Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi upacara mingguan di SMAN Lentera Dunia belum juga dimulai. Para murid pun saling berdesakan mengintip keluar kelas, penasaran apakah keterlambatan upacara penuh drama itu berkaitan dengan mobil polisi yang terparkir di belakang mobil Kepala Sekolah?
Anak-anak berseragam serba putih dengan dasi kotak-kotak merah itu spontan menghambur ke tempat duduknya masing-masing, ketika Wali Kelas mereka tiba-tiba keluar serentak dari ruang guru dan berpencar ke tiap-tiap kelas. Namun ada satu kelas yang tidak didatangi wali kelasnya. Benar, kelas Nia, kelas sepuluh dua.
Wajar saja, karena saat ini Wali Kelas sepuluh dua tengah membuat pengumuman. Suara dengan aksen jawa itu menggema melalui speaker sekolah, membuat rasa penasaran para murid kian tidak tertolong. Ibu Sur, Wali Kelas sepuluh dua mengumumkan jika upacara di minggu ini diliburkan dan pelajaran akan dimulai pada pukul delapan tiga puluh.
“ ... Kemudian untuk Yesenia Eve, dimohon segera menuju ruang Kepala Sekolah. Terima kasih,” tambah Ibu Sur.
Semua kelas seketika heboh, terutama kelas sepuluh dua. Terlihat Nia bergeming, menolak percaya dengan apa yang baru saja ditangkap telinganya. Mungkin pendengaran Nia berjamur karena pagi tadi menyantap selai kacang kedaluwarsa, atau saat ini dirinya masih terlelap dan didatangi mimpi buruk sebagai hukuman karena kemarin malam membuka situs jahanam.
“Lu dipanggil tuh.”
“Iya tau,” balas Nia pada teman sebangkunya.
“Terus ngapain lu diem aja?”
“Kaki gue kesemutan.” Nia beranjak.
Pintu kelas Nia pun terbuka, menampakkan tatapan kepo para Wali Kelas yang terlihat kompak berdiri di mulut pintu kelasnya masing-masing. Nia hanya mengangguk sembari memasang senyum pepsodent pada para Wali Kelas dan buru-buru menuju ruang Kepala Sekolah yang terkenal sebagai kolektor poster Marylin Monroe itu.
“Kamu Yesenia Eve?”
“Iya, Pak. Ada apa ya, Pak?” Nia balik bertanya pada Kepala Sekolahnya.
“Ada yang mau ketemu kamu. Katanya orang kepolisian.”
Spontan Nia membekap mulutnya sendiri sembari membatin, “Orang kepolisian? Mau ketemu gue? Kenapa? Masa iya gara-gara Pria Purnama? Atau semalem gue kegep kepolisian mantengin situs jahanam ampe subuh?”
“Cepet temuin, terus balik ke kelas ya,” imbuh Kepala Sekolah.
Nia mengangguk, lalu bergegas menghampiri si tamu misterius, dengan langkah ragu.
KLEK
Seorang pria berpakaian serba hitam itu langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku ketika mendapati kedatangan Nia. Nia memandangi pria itu dari ujung kepala sampai kaki, pun sebaliknya. Pria itu berusia mendekati om-om, om-om tampan dengan sorot mata dingin dan perlente seperti tokoh Van dalam drama korea Island.
“Kaoru Kamiya?”
DEG
Nia mengurungkan niatnya untuk duduk, firasatnya buruk, meski langit pagi ini tampak sangat amat cerah.
“Tenang, saya bukan Duplikat L.K,” tambah pria itu. “Saya temennya, Bastian.”
“Saya tau. Soalnya suara Duplikat L.K tuh seksi,” jawab Nia akhirnya.
Bastian berdeham, “Saya denger kamu telat masuk SMA.”
“Iya. Saya gak naik kelas.”
Bastian berdeham lagi, “Kamu pernah baca novel JUST KILL ME?”
“Saya gak suka baca,” sahut Nia kilat.
“Itu novel lumayan populer jadi sekali pun kamu gak suka baca tapi pasti tau sedikit dari postingan orang-orang di media sosial kan?”
“Saya jarang buka media sosial karna gampang insecure.”
Bastian diam, membatin, gadis ini menyebalkan, dan yang lebih menyebalkannya lagi, dia berkata jujur. “Oke kalo gitu saya kasih tau sedikit soal novel itu.”
Nia tak menjawab, namun mimik wajahnya yang sangat amat menolak itu bisa dibaca jelas oleh Bastian.
“Tokoh utama pria di novel itu namanya Lexander Kingston. Dia bucin, sinting, sadis, pokoknya gak masuk akal. Dan Duplikat L.K sebelas dua belas sama dia,” tambah Bastian.
Nia masih membisu, tetapi urat-urat keterkejutan di wajah jelitanya mulai membentuk koloni.
“Makanya inisial namanya Duplikat L.K.”
“Duplikat Lexander Kingston?”
Bastian hanya mengangguk menanggapi Nia.
“Terus maksudnya apa ya, Pak?” tanya Nia lagi.
“Ya maksudnya kamu jangan mancing dia buat berubah jadi sinting, sadis, dan gak masuk akal.”
“Saya gak ngerasa pernah ma—“ Nia menjeda ucapannya sendiri, sebab tiba-tiba tersadarkan oleh sesuatu. “Ngeblokir gak termasuk mancing kan, Pak?”
“Tergantung ngeblokirnya atas kemauan bersama atau sepihak.”
“Saya punya alesan.”
“Yang saya tau Lexander Kingston gak butuh alesan. Dia langsung nembak lawan, ngehajar mereka sampe mati, atau ngelempar mereka ke kandang hyena.”
Spontan Nia beranjak. “Saya buka blokirnya sekarang. Serius sekarang. Langsung saya buka sekarang juga.”
Bastian hanya mempersilakan Nia untuk meninggalkan ruangan, dan Nia pun langsung berlari tunggang langgang tanpa mengindahkan panggilan Kepala Sekolahnya yang sudah uzur.
...•▪•▪•▪•▪•...
Tatapan semua orang langsung teralihkan pada sosok itu, gadis jelita yang mengejar angkot seperti orang yang belum selesai dirukiah. Gadis jelita itu, Nia, tak peduli meski harus berdesakan di dalam angkot, bahkan meski harus berdiri layaknya kenek. Perlu waktu hingga lima belas menit sampai angkot bernomor cantik itu melintas di depan sekolahnya, tetapi demi apapun, Nia tidak bisa menunggu selama itu.
Sebab Nia harus segera tiba di rumah, mengeluarkan ponselnya dari dalam laci, menginstall kembali aplikasi Zet, lalu membuka blokir Duplikat L.K. Dan akhirnya, tibalah Nia di depan rumah berlantai dua yang diapit pohon rambutan rapiah itu. Segera Nia membuka gerbang, berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua tanpa melepas sepatu, dan langsung menggenggam ponselnya erat-erat.
“Oke, pertama install Zet dulu,” gumam Nia. “Sip, terpasang. Sekarang login Zet. Terus buka blokir. Yes. Oke.”
Nia menghela napas lega, lalu merangkak ke ranjang setelah melempar sepatunya ke sembarang tempat. Nia termangu memandangi chat roomnya dengan Duplikat L.K yang kini kosong. Padahal biasanya chat room itu penuh dengan voice notes, gambar-gambar cuaca atau makanan yang estetik, serta stiker-stiker menggemaskan. Jari-jari Nia masih enggan bergerak, sebab rasa sedih yang ambigu itu turut menyergap mereka.
LK : ?
Spontan Nia berteriak dan melompat dari ranjang. “Anjir kaget gue,” gumam Nia sembari berjalan mendekati ranjangnya, ragu.
LK : mengetik...
KAO : Aku gak tau mau ngomong apa.
LK : Mungkin maaf.
KAO : Aku gak ngerasa salah tuh.
LK : Haha.
Nia semakin erat memeluk gulingnya. “Setelah tau dia kaya Lexander Kingston, baca chat ketawanya aja gue merinding anjir. Tapi emang bener seserem itu ya? Kayanya gue beneran harus baca novelnya deh.”
LK : mengetik...
KAO : mengetik...
LK : Jadi apa alesannya?
KAO : Kemaren kan aku nemenin Vina ketemuan sama temen kencan onlinenya. Nah ternyata tuh dia om-om dan serem banget.
LK : Aku bukan om-om.
Nia kembali bergumam, “Karna dia tau gue sekolah di mana, dia juga pasti udah tau gue siapa. Jadi gue berhak tau juga dong.”
KAO : Berapa umur kamu?
LK : 27.
Nia mengangguk-angguk. “Masuk kategori mas-maslah ya.”
KAO : Nama asli?
LK : Zaim.
KAO : Karyawan?
LK : Bukan. Aku yang punya usaha.
Nia mengangguk-angguk lagi. “Usaha zaman sekarang kaya macem kafe kekinian gitu kali ya.”
KAO : Tinggal di mana?
LK : Jaksel.
“Oh, anak Jaksel kaya mantannya si Ikbal.” Nia masih mengangguk-angguk. Ganteng gak ya? Apa gue suruh pap aja? Yaiya suruh aja toh dia juga udah tau muka gue. Kan biar fair.”
KAO : Pap.
LK : Ketemuan aja.
KAO : Pap dulu.
LK : Aku ganteng. Serius.
“Kayanya dia gak cuma sinting dan sejenisnya tapi lebih ke narsis akut deh.” Nia menggeleng-geleng seraya terus membuat kedua jempolnya sibuk mengetik.
KAO : Yaudah pap. Buktiin ke aku.
LK : Ketemuan aja.
Nia kembali melompat dari ranjangnya, dan berlari melongok ke luar jendela. “Langitnya cerah, berarti pertanda baik. Apa iya ketemuan aja?”
LK : mengetik...
KAO : mengetik...
LK : Aku prepare sekarang.
KAO : Aku tuh lagi bolos sekolah gara-gara kamu.
LK : Aku gak ngerasa salah tuh.
“Anjir ngeselin.” Nia melempar ponsel bercase motif pelangi itu ke sela-sela bantal dan guling. “Dia bikin gue jadi bahan gibah sesekolah dan ngerasa gak salah?”
LK : Kan kamu yang mulai.
KAO : mengetik...
LK : Aku risih sama apapun itu yang gak jelas.
KAO : mengetik...
LK : mengetik...
KAO : Gak jelas gimana? Kan aku udah kasih tau alesannya.
LK : Sekarang?
KAO : Oke-oke aku salah. Tapi kamu juga salah.
LK : Maaf.
KAO : Yaudah aku juga minta maaf.
LK : mengetik...
KAO : Sekarang apa?
LK : Kayanya aku tertarik sama kamu. Mau coba sama aku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
ZasNov
Coba apaan nih bang, tolong diperjelas.. Jangan bikin otak Nia muter..😆
2023-02-14
1
ZasNov
Jiaaah narsis amat tuh Zaim..😂
2023-02-14
1
ZasNov
Ternyata LK itu Lexander Kingston 😂
Sama sekali ga nyangka kesitu..
2023-02-14
0