HATIKU TELAH DIJLEB-JLEBIN KAMU
...CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA. JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA TOKOH, ORGANISASI, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN JALAN CERITA, HAL TERSEBUT MURNI HANYA KEBETULAN DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN....
"Gimana? Gas gak?” Suara seorang pria terdengar melalui panggilan telepon yang diloud speaker.
“Skip.”
“Lah skip mulu lu, Bal. Gak asik.”
“Gak asik-gak asik. Gua lagi bokek anjir.”
“Masih hari selasa udah bokek aja gimana ceritanya?”
Pria itu, Ikbal, diam sesaat. Bukan karena memikirkan ucapan temannya, tetapi karena tengah berkonsentrasi penuh memecahkan telur ke dalam panci mie instan. “Kan duit jajan gua dibagi sama dia.”
“Dia siapa? Oh, maksud lu Nia? Sodara lu yang cakep itu?” Suara tawa teman Ikbal terdengar sekeras marbot masjid yang membacakan doa bangun tidur di menit menjelang subuh.
“Sodara apaan. Mana punya gua sodara.”
“Yaudah kalo lu gak mau buat gua aja.” Tawa teman Ikbal menggema melebihi suara sang marbot.
“Bego. Udah, gua matiin.”
“Woy entar dulu. Serius nih lu skip?”
“Kan udah gua bilang. Intinya sekarang gua gak bisa maen warnet sesering dulu. Salamin aja sama anak-anak ya--”
Ucapan Ikbal terjeda, bahkan mangkok mie instannya hampir terjun bebas ke dalam tempat cucian piring yang dipenuhi sampah segala rupa itu, karena orang yang tengah dibicarakannya, Nia, tiba-tiba muncul, dan menggoyang-goyangkan tiga lembar uang lima puluh ribu tepat di depan wajahnya. Ikbal menepis tangan Nia seolah tak tertarik, namun ikut bergidik ketika tiga lembar uang berhias wajah Ir. H. Djuanda Kartawidjaja itu hampir dilumat rebusan air mie instan yang bergejolak.
“Bener gak mau?” Nia kembali menggoyang-goyangkan tiga lembar uang itu di depan wajah Ikbal.
“Gak.”
“Cius?”
“He’em.”
“Demi?”
“Iya.”
“Oke deh kalo gitu. Kebeneran banget.” Nia berlalu.
Ikbal tak merespon, hanya melirik untuk memastikan jika Nia benar-benar kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua. Ada sedikit perasaan bersalah yang Ikbal rasakan, tetapi lebih banyak perasaan masa bodoh. Ya, masa bodoh. Karena Ikbal membenci Nia sejak kali pertama mereka bertemu. Kehadiran Nia membuat Ikbal tidak hanya kehilangan uang saku tetapi juga waktu bersama Ibunya. Sang ibu yang seorang single parent harus tetap bekerja di hari raya demi menambah biaya hidup untuk anggota keluarga baru yang tak jelas asal-usulnya.
Yang Ikbal tahu tentang Nia hanya satu, gadis itu adalah anak sahabat Ibunya. Dititipkan selama hampir lima tahun? Bukankah lebih tepat jika menyebutnya dibuang? Meski begitu ibu Ikbal tetap menyayangi Nia layaknya darah daging sendiri. Untungnya Nia tahu cara membalas kasih sayang itu. Nia tidak gengsi meski memakai pakaian yang sudah ketinggalan tren, juga tak masalah meski harus menempuh perjalanan ke sekolah dengan angkot, pun tak jarang membeli paket internet malam yang harganya lebih terjangkau.
Meski begitu Ikbal tetap membenci Nia. Entah kenapa. Mungkin sifat anak yang baru beranjak gede memang semenjengkelkan itu. Jika pun tidak, berarti Tuhan memang menguji Ikbal dengan sifat pembenci. Yang mana pun itu, masa bodoh. Karena ada yang jauh lebih penting, yakni mie instan rasa seblak dengan topping telur hancur, sosis berbentuk gurita cacat, dan tiga sendok penuh bubuk bon cabe level lima puluh. Ikbal pun bergegas menuju meja makan, namun.
“Kan udah gua bilang gak mau. Tapi yaudah kalo emang maksa banget,” gumam Ikbal seraya menyabet tiga lembar uang di bawah tatakan tisu.
...•▪•▪•▪•▪•...
Nia mengintip Ikbal yang akhirnya pergi ke warnet setelah meninggalkan petaka di meja makan dan tempat cucian piring. Nia hanya menggeleng menyaksikan pemandangan mengerikan itu, lalu bergegas mengambil susu cokelatnya dan kembali ke kamar. Nia itu penumpang, bukan pembantu. Dan lagi, Nia bukan bawang putih tapi cabe jalapeno. Jadi berniat menindas Nia dengan memberi kode untuk membereskan petaka itu? Mimpi!
“Apa besok ngaktifin paket internet yang goceng seminggu ya? Oh iya lupa, duit gue yang berharga itu kan barusan gue kasih Ikbal.”
Nia menggerutu sambil terus menguras isi botol susu berukuran mini itu. Libur pascaujian nasional seperti sekarang memang sangat membosankan. Nia baru saja menyelesaikan masa putih birunya, dan masih enam belas hari lagi sampai dirinya resmi mengenakan seragam putih abu-abu. Tetapi demi apapun, lebih baik mengikuti ulangan matematika setiap hari daripada berlibur tanpa drama korea, internet, dan jajan online.
“Oke, lima menit aja. Serius. Cuma buat telfon Vina. Serius.” Nia meraih ponselnya dan mulai mengetikkan password wifi.
“Halo? Siapa ya maaf?” Suara Vina, sahabat Nia, terdengar sangat tegang.
“Yesenia Eve. Calon pemberi harapan palsu kating-kating ganteng di SMAN Lentera Dunia.”
“Najis.”
Spontan Nia terbahak, diikuti Vina setelahnya.
“Serius nih lu pake wifi Tante?”
“Terpaksa. Gabut parah gue sumpah,” balas Nia.
“Yaudah download film. Gak bakal abis itu wifi kalo cuma buat download satu film kali. Tears of Kumari Kandam kan udah rilis.”
“Ntar malem aja ah. Takut penasaran terus keterusan.”
“Yaudah Gofo*d.”
“Gak punya duit.”
“Yaiyalah. Orang lu kasih ke Ikbal lagi.”
“Abis mukanya putus asa banget kaya bakal beneran ngepet kalo gak cepet-cepet dikasih duit.”
Vina terdengar menahan tawa. “Yaudah. Install aplikasi Zet.”
“Hah? Aplikasi apaan emang?”
“Aplikasi kencan,” jawab Vina.
“Idih.”
“Dengerin dulu. Cuma buat seru-seruan aja. Serius seru tau ngobrol sama orang misterius. Kaya ada sensasi gimana gitu.”
“Ditipu aja baru tau rasa.”
“Emang siapa yang bisa nipu reinkarnasinya Sherlock Holmes?”
“Gak ah. Gak faedah.”
“Siapa bilang? Gue punya temen kencan dari Moskow. Karna sering ngobrol pake bahasa inggris, gue sering buka kamus. Dan percaya gak percaya, lama-lama gue nonton film gak perlu pake subtitle ....”
Nia diam, mulai terpengaruh.
“ ... Followers instagr*m gue melejit kan gara-gara gue suka posting pemandangan di Moskow. Ya itu dari temen kencan gue. Gue suruh dia foto-fotoin pemandangan di sana,” imbuh Vina.
“Terus apalagi?”
“Ya intinya dapet temen ngobrol. Install aja. Biar lu gak gabut-gabut banget. Lagian kalo gak suka kan tinggal uninstall.”
Nia kembali diam, sebab sudah sepenuhnya terpengaruh. “Apa tadi nama aplikasinya?"
...•▪•▪•▪•▪•...
Nia sedang membaca pesan dari Vina, sahabatnya, tentang peraturan kencan online versinya. Pertama, haram hukumnya memberitahukan informasi pribadi kecuali palsu. Kedua, yang tak kalah haram, adalah yang menyangkut cuan alias uang. Tak peduli meski teman kencan online meminta cuan untuk alasan yang menyangkut nyawa, dilarang mengeluarkan cuan jika bukan sultan. Dan yang terakhir, ini yang paling haram. Jika teman kencan online mulai membahas topik berbau p*rno, langsung blokir. Dimaki dulu juga boleh biar plong.
Nia mengangguk-angguk mengerti, dan setelahnya barulah aplikasi kencan bernama Zet itu diinstall. Jujur saja Nia setuju mengikuti jejak Vina bukan karena ingin meningkatkan kemampuan bahasa inggrisnya yang sudah tak ada harapan atau menaikkan jumlah followersnya yang sudah mencapai ratusan ribu. Nia hanya bosan, dan tak yakin bisa bertahan melewati enam belas hari libur itu hanya dengan menatap langit-langit kamarnya sembari menyedot susu cokelat.
Aplikasi tersebut pun berhasil diinstall, dan layaknya aplikasi pada umumnya, sedikit informasi pengguna adalah wajib. Mengikuti aturan pertama kencan online versi sang sahabat, Nia pun memasukkan informasi palsu mulai dari nama, tanggal lahir dan negara asal. Halaman pendaftaran sukses, pun halaman kedua, ketiga dan terakhir. Kini Nia resmi menjadi pemilik akun bernama Kaoru Kamiya. Nia pun mulai mencari teman. Diketikkannya di kolom pencarian nama sembarang pria, dan muncullah sembilan ratus hasil di sana.
“Harus banget ya foto mamerin otot? Ini mah ketauan baru nyapa juga udah diajak tidur. Eh? Duplikat L.K? Mana fotonya? Udah gak aktif kali ya? Eh, aktif sebelas menit yang lalu ternyata. Tambahkan menjadi teman. Oke. Mulai kencan. Oke,” gumam Nia.
KAO : Hi, Duplikat L.K?
LK : ?
Spontan Nia beranjak dari posisi malasnya. “Ih anjir dibales. Beneran dibales anjir. Demi apa?”
KAO : Aku pengguna baru.
LK : Ada kendala?
“Ada kendala? Kaya customer care aja nanyanya duh ngakak.” Nia tertawa.
KAO : Sejauh ini belom ada. Aplikasinya oke. Tampilannya fresh. Gak banyak iklan. Gak banyak makan ruang juga. Aku suka.
LK : mengetik...
KAO : Anyway, ini kencan pertama aku loh. Tapi jangan takut ya. Aku bukan orang jahat. Aku cuma butuh temen ngobrol selama liburan.
LK : Anak sekolah?
KAO : Yup.
LK : Umur?
KAO : Peraturan pertama, dilarang kasih tau informasi pribadi kecuali palsu.
LK : Haha.
KAO : mengetik...
LK : mengetik...
KAO : Udah berapa lama main Zet?
LK : Lama.
“Irit ngomong banget nih cowok. Eh, tunggu. Emang beneran cowok?”
KAO : Kamu beneran cowok?
LK : Tebak.
KAO : Mmm tau Perip*ra?
LK : Haha.
KAO : Fix, cowok.
LK : Itu kosmetik.
KAO : Ciye yang dibela-belain searching.
LK : Haha.
“Anjir beneran seru.” Nia berguling-guling kegirangan di ranjang.
LK : Kaoru?
“Demi apa cuma dipanggil online aja jantung gue langsung gak selow.” Nia melompat dari ranjang, berjingkrak lebih girang.
LK : Ciye yang lagi jingkrak-jingkrak.
KAO : Oh jadi gini rasanya ditangkep basah.
LK : Haha.
KAO : mengetik...
LK : mengetik...
KAO : Aku off dulu. Tante pulang cepet dan kayanya marah ngeliat rumah berantakan.
LK : mengetik...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
ZasNov
Ya ampun disebutin dong 😅
Ketauan dong kalau ngasih tau umur palsu..😆
2023-02-14
1
ZasNov
Wuidiiiih narsis juga ternyata Nia..😆
Bener ga tuh, bisa PHP-in kating2 ganteng😂
2023-02-14
0
ZasNov
Mungkin maksud Nia, biarlah si pembuat petaka itu yang membereskan petaka yang sudah dibuatnya..😅
2023-02-14
1