang aja kali. Nanti gue janji deh sama lo, kalo gue keterima kuliah di tempat lo, gue bakalan bantuin lo ngerjain tugas-tugas lo. Lo tau kan gue ini adalah anak yang pintar dan juga cerdas," ucap Alina membanggakan dirinya sendiri.
"Iya.. Iya, gue tau lo pinter. Udah diem lo. Gue mau berangkat kampus dulu," balas Dominic lalu pergi dengan perasaan sakit hatinya.
"Jadi gimana Dom? Kamu gagal lagi? Saya sudah beri kamu waktu untuk menyelesaikan semua tugas-tugas mu, tapi apa? Lagi-lagi kamu gagal.
Sepertinya kali ini kamu akan kembali menjadi siswa abadi di kampus ini," ucap salah satu dosen yang mengajar di sana.
"Yah, jangan lah Bu. Tolong saya sekali ini saja. Saya janji akan menyelesaikan semuanya," rengek Dominic memohon.
"Maaf Dom. Saya tidak bisa lagi membantumu. Saya sudah memberikan banyak waktu dan kemudahan untukmu. Mending sekarang kamu keluar dan renungi dimana letak salahmu selama ini. Saya masih banyak kerjaan," ucap dosen tersebut membuat Dominic menghembuskan nafasnya kasar.
Meskipun orang tua Dominic adalah donatur terbesar di universitas itu, namun dari pihak keluarga meminta agar tidak membeda-bedakan mahasiswa manapun, termasuk anaknya sendiri.
Akhirnya, dengan sangat terpaksa, Dominic pun meninggalkan ruangan dosen tersebut dengan rasa kecewa. Ia membanting pintu lalu pergi meninggalkan kampus untuk menenangkan pikirannya.
"Sial," umpat Boy menendang sebuah botol yang ada di hadapannya.
"Boy," panggil Clarista, wanita yang dua tahun ini sudah menjalin hubungan dengan dirinya.
Mendengar namanya di panggil, Boy pun segera menghentikan langkahnya. Baginya Clarista adalah penyemangat dalam hari-harinya.
"Sayang. Kamu kemana saja?" tanya Dominic yang sudah dua hari tidak bertemu dengan pacarnya itu, meskipun mereka satu kampus.
"Maafkan aku Dom. Aku sibuk. Dom, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Ini penting sekali," ucap Clarista membuat Dominic mengerutkan keningnya.
"Bicara? Bicara apa? Sayang?" tanya Dominic akan mengusap kepala Clarista, namun segera di tepis oleh gadis cantik itu.
"Dom, mulai detik ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kita putus!" jawab Clarista membuat Dominic seketika terperangah.
"A.. Aa.. Apa? Putus?" tanya Dominic memastikan apa yang ia dengar.
"Tapi.. Tapi kenapa Ris? Apa salahku?" tanya Dominic lagi. Ia sendiri tampak bingung kenapa wanita cantik itu memutuskan hubungan dengan dirinya, padahal Dominic sendiri sangat mencintainya.
"Kamu tidak salah apa-apa Dom. Tapi akunya. Aku tidak bisa mencintaimu lagi," jawab Clarista semakin membuat Dominic bingung.
"Ya kenapa? Kenapa?"
"Karena aku telah mencintai laki-laki lain selama ini. Aku tidak bisa lagi menjadikan dia sebagai selingkuhanku. Rasa cintaku padanya, jauh lebih besar dari pada rasa cintaku ke kamu," jawab Clarista seketika membuat Dominic menggelengkan kepalanya.
Ia tak menyangka jika Clarista, wanita yang selama ini ia jaga hatinya ternyata selingkuh dan mengkhianatinya.
"Siapa? Siapa laki-laki itu!" tanya Dominic dengan suara dingin dan tatapan tajamnya.
Ada sedikit rasa takut yang di rasakan oleh Clarista, namun bagaimana pun juga, ia harus mengakhiri kisahnya dengan Dominic, laki-laki yang sebenarnya masih ia cintai itu.
Ya, sebenarnya Clarista masih sangat mencintai Dominic, tapi, karena saat ini ia sudah rusak dan juga hamil anak laki-laki lain, mau tak mau, ia harus mengakhiri hubungan ini. Ia tak mau jika harus melukai Dominic lebih jauh lagi.
"Jawab Clarista! Siapa laki-laki itu," tanya Dominic sekali lagi dengan nada tinggi.
"Roky, dia adalah Roky. Selama ini aku telah mencintainya dan menjalin hubungan dengannya," jawab Clarista membuat Dominic semakin terpuruk. Bagaimana tidak, Roky sendiri adalah anak dari adik mamanya.
Mereka adalah sepupuan. Dari dulu, Roky memang selalu menginginkan apa yang Dominic suka, termasuk Clarista.
Dengan cara licik, akhirnya Roky berhasil mendapatkan Clarista beserta tubuhnya yang selama ini di jaga oleh Dominic.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments